BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia, sebagai Negara bahari tidak terlepas dari kedudukannya yang
terbentuk melalui hubungan antar pulau dari sabang sampai merauke. Dan telah
kita ketahui betapa melimpah ruah kekayaan yang terkandung atau yang dimiliki
setiap wilayah kepulauan tersebut. Kekayaan alam yang besar, kekayaan budaya
yang majemuk dan karakteristik masyarakat yang berbeda menjadi modal utama
dalam mengembangkan segenap potensi diberbagai bidang yang dimiliki oleh
wilayah tersebut, tidak terkecuali bidang pendidikan yang menjadi kunci utama
pembentukan SDM yang memadai.
Giligenting merupakan salah satu dari beribu pulau di
Negara kita yang memiliki banyak kelebihan, misalnya: kekayaan dari sumber
laut, sumur minyak di pantai dan lain-lain. Kondisi masyarakat yang majemuk dan
ekonomi masyarakat yang rata-rata kurang sejahtera serta mata pencaharian
masyarakat yang cenderung banyak melaut menjadi factor bagi sebagian besar
masyarakat dipulau ini untuk bekerja ke luar daerah (umumnya bekerja di Jakarta). Kondisi demikian
akan mempengaruhi tingkat pendidikan anak usia sekolah yang banyak ditinggal
oleh orang tuanya (yang seharusnya selalu dalam pengawasan orang tua selama di
rumah) merantau membuat anak semakin malas belajar dirumah, suka bermain dan
mengabaikan tugas-tugas sekolah. Karena mereka hanya tinggal bersama
kakek-neneknya yang juga relative berpendidikan rendah. Anak dalam kondisi yang
demikian akan sangat berpengaruh dalam peningkatan kemampuan belajarnya di
sekolah. Terutama pada mata pelajaran eksakta (matematika) yang merupakan
monster bagi sebagian besar anak didik. Karena matematika merupakan ilmu
pengetahuan yang abstrak dan sangat kompleks dengan pembelajaran berhitung.
Setiap anak diupayakan dapat belajar matematika dengan
baik karena matematika merupakan bidang studi yang mempunyai peranan penting
dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta sangat dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari, karena secara realitas banyak kegiatan sehari-hari
yang menerapkan konsep perhitungan matematis. Misalnya dengan
permasalahan sehari-hari seperti jual-beli, pengukuran, pengolaan data,
semuanya memerlukan pendekatan matematika. Dalam hal ini matematika dapat
menjadi alat bantu melalui konsep-konsepnya. Sehingga didapat hasil yang tepat
yang merupakan jawaban dari semua permasalahan yang dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Matematika tidak berdiri sendiri melainkan terkait erat dengan
bidang ilmu yang lain seperti astrologi, ekonomi, fisika, genetik, kedokteran,
kimia, tehnik, dan sebagainya (Mulyasa, 2002:3).
Tidak dapat dipiungkiri bahwa
eksistensi matematika adalah sangat penting utnuk dikuasai, tetapi pada umumnya
siswa masih berpendapat bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit
dan menakutkan yang selalu saja menjadi monster bagi para siswa, sehingga tidak
sedikit siswa yang gagal dalam mata pelajaran ini untuk mendapat nilai yang
baik dalam setiap evaluasi (dilihat dari ulangan harian dan tugas-tugas
mandiri). Ketika pada saat kenaikan kelas tiba, banyak nilai raport siswa yang
kurang memuaskan, khususnya pada bidang studi matematika yang tergolong rendah
( Darmojo, 1987 : 7 ). Matematika bukan hanya mencakup
teori menghitung saja, tetapi juga menjadi bahasa inti bagi semua perumusan
teori yang melandasi berbagai bidang disiplin ilmu. Seperti yang di paparkan
oleh Suharta (2007) bahwa “Rendahnya prestasi siswa ini disebabkan oleh faktor
siswa, yaitu yang mengalami masalah secara komprehensif atau secara parsial
dalam matematika”.
Sebuah studi intensif yang dilakukan oleh Direktorat
Dikdasmen (1996-1997) menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika selama ini
cenderung text book oriented dan
tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Sebagian guru hanya
mengandalkan tugas–catat-kerjakan kepada kepada
siswa. Sehingga siswa hanya mengetahui matematika berdasarkan membaca-mencatat
dan mengerjakan tanpa melalui proses pemecahan masalah kontekstual dengan
kondisi realitas. Akibatnya adalah sebagian dari siswa tidak mampu
menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan
tersebut akan dipergunakan atau dimanfaatkan. Siswa memiliki kesulitan untuk
memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan, yaitu menggunakan
sesuatu yang abstrak dan metode ceramah, mereka juga sangat butuh untuk
memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan tempat kerja (kondisi nyata) dan
masyarakat pada umumnya di mana mereka akan hidup dan bekerja.
Pada umumnya guru kurang variatif dalam menyampaikan
materi, bahkan cenderung memakai cara konvensional yang ditandai dengan
pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Akibatnya, siswa kehilangan
kreatifitasnya dalam mengembangkan ide-ide yang berkaitan dengan pembelajaran
matematika saat ini. Terlebih lagi guru dalam pembelajaran matematika di kelas
tidak mengaitkan materi yang akan dibahas dengan masalah-masalah yang sering
dijumpai siswa dalm kehidupanya sehari-hari sehingga pembelajaran matematika
menjadi kurang bermakna (Suharta, 2007). Hal ini sejalan dengan pemikiran Van
den Heuvel – Panhuizen (2000) yang menyatakan
bahwa “Bila anak belajar matematika
terpisah dengan pengalaman mereka sehari-hari anak akan cepat lupa dan
tidak dapat mengaplikasikan matematika “.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran matematika
selama ini, dunia nyata hanya dijadikan tempat untuk mengaplikasikan konsep.
Padahal, peranan dunia nyata atau masalah-masalah realistik disini sangatlah
penting, yaitu tidak hanya sebagai tempat mengaplikasi konsep tetapi sekaligus
berperan sebagai sumber atau titik awal pembelajaran matematika sehingga dapat
membantu siswa mengembangkan pengertian terhadap konsep matematika yang sedang
dipelajari. Salah satu pembelajaran matematika yang berorientasi pada dunia
nyata atau pengalaman sehari-hari (mathematize
of everyday experience) dan menerapkan
matematika dalam kehidupan sehari-hari adalah Pembelajaran Matematika Realistik
(Realistic Mathematic Education). Dalam pandangan Pembelajaran
Matematika Realistik, pengembangan suatu konsep
matematika dimulai oleh siswa secara mandiri berupa kegiatan eksplorasi
sehingga memberikan keleluasaan bagi siswa untuk mengembangkan imajinasi dan
kreatifitasnya yang berkaitan dengan matematika. Peran guru di sini hanya
sebagai fasilitator dan motivator yang bersifat meluruskan arah pemikiran
siswa, Jika ada pemikiran siswa yang keluar (menyimpang) dari materi pelajaran.
Dengan demikian, karena siswa diberi keleluasaan dalam berkreasi dan
mengkonstruksi pemahaman dan pengalamannya sendiri tentang suatu hal dalam
matematika, pada akhirnya pembelajaran matematika dengan pendekatan Realistik
akan mempunyai kontribusi yang sangat tinggi terhadap pembentukan pengertian
siswa tentang suatu konsep matematika.
Poerwanti (2002:4) memaparkan
bahwa keberhasilan proses pembelajaran ditandai dengan
terjadinya perubahan sikap dan perilaku serta peningkatan status pengetahuan
dari yang tidak tahu menjadi tahu. Lebih lanjut Poerwanti (2002:7) menyebutkan
secara rinci tugas guru adalah ; (1) menularkan berbagai pengetahuan dan
kebudayaan kepada anak (bersifat kognitif),(2) melatih keterampilan-keterampilan
fisik yang bermanfaat dalam kehidupan anak
(psikomotor), dan (3) menanamkan nilai dan keyakinan serta kedisiplinan
dan berbagai hal yang menyangkut fungsi afektif.
Merujuk pada pandangan para ahli tersebut di atas dapat
dilihat bahwa selain aspek kognitif, juga ada aspek lain yang perlu
dikembangkan dari dalam diri siswa yaitu keterampilan fisik (psikomotorik) dan
aspek nilai-nilai atau sikap (afektif). Pada mata pelajaran matematika, aspek
psikomotorik dan aspek afektif siswa dapat dikembangkan apabila seorang guru
menggunakan metode mengajar yang tepat.
Metode mengajar yang digunakan harus dapat merangsang siswa untuk aktif
dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang digunakan adalah
dengan pendekatan Realistik. Pembelajaran dengan
pendekatan Realistik merupakan pendekatan pengajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata (kondisi realistic) sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar tentang cara berfikir kritis serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Melihat beberapa temuan terhadap kondisi belajar siswa
kelas III-B di tempat penulis mengajar dan erat kaitanya antara pemilihan metode
pembelajaran dengan keberhasilan belajar siswa maka penulis berkeinginan untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas III-B
melalui Penerapan Metode Pembelajaran Matematika Realistik Pada Materi Pokok
Pengukuran di SDN Aenganyar I Giligenting Semesteri I Tahun Pelajaran 2009/ 2010”
B. Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai panelitian
ini, maka penelitian ini di batasi pada masalah-masalah berikut ini :
(1)
Pendekatan Realistik merupakan
pendekatan pembelajaran matematika dimana pemerolehan materi di kembangkan dari
situasi dan pengalaman nyata siswa yang disesuaikan dengan kondisi siswa kelas
III-B SDN Aenganyar I Giligenting.
(2)
Pada penelitian ini hasil
belajar siswa merupakan prestasi belajar setelah peneliti menerapkan konsep dan
metode Pembelajaran Matematika Realistik.
(3)
Materi yang akan diteliti adalah
materi pokok Pengukuran pada siswa kelas III-B SDN Aenganyar I Giigenting semester
ganjil Tahun pelajaran 2009/ 2010
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas,
maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
Apakah dengan
penerapan metode Pembelajaran Matematika Realistik pada materi pokok Pengukuran
dapat meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III-B SDN Aenganyar I Giligenting
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2009/ 2010?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Untuk mengetahui pengaruh
penerapan metode Pembelajaran Matematika Realistik pada
materi pokok Pengukuran terhadap peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas III-B
SDN Aenganyar I Giligenting Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2009/ 2010?
E. Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan penelitian ini dapat memenuhi beberapa
kepentingan dengan mengambil manfaat sebagai berikut :
(1)
Bagi Siswa
a.
Siswa dapat mengatasi kesulitan-kesulitan
yang berkaitan dengan belajar matematika baik secara konsep maupun terapan
melalui pendekatan realistik sehingga siswa
bisa memperoleh prestasi belajar yang memuaskan dengan mengembangkan pengalaman
pada situasi yang nyata.
b.
Melatih siswa supaya bisa
mengembangkan sendiri pengetahuan yang berhubungan
dengan konsep matematika serta bisa mengaplikasikanya dengan dunia
nyata.
(2)
Bagi Guru
a.
Sebagai input untuk memilih dan
menerapkan metode yang tepat dalam melaksanakan pembelajaran matematika
utamanya pada materi pokok Pengukuran.
b.
Sebagai kekayaan pengetahuan
dan referensi dalam memahami konsep-konsep Pembelajaran Matematika Realistik
sehingga dapat diterapkan secara lebih efektif dalam proses belajar mengajar.
(3)
Bagi Lembaga
a.
Sebagai input untuk dapat
menerapkan konsep Pembelajran Matematika Realistik dikelas-kelas yang lain.
b.
Sebagai kekayaan inovasi
pembelajaran yang dapat dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
(4)
Bagi Peneliti
a.
Sebagai pengalaman yang
berharga untuk menambah pangetahuan khususnya dalam bidang penelitian tindakan
kelas.
b.
Untuk meningkatkan kemampuan
menulis dan menyusun karya ilmiah, juga menambah keterampilan dalam
menyelenggarakan proses belajar mengajar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Tentang Matematika
Dalam ilmu pendidikan istilah
matematika telah dikenal sejak berabad-abad yang silam. Bahkan di setiap negara
di dunia ini telah menempatkn matematika sebagai bahan pelajaran yang wajib
bagi setiap lembaga satuan pendidikan dari semua jenjang pendidikan untuk
dipelajari. Sebagian orang mencoba menjelaskan tentang arti dari matematika
secara kompleks , namun penjelasannya selalu tidak meliputi semua aspek yang
termuat dalam matematika. Dalam strategi
belajar dan pembelajaran matematika, james and james menyatakan bahwa matematika terdiri dari empat wawasan
luas yaitu : aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis. Selain itu,
matematika sering disebut ratunya ilmu, bahasa simbol, ilmu deduktif, ilmu
tentang pola keteraturan, dan ilmu tentang struktur. Sebagai ilmu tentang
struktur karena matematika tersusun atas unsur yang dimulai dari yang tidak terdefinisikan
ke unsur yang terdefinisikan kemudian ke aksioma atau postulat dan
akhirnya ke dalil-dalil (Rusffendi,
1988:261).
Menurut Hudoyo (1990:3) “Matematika adalah berkenaan dengan
ide-ide, gagasan-gagasan, struktur-struktur, dan hubungan yang diatur secara
logis, atau dapat dikatakan matematika adalah sebuah konsep yang tersusun
secara hirarkis dengan penalaran deduktif “.
Sedangkan Dajono (dalam
Widodo, 2002:2) bahwa matematika merupakan
ilmu pengetahuan tentang bilangan dan ruang. Soejadi (dalam Widodo, 2002:2)
menyatakan bahwa (1) matematika memiliki kajian yang abstrak,(2) matematika
mendasarkan diri dalam kesepakatan, (3) matematika menggunakan sepenuhnya pola
pikir deduktif, dan (4) matematika dijiwai dengan
kebenaran konsisten. Dari pendapat para ahli matematika diatas dapat
disimpulkan bahwa :
1. Matematika merupakan ilmu pengetahuan
tentang objek yang abstrak/ tidak nyata.
2. Matematika adalah ilmu pengetahuan tentang
bilangan dan kalkulasi (ilmu hitung).
3. Matematika adalah sebuah konsep yang tersusun
secara hirarkis dengan penalaran
deduktif.
4. Matematika
berdasarkan kepada kesepakatan-kesepakatan dan dijiwai kebenaran yang
konsisten.
5. Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang
kaya dengan bahasa simbol, ilmu tentang pola keteraturan, dan ilmu tentang
struktur
B. Pembelajaran Matematika
1. Pengetian
Belajar Matematika
C. Metode Pembelajaran Matematika Realistik
1.
Pengertian
E. Contoh Penerapan Pembelajaran Realistik pada Materi Pokok
Pengukuran
Berikut ini langkah-langkah
penerapan pembelajaran matematika realistik pada Materi Pokok materi Pengukuran
Materi pokok : Pengukuran
Kelas / Semester : III / I
Waktu : 3 x 35 Menit
I. Kompetensi dasar
- Memilih
dan menggunakan alat ukur sesuai dengan fungsinya (meteran, timbangan atau jam)
II. Materi : Mengenal satuan ukuran panjang
III. Alat / Bahan : Buku
paket, Lembar Kerja Siswa, meteran/ penggaris.
IV. Model Pembelajaran : Pembelajaran Matematika Realistik
V. Kegiatan belajar mengajar
Sebelum pembelajaran dimulai, siswa
dikelompokkan kedalam beberapa kelompok dengan jumlah anggota sebanyak 3 – 4
orang siswa per kelompok.
No
|
Kegiatan Guru
|
Kegiatan Siswa
|
Alokasi waktu
|
1.
|
Pendahuluan
a. Guru memotivasi siswa
dengan menunjukkn pentingnya mem-pelajari materi pengukuran yang berkaitan
dengan dunia nyata / kehidupan sehari-hari.
b. Guru menyampaikan kompetensi
dasar/ SK dan indikator pembe-lajaran yang hendak dicapai serta
langkah-langkah kegiatan pembe-lajaran yang akan digunakan.
c. Guru mengingatkan
kembali ten-tang konsep tentang pengukuran satuan panjang dalam kehidupan
sehari-hari
|
Siswa memperhatikan dan men-dengarkan dengan
seksama sambil mencatat inti materi yang harus dicapai yang berkaitan dengan
dunia nyata.
Siswa memperhatikan dan menga-jukan pertanyaan
mengenai langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang belum dimengerti.
Siswa memperhatikan dan mema-hami konsep
|
10 menit
|
2.
|
Kegiatan inti
a. Dengan peragaan siswa
diminta untuk menunjukkan alat ukur panjang (meteran/ penggaris) dan mempraktekkan
proses pengukuran
b. Memberi gambaran
tentang cara mengukur benda yang tepat dan benar
c. Memberikan tugas
pengukuran panjang benda-benda dalam kelas.
d. Siswa diberi kesempatan
untuk menganalisis sendiri tentang konsep yang dilakukan.
e. Siswa diminta untuk
merumuskan dengan kata-katanya sendiri dan mendiskusikan dengan kelom-poknya
tentang hasil praktek pengukuran.
f. Guru meminta siswa
untuk berinteraksi dengan siswa yang lain tentang penerapan konsep yang
dilakukan.
g. Guru meminta siswa
untuk mem-bandingkan dan mendiskusikan hasil yang telah dilakukan.
h. Guru meminta
menghumpulkan tugas yang diberikan
i. Mengevaluasi hasil
kerja siswa
|
Siswa memperhatikan dan menun-jukkan alat ukur
serta mempraktikkan pengukuran secara nyata
Siswa memperhatikan dan menga-jukan pertanyaan
tentang bagaimana mengukur yang benar.
Siswa mengerjakan tugas mengukur benda-benda
dalam kelas
Siswa menganalisis konsep yang akan dilakukan,
mencatat hasil pengukuran sesuai dengan konsep
Siswa merumuskan dan mendis-kusikan dengan
kelompoknya tentang hasil praktik pengukuran panjang
Siswa melakukan interaksi atau tanya jawab
dengan siswa lain tentang penerapan konsep yang dilakukan.
Siswa melaksanakan diskusi kelompok.
Siswa mengumpulkan tugas yang diberikan oleh
guru
Siswa mengevaluasi hasil kerjanya
|
80 menit
|
3.
|
Penutup
a. Guru merefleksikan hasil
pekerjaan siswa.
b. Guru meminta siswa
untuk membuat rangkuman / kesimpulan tentang materi pelajaran yang baru
dipelajari dengan menggunakan konsep yang telah dilakukan.
|
Siswa memperbaiki hasil pekerjaannya
Siswa membuat kesimpulan
|
15 menit
|
F.
Hasil Belajar
Hasil
belajar dalam penelitian ini adalah prestasi belajar/ hasil prestasi berupa
perolehan nilai setelah perlakuan metode pembelajaran matematika reaistik ini. Walaupun
menurut para ahli pendidikan hasil belajar itu banyak meliputi tiga ranah (kognitif,
afektif, psikomotorik), namun prestasi belajar cenderung pada perolehan nilai
setelah menjalani tes yang diberikan. Prestasi belajar merupakan kemampuan yang
dimiliki siswa setelah dia menerima pengalaman belajarnya. Prestasi belajar
dapat dilihat dalam tiga bentuk yaitu keterampilan, pengetahuan dan sikap atau
cita-cita. Prestasi belajar ini dapat digunakan sejauh mana keberhasilan proses
belajar mengajar yang telah dilaksanakan oleh siswa.
Begitu juga
yang telah diungkapkan oleh Hudoyo (1990 : 23) bahwa prestasi belajar
matematika adalah tingkat keberhasilan yang dimiliki oleh seseorang dalam
mencapai tujuan belajar matematika dalam selang waktu tertentu setelah orang
tersebut melakukan kegiatan belajar matematika.
Hasil
belajar matematika yang dicapai seseorang akan tampak dalam keseluruhan
kepribadiannya (menguasai konsep, memahami materi, memiliki skill dan berpikir
kritis). Siswa yang berhasil dalam belajar akan menunjukkan pola-pola
kepribadian tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sebaliknya siswa yang gagal dalam belajarnya akan menyimpang dari tujuan itu.
Berhasil
atau tidaknya siswa dapat diketahui dengan jalan memberikan tes karena salah
satu fungsi tes adalah untuk mengukur hasil belajar siswa. M. Bukhori, seperti
yang dikutip Suharsimi Arikunto (1991), memaparkan bahwa tes adalah suatu alat
ukur yang diadakan untuk mengetahui ada tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu
pada seorang siswa atau kelompok siswa. Sedangkan Herman Hudoyo mengatakan
”Maksud tes yang utama adalah mengukur hasil belajar yang dicapai seseorang
yang belajar matematika” (1990 : 144). Dan suatu hal yang penting dalam
memberikan tes, seorang pengajar tetap berorientasi pada tujuan yang ingin
dicapai yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut W.J.S. Poerwadarminto,
prestasi adalah hasil belajar yang telah dicapai. Sumadi Suryadibrata, prestasi
adalah hasil pekerjaan atau apa saja yang telah diciptakan atau hasil yang
telah diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Sedangkan pengertian belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku akibat adanya pengalaman.
Dari pengertian prestasi dan belajar
diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar adalah keberhasilan
yang dicapai peserta didik akibat pengalaman dan latihan-latihan yang diperoleh
melalui prestasi belajar. Sedangkan dalam penelitian ini hasil belajar
dimaksudkan sebagai keberhasilan yang dicapai setelah melaksanakan belajarn
dengan metode ini. keberhasilan dapat dilihat dari jumlah ketuntasan individu
dan klasikal yang memenuhi standart ketuntasan.
G. Tinjauan Materi Pokok Pengukuran
Materi pokok pengukuran
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam dunia perdagangan,
bisnis, dan menentukan sebuah jarak, waktu. Berikut ini adalah ringkasan materi
pokok Pengukuran yang diberikan kepada
siswa kelas III-B Sekolah Dasar.
A.
Satuan Waktu
Hubungan antara hari dan jam
Hubungan antara jam, hari, bulan dan tahun
B.
Satuan Panjang
Setiap
turun 1 tingkat, besar satuan harus dikali 10
Contoh: 1 m
= 10 dm
3 dm = 30 cm
Setiap
naik 1 tingkat, besar satuan harus dibagi 10
Contoh : 100 m = 10 dam
200 cm = 2 m
C.
Satuan Berat
Setiap
turun 1 tingkat, besar satuan harus dikali 10
Contoh: 1 g
= 10 dg
3 dg = 30 cg
Setiap
turun 2 tingkat, besar satuan harus dikali 100
Contoh : 1 g = 100 cg
2 g = 200 cg
Setiap
naik 1 tingkat, besar satuan harus dibagi 10
Contoh : 100 g = 10 dag
200 cg = 2 g
ILUSTRASI MATERI
PEMBELAJARAN DALAM BUKU PAKET
ILUSTRASI MATERI PEMBELAJARAN DALAM BUKU PAKET
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
a. Perencanaan Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan berdasarkan
temuan atas kurang maksimalnya kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dan
rendahnya hasil belajar matematika dilihat dari dua kali ulangan harian.
Disamping itu penelitian ini juga diupayakan dapat meningkatkan pemahaman siswa
dalam mengubah konsepsi awal tentang sulitnya belajar matematika menjadi
bagaimana siswa menyukai konsepsi matematika setelah penerapan model
pembelajaran dengan metode pembelajaran matematika realistic yang berakar pada
situasi yang nyata. Penelitian ini dilaksanakan diawali dengan permohonan ijin dari Kepala Sekolah
SDN Aenganyar I dan pemberitahuan serta arahan dari kepala UPT Pendidikan
Kecamatan Giligenting . Kemudian langkah berikutnya peneliti menyampaikan
maksud dan tujuan penelitian kepada beberapa teman guru kelas lain, termasuk
teman sejawat yang akan dijadikan sebagai observer.
Refleksi awal
Dalam refleksi awal peneliti dengan
bantuan teman sejawat mengkaji hal penting yang perlu dilakukan, yaitu:
1). Mengindetifikasi masalah
2). Menganalisis masalah
3). Merumuskan masalah
4). Merumuskan hipotesis tindakan
Disamping itu peneliti juga melanjutkan diskusi dengan teman sejawat
(observer) dalam melaksanakan penelitian ini. Hal-hal yang didiskusikan antara
lain :
a.
Menentukan subyek penelitian
b.
Menyampaikan dan mendiskusikan model/
metode pembelajaran yang akan diterapkan/ diberlakukan yaitu model/ metode
pembelajaran matematika realistic.
c.
Mengidentifikasi hambatan dan
kesulitan yang dialami oleh peneliti dalam pembelajaran matematika.
d.
Menentukan hal yang diobservasi
dan aspek yang diamati sesuai dengan karakteristik metode pembeljaran
matematika realistk.
e.
Menyampaikan dan menentukan
variabel bebas/ materi pokok yang akan dijadikan bahan penelitian.
f.
Menetapkan jenis data dan cara
pengumpulannya serta cara menganalisisnya.
g.
Menetapkan kriteria
keberhasilan dalam pencapaian prestasi belajar.
h.
Merumuskan masalah dan strategi
pemecahannya.
i.
Merencanakan tindakan kelas
tiap siklus.
j.
Menyusun dan mempersiapkan
perangkat pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Alat dan Bahan,
sumber belajar dll) yang meliputi 3 (tiga) tahap, yaitu : persiapan,
pelaksanaan dan penyelesaian
b.
Rencana Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini melalui proses pembelajaran dengan menerapkan
metode pembelajaran matematika realistik yang terdiri dari 3 siklus penelitian.
( Sanjata, dalam Bunga Rampai : 2007).Dan setiap siklus terdiri dari empat
tahap, yaitu ;
i.
Perencanaan Tindakan ( Planning )
ii.
Pelaksanaan Tindakan ( Acting )
iii.
Pengamatan Tindakan ( Observing )
iv.
Refleksi Terhadap Tindakan ( Reflecting ).
Secara operasional prosedur penelitian tindakan kelas
adalah seperti tampak pada gambar dibawa ini
Gambar
3.1
Prosedur
PTK
1)
Siklus I (Pertama)
Sebelum tindakan dilaksanakan, telah dilakukan refleksi
awal sebelum pelaksanaan penelitian yaitu dengan mengidentifikasi permasalahan
pembelajaran matematika, menganalisis
permasalahan dan kesulitan yag dihadapi yang sering terjadi di kelas. Beberapa masalah yang
dapat diidentifikasi adalah: bagaimana siswa dapat memahami dari awal tentang matematika
yang dhubungkan dengan situasi nyata (riil), bagaimana siswa bisa mengidentifikasi
beberapa alat ukur yang dapat dijadikan alat untuk mengukur satuan waktu,
bagaimana siswa dapat mencari dan menemukan sendiri konsepsi pengukuran dan
mencatat hasil pengukuran yang dilakukan.. Selanjutnya sesuai dengan refleksi
awal tersebut kemudian disusun hal pokok yang ingin dicari solusinya, yaitu
memberikan contoh dan cara
menggunakan secara nyata alat ukur satuan waktu, alat peraga lain yang
menunjang kegiatan pembelajaran , siswa di beri kesempatan berdiskusi atas
pertanyaan dan tugas diajukan
dan siswa diberi kesempatan mencari solusi dan memecahkan msalah yang
dihadapi.
Selanjutnya pada siklus I ini dilaksanakan tindakan selama proses kegiatan
pembelajaran, yaitu sebagai berikut
:
a.) Melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode
pembelajaran matematika realistik dengan prosedur pembelajaran yang telah ditetapkan.
b.) Menciptakan
kondisi kelas yang kondusif, meningkatkan motivasi belajar siswa dengan
memperlihatkan alat ukur satuan waktu (jam/ arloji, kalender bergambar
pemandangan) dan lain-lain.
c.) Mengumpulkan
data dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer dan hasil post tes
siswa.
d.) Menghitung
ketuntasan belajar individual dan klasikal serta menginterpretasi data hasil
tes tersebut.
e.) Diberikan
tes prestasi dengan jumlah soal 5 butir.
f.) Observer
melakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilkukan oleh
peneliti.
Kemudian dari seluruh kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan dan hasil pengamatan dilakukan analisis,
pemaknaan (interpretasi data), penjelasan dan penarikan kesimpulan serta
refleksi terhadap kegiatan yang baru dilaksanakan. Refleksi dilakukan untuk
melihat apakah kegiatan pembelajaran tersebut sudah dapat menerapkan
sintakmatik/ prosedur pembelajaran matematika realistik secara baik dan apakah
prestasi siswa mengalami peningkatan sesuai dengan hasil yang diharapkan. Hasil
analisis terhadap data yang diperoleh sebagai acuan untuk menyusun rencana pada
siklus berikutnya (siklus II).
2)
Siklus II (kedua)
Pada siklus II ini langkah-langkahnya
hampir sama dengan siklus I hanya memperbaiki kegiatan yang direfleksi dan dinyatakan kurang masimal dilaknakan pada
silus sebelumnya (pada siklus I). Pada siklus
II dilaksanakan tindakan yang telah dirancang sebagai berikut :
a). Materi
yang disampaikan adalah kelanjutan materi pada siklus I, yaitu materi pokok
pengukuran satuan panjang.
b) Pada
siklus II ini tetap menrapkan metode pembelajaran matematika realistik dengan
skenario pembelajaran yang sesuai dengan prosedur metode ini.
c) Meningkatkan
terciptanya kondisi kelas yang lebih kondusif dengan memperlihatkan dan
menjelaskan alat peraga secara nyata berupa: meteran, penggaris, benda-benda
yang dapat diukur dan lain-lain.
d) Mengumpulkan
data dari hasil pengamatan observer dan hasil tes siswa setelah perlakuan
metode ini.
e) Menghitung ketuntasan belajar individual dan
klasikal serta memberikan pemaknaan pada data hasil tes tersebut.
f) Diberikan tes
prestasi dengan jumlah soal 5 butir.
g) Observer melakukan
pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran dengan penerapan metode pembelajaran
matematika relistik.
Kemudian dari seluruh kegiatan pembelajaran
yang telah dilaksanakan dan hasil pengamatan dilakukan analisis, pemaknaan,
penjelasan dan penarikan kesimpulan serta refleksi terhadap kegiatan yang baru
dilaksanakan. Refleksi dilakukan untuk melihat apakah kegiatan pembelajaran
yang telah diselenggarakan telah dapat melaksanakan prosedur pembelajaran
matematika realistik secara utuh dan apakah prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan. Hasil analisis terhadap keseluruhan data yang diperoleh dijadikan sebagai
acuan untuk menyusun rencana pada siklus berikutnya (siklus III).
3)
Siklus III (ketiga)
Pada siklus III ini merupakan
kelanjutan dari siklus sebelumnya yang langkah-langkahnya hampir sama dengan
siklus II, dalam siklus ini hanya memperbaiki kegiatan yang direfleksi pada
siklus II. Pada siklus III dilaksanakan
tindakan yang telah dirancang sebagai berikut :
a). Materi
yang disampaikan adalah kelanjutan materi pada siklus II, yaitu materi pokok
pengukuran satuan berat.
b) Memaksimalkan
dalam menigkatkan motivasi belajar siswa dengan menunjukkan alat peraga secara
nyata yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari berupa: neraca timbangan,
timbangan gula/ telur dan lain-lain.
c) Mengumpulkan
data dari hasil pengamatan dan hasil tes yang diajukan pada siswa.
d) Menghitung
ketuntasan belajar individual dan klasikal serta memberikan pemaknaan pada data
hasil tes tersebut.
e) Diberikan tes
prestasi dengan jumlah soal 5 butir.
f) Observer
melakukan pengamatan terhadap kegiatan yang dilaksanakan oeh peneliti dengan
menerapkan metode pembelajaran matematika reaistik.
Kemudian dari seluruh kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan dan hasil pengamatan dilakukan analisis,
pemaknaan, penjelasan dan penarikan kesimpulan serta refleksi terhadap kegiatan
yang baru dilaksanakan. Refleksi dilakukan untuk melihat apakah dalam kegiatan pembelajaran
tersebut benar-benar telah dapat menerapkan konsep matematika realistik secara utuh (menerapkan
secara keseluruhan prosedur pembelajaran) dan apakah prestasi belajar siswa
mengalami peningkatan sesuai dengan harapan. Hasil analisis dari seluruh data
yang diperoleh dijadikan sebagai acuan perlu tidaknya mengadakan siklus
berikutnya atau bahkan sebagai pedoman berhasil atau tidaknya seorang guru menerapkan metode
pembelajaran matematika realistik dan meningkatkan hasil belajar siswa.
C. Setting Penelitian
a.
Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN
Aenganyar I Giligenting Kabupaten Sumenep. Sekolah ini terletak di ibu kota kecamatan
Giligenting, pulau Giligenting.
b.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada
Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2009/ 2010 yaitu pada bulan Nopember – Desember 2009. Hal ini dimaksudkan sebagai persiapan
untuk menghadapi UAS Ganjil pada Januari 2010.
Tabel 3.2
Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
No
|
Kegiatan
|
Nopember
|
Desember
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Pemberitahuan
kepada
|
||||||||
Kepala Sekolah.
|
|||||||||
2.
|
Observasi kelas
|
||||||||
3.
|
Koordinasi
dengan guru
|
||||||||
Teman sejawat
|
|||||||||
4.
|
Pelaksanaan
Penelitian
|
||||||||
Tindakan Kelas
|
|||||||||
5.
|
Menganalisa
data hasil
|
||||||||
Penelitian
|
|||||||||
6.
|
Penyusunan
laporan hasil
|
||||||||
Penelitian Tindakan
Kelas
|
c.
Sujek Penelitian
Oleh karena peneliti adalah
sekaligus guru kelas III-B dan sebagai upaya meningkatkan profesionalisme dalam
mengajar, memperhatikan kondisi hasil belajar siswa kelas III-B yang kurang
maksimal serta berdasarkan masukan dan saran dari beberapa teman sejawat
pemerhati pendidikan, maka dalam penelitian ini yang dijadikan subjek
penelitian adalah siswa kelas III-B yang terdiri dari 28 siswa dengan karakteristik pribadi
siswa yang cukup heterogen.
D. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam rangka memperoleh data sebagai bahan kajian dalam penelitian ini
peneliti menyiapkan dan melaksanakan instrumen berupa :
Lembar Pengamatan/ Observasi
Lembar pengamatan ini digunakan untuk memperoleh data aktivitas guru dan
siswa selama pembelajaran pembelajaran berlangsung. Ada beberapa aspek yang
dapat dijadikan bahan pengamatan sesuai dengan karakteristik
model/ metode pembelajaran
matematika realistik. Diantaranya memuat kemampuan guru dalam menyampaikan
metode ini dalam proses pembelajaran dan keaktifan siswa selama pembelajaran
berlangsung. Jadi observasi yang diterapkan adalah observasi langsung, yaitu
dengan mengamati sendiri perilaku guru dan siswa selama proses pembelajaran
serta mencatatnya . Pengamatan dalam penelitian dilakukan teman sejawat peneliti (observer)
yang menekankan pada aspek kemampuan guru dalam menyampaikan bahan ajar,
mengelola kelas meningkatkan keaktifan siswa, keterampilan menemukan dan
memecahkan persoalan dan kemampuan
mengggunakan alat peraga, dan munculnya perilaku-prilaku yang sesuai dengan
makna pembelajaran dengan metode pembelajaran matematika relistik.
Tes
Tes digunakan untuk memperoleh data kuantitatif berupa hasil prestasi belajar
setelah mendapat perlakuan penerapan metode pembelajaran matematika relaistik. Bentuk tes
yang digunakan adalah tes tulis sebanyak 5 butir soal (setiap siklus) yang
mewakili setiap materi pokok yang disampaikan dengan skor minimal 0 (nol) dan skor maksimal 100 (seratus).(soal
penelitian terlampir).
- Mengukur ketuntasan Belajar
-
Ketuntasan
belajar individual dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan rumus
standar persen.
Ketuntasan belajar individual tercapai apabila
prosentase % ketercapaian > 75 %.
% Ketercapaian dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
:
% Ketercapaian
=
Sumber : Uzer (1997: 96)
-
Ketuntasan
belajar Klasikal juga akan diukur dengan menggunakan rumus yang sama.
Ketuntasan Belajar Klasikal tercapai apabila % KBK >
85 %:
% KBK dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :
KBK =
Sumber : Uzer (1997: 96)
Catatan
: KBK
adalah ketuntasan belajar klasikal
KBK > 85 %
mencapai ketuntasan belajar klasikal
KBK
< 85 % tidak mencapai ketuntasan belajar klasikal
- Menentukan nilai rata-rata kelas
Nilai rata-rata kelas dihitung dengan menggunakan rumus :
Rata-rata Kelas =
A. Tehnik Analisis Data
Data yang
diperoleh dari penelitian yang berupa lembar pengamatan akan dianalisis dengan
menggunakan analisis kualitatif. Dataa yang berupa kata-kata/ kalimat diolah
menjadi kalimat bermakna dan dianalisis secara kualitatif yang mengacu pada
model analisis dari Miles dan Huberman (1992) dalam Nurmawati dkk (2000)yang
dilaksanakan dalam tiga komponen yang berurutan berupa : reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Dalam
penelitian ini pengolahan data meliputi penyeleksian data dengan uraian singkat
dan penggolongan data ke dalam pola yang lebih luas.. Penarikan kesimpulan
merupakan upaya pencarian makna, interpretasi data dan pemaknaan terhadap
konsep yang diterapkan dan penggolongan data.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam Bab ini akan dmatematikaparkan hasil pelaksanaan
penelitian pada setiap siklus yang berlangsung dalam proses pembelajaran matematika
dengan metode pembelajaran matematika realistik pada materi pokok pengukuran. Seperti yang
dikemukakan dalam bab sebelumnya seluruh hasil penelitian ini adalah hasil
perlakuan metode pembelajaran matematika realistik terhadap siswa Kelas III-B SDN Aenganyar I Giligenting Kabupaten Sumenep Tahun
Pelajaran 2009/ 2010. Hasil penelitian yang akan didiskripsikan secara
berurutan setiap siklus yaitu : Hasil Per Siklus yang meliputi:
(1) tahap perencanaan
(2) tahap pelaksanaan,
(3) hasil tindakan dan
pengamatan, dan
(4) refleksi
1. Hasil dan Pembahasan Siklus I
a. Perencanaan Tindakan I
Pada tahap
ini peneliti menyiapkan rancangan pembelajaran tindakan I tentang materi pokok Pengukuran. Dalam
mengidentifikasi masalah-masalah pada kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan
diskusi dengan tenaga pengajar lain (observer) di SDN Aengaanyar I. Masalah-masalah yang berhasil
diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Siswa belum memahami secara baik tentang pengukuran,
bagaimana memilih dan menggunakan alat ukur waktu (jam/ arloji dll).
2. Suasana kelas dengan siswa berjumlah
relatif banyak (28 anak) untuk kelas SD (kelas rendah) kurang kondusif karena
dimungkinkan terjadi keramaian saat pembelajaran berlangsung.
3. Ketuntasan belajar siswa secara individual
maupun klasikal seringkali tidak tercapai, setelah melihat dari beberapa kali
ulangan harian yang dilaksanakan.
4. Umumnya siswa belum mengalami belajar
dikelas dengan melihat langsung benda nyata sebagai bahan pembelajaran.
Setelah
melakukan refleksi awal dengan mengidentifikasi masalah-masalah yang ada,
peneliti melakukan persiapan-persiapan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan metode pembelajaran matematika realistik. Diantaranya adalah
menyiapkan perangkat pembelajaran (RPP), alat dan bahan pembelajaran ,lembar
observasi dan alat tes formatif yang berupa soal penelitian.
b. Pelaksanaan Tindakan I
Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dengan menerapkan
model/ metode pembelajaran matematika realistik
yang disesuaikan dengan tahap perkembangan berpikir siswa kelas III-B SDN Aenganyar
I. Peneliti bertindak sebagai guru pengajar dan observer dilakukan oleh
teman sejawat peneliti.
Pada tindakan I ini peneliti menyampaikan materi ajar sesuai dengan
konsep metode pembelajaran matematika realistik. Hal dimaksudkan agar siswa
memahami dan dapat menkonstruksi kemampuannya dalam memilih dan menggunakan benda
nyata/ alat ukur. Kemudian secara lisan guru memberikan pertanyaan awal
mengenai pengukuran dan bagaimana cara menggunakannya. Selanjutnya guru
membimbing siswa melakukan pengukuran dan mengorganisasikan kedalam kelompok
kecil. Dengan diskusi masing masing siswa dapat memahami cara mengukur benda
disekitar kelas, mencatat hasil pengukuran dan dapat menjawab pertanyaan yang
diberikan.. Guru menganalisa dan memberikan penilaian terhadap hasil kerja
siswa.
c.
Hasil Tindakan dan Pengamatan
Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam melaksanakan
Metode Pembelajaran Matematika Realistik. Pengamatan ini dilakukan oleh observer dan secara
objektif melakukan pengamatan pada saat pembelajaran berlangsung.
a. Hasil pengamatan
Pada
Tindakan I kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah 1. siswa dapat memilih
dan menggunakan alat ukur waktu, 2. Mengenal hubungan antar satuan waktu, dengan materi ajar satuan ukuran waktu. Hasil
pengamatan kegiatan pembelajaran pada siklus I (pertama) dapat dilihat pada
tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1
Lembar Pengamatan Metode Pembelajaran
Matematika Realistik
SIKLUS 1
NO
|
KEGIATAN YANG
DIAMATI
|
SIKLUS KE I
|
KET
|
|||
B
|
C
|
K
|
TM
|
|||
1
|
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai
|
√
|
||||
2
|
Guru memotivasi siswa untuk lebih giat belajar
|
√
|
||||
3
|
Guru memberikan contah benda nyata (alat ukur waktu) dan cara
menggunakannya dan menyampaikan bahan ajar dengan memanfaatkan alat peraga
tersebut
|
√
|
||||
4
|
Siswa memperhatikan dengan baik informasi dan mengajukan pertanyaan
terhadap guru.
|
√
|
||||
5
|
Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
|
√
|
||||
6
|
Guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk melakukan
pengukuran waktu dalam detik,menit dan jam dan mencari hubungan antar satuan
waktu
|
√
|
||||
7
|
Siswa berpartisipasi aktif dalam mengerjakan tugas diberikan oleh
guru
|
√
|
||||
8
|
Guru membimbing siswa dalam mengerjakan tugas kelompok
|
√
|
||||
9
|
Siswa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan teman kelompoknya
|
√
|
||||
10
|
Guru meminta siswa mengungkapkan hasil pengalamannya mencari dan
menemukan hubungan antar satuan waktu yang dapat diterapkan dalam kehidupan
ehari-hari.
|
√
|
||||
11
|
Guru menmberikan tes formatif 1 dan memberikan penjelasan cara
mengerjakannya.
|
√
|
||||
12
|
Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya
|
√
|
||||
13
|
Guru melakukan evaluasi hasil belajar siswa dan melakukan refleksi tentang materi yang telah dipelajari
|
√
|
||||
Jumlah kegiatan
yang terjadi
|
3
|
5
|
2
|
3
|
Pada tindakan I, dari 13 kegiatan guru
dan siswa yang diamati cenderung masih kurang sesuai dengan hasil yang
diharapkan, yaitu terdapat 10 kegiatan yang muncul dan 3 kegiatan tidak muncul.
Dari 10 kegiatan yang muncul (77 %)
dan 3 kegiatan atau 23 % kegiatan guru
dan siswa tidak muncul dapat menunjukkan masih adanya beberapa kekurangan dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan metode ini pada Tindakan I. Meskipun
terdapat 10 kegiatan yang muncul hanya 3 kegiatan (23 %) yang dapat
dilaksanakan dengan baik, yaitu kegiatan guru dalam hal menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa, menyampaikan tes formatif dan mengevaluasi hasil kerja siswa.
Kemudian terdapat 5 kegiatan (38 %) cukup terlaksana dengan baik serta 2
kegiatan (15%) sangat kurang nampak dan perlu perbaikan yaitu dalam hal siswa
berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok, kegiatan guru membimbing tugas
siswa dan kegiatan siswa setelah diminta guru untuk mengungkapkan pengalamannya
dari hasil belajar yang baru dilaksanakan.
b.
Hasil Tes
Setelah
melaksanakan kegiatan pada siklus I ,
siswa diberikan tes formatif (prestasi) untuk mendapatkan gambaran mengenai
prestasi belajar siswa setelah pelaksanaan pembelajaran. Hasil tes prestasi
dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2
Daftar Nilai Tes Prestasi dan
Ketuntasan Individual Siswa
No.
Responden
|
Nilai
|
Keterangan
|
No.
Responden
|
Nilai
|
Keterangan
|
1
|
65
|
Tidak Tuntas
|
15
|
65
|
Tidak Tuntas
|
2
|
60
|
Tidak Tuntas
|
16
|
45
|
Tidak Tuntas
|
3
|
45
|
Tidak Tuntas
|
17
|
65
|
Tidak Tuntas
|
4
|
60
|
Tidak Tuntas
|
18
|
70
|
Tidak Tuntas
|
5
|
65
|
Tidak Tuntas
|
19
|
65
|
Tidak Tuntas
|
6
|
70
|
Tidak Tuntas
|
20
|
75
|
Tuntas
|
7
|
45
|
Tidak Tuntas
|
21
|
60
|
Tidak Tuntas
|
8
|
85
|
Tuntas
|
22
|
45
|
Tidak Tuntas
|
9
|
65
|
Tidak Tuntas
|
23
|
85
|
Tuntas
|
10
|
70
|
Tidak Tuntas
|
24
|
75
|
Tuntas
|
11
|
65
|
Tidak Tuntas
|
25
|
80
|
Tuntas
|
12
|
65
|
Tidak Tuntas
|
26
|
60
|
Tidak Tuntas
|
13
|
65
|
Tidak Tuntas
|
27
|
65
|
Tidak Tuntas
|
14
|
75
|
Tuntas
|
28
|
50
|
Tidak Tuntas
|
Jumlah Nilai
|
1795
|
||||
Nilai Rata-rata kelas
|
64.1
|
||||
Persentase
Ketuntasan Klasikal
|
21%
|
Dan
deskripsi hasil tes prestasi siswa dapat dilihat dalam tabel berikut .
Tabel 4.3
Deskripsi hasil tes prestasi
siswa
Skor Hasil Belajar
|
41 - 50
|
51 – 60
|
61 - 70
|
71 - 80
|
81 – 90
|
91 - 100
|
Banyak siswa
|
5
17,9%
|
4
14,3 %
|
13
46,4 %
|
4
14,3 %
|
2
7,1 %
|
0
|
32,2 %
|
46,4 %
|
21,4 %
|
Dari tabel diatas menunjukkan hasil tes formatif yang telah diberikan kepada
siswa kelas III-B SDN Aenganyar I pada semester ganjil tahun pelajaran 2009/
2010. Setelah dilakukan analisis terhadap hasil tes ternyata hanya 6 anak
(21,4%) yang mengalami ketuntasan secara individual. Dari jumlah anak yang
tintas dalam belajarnya hanya 2 anak (7,1%) yang mendapat nilai diatas 81. Yang
lainnya (4 anak) tuntas dengan nilai antara 71 – 80. Tidak sampai separuh anak
(46,4%) mendapat nilai antara 61 – 70 dengan kategori cukup memahami walaupun
belum mencapai standar ketuntasan secara indivdual. Sejumlah anak yang berada
dalam kategori ini mendapat bimbingan tambahan agar lebih menguasai konsep
pembelajaran serta 9 anak (32,2%) mendapat nilai dibawah kategori cukup (kurang).
Untuk siswa yang mendapat nilai diatas angka 91 belum ditemukan. Sementara
nilai rata-rata kelas yang diperoleh belum menunjukkan adanya prestasi belajar
yang memenuhi ketuntasan secara klasikal.
Persentase ketuntasan kalsikal masih
jauh dari harapan yaitu 21 %.
Adapun kategori nilai ketuntasan yang menjadi tolok ukur dalam penelitian
ini adalah seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.4
Kategori Nilai Ketuntasan
NO
|
NILAI
|
KETUNTASAN
|
KATEGORI
|
1
|
41 – 50
|
Tidak Tuntas
|
Sangat Kurang
|
2
|
51 – 60
|
Tidak Tuntas
|
Kurang
|
3
|
61 – 70
|
Tidak Tuntas
|
Cukup
|
4
|
71 – 80
|
Tuntas
|
Baik
|
5
|
81 – 90
|
Tuntas
|
Baik Sekali
|
6
|
91 - 100
|
Tuntas
|
Istimewa
|
Untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas
mengenai hasil prestasi belajar siswa kelas III-B SDN Aenganyar I pada materi
pokok Pengukuran, dapat dilihat pada histogram berikut.
Gambar 4.1
Hisrogram Frekuensi Prestasi Belajar Siswa
Gambar 4.2
Hisrogram Prestasi Belajar Siswa
d. Refleksi
Pada Pembelajaran
siklus I dengan Tindakan I yang difokuskan pada materi pokok pengukuran dengan
standar kompetensi memilih alat ukur dan menggunakan alat ukur sesuai dengan
fungsinya dan mengenal hubungan antar waktu belum maksimal dapat dipahami oleh
siswa, setelah ditelaah hal ini terjadi karena beberapa faktor, yaitu ;
1. Dalam pembelajaran matematika siswa tidak
terbasa dengan konsep matematika yang realiatik sehingga siswa merasa kerepotan
dalam menggunakan media pembelajaran yang berimplikasi pada lambatnya dalam
mengerjakan tugas, sebagian siswa terlihat tidak konsentrasi dalam mengerjakan
soal yang diberikan.
2. Siswa belum terbiasa diminta laporan hasil
pekerjaanya secara lisan oleh guru, sehingga terkesan takut dalam berbicara,
gugup dan cenderung saling menunjuk
antar siswa dalam kelompoknya.
Dari hasil
pengamatan oleh observer, dapat diketahui bahwa dalam kegiatan pembelajaran
siklus I ini belum sepenuhnya dapat
melaksanakan skenario metode pembelajaran matematika realistik, diantaranya 5 kegiatan
(dari 13 kegiatan) atau (38 %) perlu perbaikan yaitu dalam hal memberikan
motivasi, memberikan bimbingan terhadap siswa dalam berdiskusi, memusatkan perhatian
dan membimbing siswa dalam menyampaikan pengalamannya dengan mencari hubungan
antar satuan waktu. Hal tersebut terjadi karena metode ini baru diterapkan,
juga karena pengajar belum terbiasa melaksanakan pembelajaran dengan konsep
ini.
Dari hasil tes yang diberikan juga masih belum menunjukkan adanya hasil
belajar/ prestasi yang membanggakan, terbukti hanya 6 anak (21,4%) yang
mengalami ketuntasan secara individual dengan kategori baik dan sangat baik.
Tidak sampai separuh anak (46,4%) mendapat nilai antara 61 – 70 dengan kategori
cukup memahami walaupun belum mencapai standar ketuntasan secara indivdual. Dan
terdapat 9 anak (32,2%) mendapat nilai dibawah kategori kurang dan sangat
kurang. Untuk siswa yang mendapat nilai diatas angka 91 belum ditemukan.
Sementara nilai rata-rata kelas yang diperoleh belum menunjukkan adanya
prestasi belajar yang memenuhi
ketuntasan secara klasikal. Persentase ketuntasan kalsikal masih jauh dari harapan yaitu 21 %.
Maka dengan demikian pembelajaran ini belum menunjukkan proses pembelajaran
yang menerapkan metode pembelajaran matematika realistik secara utuh dan prestasi siswa masih rendah
(jauh dari harapan) sehingga memerlukan pembelajaran berikutnya atau pembelajaran
perlu dilanjutkan dengan siklus ke II.
2. Hasil dan Pembahasan Siklus II
a. Perencanaan Tindakan II
Pada tahap ini peneliti telah merancang tindakan yang disesuaikan dengan
kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumya. Diantaranya adalah upaya
meningkatkan pemberian motivasi belajra pada siswa, berupaya meningkatkan
perhatian siswa, mengulang penjelasan tentang fungsi alat ukut dan cara
menggunakan alat ukur yang diperagakan, berusaha menciptakan suasana pembelajaran
lebih relaks dengan membiarkan siswa aktif melakukan pengukuran dan memberikan
kesempatan lebih banyak pada siswa untuk melakukan diskusi dengan temannya
sebagai persiapan dalam menyampaikan hasil pengalamannya setelah mendapat
perlakuan metode ini. Proses pembelajaran tetap dirancang dengan menerapkan
metode pembelajaran matematika realistik dan observer tetap melakukan
pengamatan serta pemberian tes formatif diakhir pelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan II
Pembelajaran pada siklus II ini dilaksanakan tetap dengan menerapkan model/ metode pembelajaran matematika realistik
yang disesuaikan dengan tahap perkembangan berpikir siswa kelas III-B SDN Aenganyar
I. Walaupun
siswa telah mendapatkan perlakuan penerapan metode pembelajaran matematika
realistik pada siklus I, peneliti tetap menyampaikan tujuan belajar yang akan
dicapai dengan penerapan metode ini. Peneliti bertindak sebagai guru pengajar dan observer
dilakukan oleh teman sejawat peneliti.
Pada tindakan II ini peneliti menyampaikan materi ajar sesuai dengan
konsep metode pembelajaran matematika realistik. Hal dimaksudkan agar siswa
memahami dan dapat menkonstruksi kemampuannya dalam memilih dan menggunakan
benda nyata/ alat ukur. Kemudian secara lisan guru memberikan pertanyaan awal
mengenai pengukuran dan bagaimana cara menggunakannya. Selanjutnya guru
membimbing siswa melakukan pengukuran dan mengorganisasikan kedalam kelompok
kecil. Dengan diskusi masing masing siswa dapat memahami cara mengukur benda
disekitar kelas, mencatat hasil pengukuran dan dapat menjawab pertanyaan yang
diberikan.. Guru menganalisa dan memberikan penilaian terhadap hasil kerja
siswa.
c. Hasil
Tindakan Dan Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh observer terhadap aktivitas guru dan siswa
dalam melaksanakan Metode Pembelajaran Matematika Realistik.
a. Hasil pengamatan
Pada Siklus
II Tindakan II ini kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah 1. siswa dapat
memilih dan menggunakan alat ukur panjang, 2. Mengenal hubungan antar satuan panjang, dengan materi ajar satuan ukuran panjang. Hasil
pengamatan kegiatan pembelajaran pada siklus II ini dapat dilihat pada tabel 4.5
berikut.
Tabel 4.5
Lembar Pengamatan Metode
Pembelajaran Matematika Realistik
SIKLUS II
NO
|
KEGIATAN YANG
DIAMATI
|
SIKLUS KE II
|
KET
|
|||
B
|
C
|
K
|
TM
|
|||
1
|
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai
|
√
|
||||
2
|
Guru memotivasi siswa untuk lebih giat belajar
|
√
|
||||
3
|
Guru memberikan contah benda nyata (alat ukur satuan panjang) dan
cara menggunakannya dan menyampaikan bahan ajar dengan memanfaatkan alat
peraga tersebut
|
√
|
||||
4
|
Siswa memperhatikan dengan baik informasi dan mengajukan pertanyaan
terhadap guru.
|
√
|
||||
5
|
Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
|
√
|
||||
6
|
Guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk melakukan
pengukuran panjagn dalam km, hm, dam, m, cm dan mencari hubungan antar satuan panjang
|
√
|
||||
7
|
Siswa berpartisipasi aktif dalam mengerjakan tugas diberikan oleh
guru
|
√
|
||||
8
|
Guru membimbing siswa dalam mengerjakan tugas kelompok
|
√
|
||||
9
|
Siswa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan teman kelompoknya
|
√
|
||||
10
|
Guru meminta siswa mengungkapkan hasil pengalamannya mencari dan
menemukan hubungan antar satuan panjang yang dapat diterapkan dalam kehidupan
ehari-hari.
|
√
|
||||
11
|
Guru menmberikan tes formatif 1 dan memberikan penjelasan cara
mengerjakannya.
|
√
|
||||
12
|
Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya
|
√
|
||||
13
|
Guru melakukan evaluasi hasil belajar siswa dan melakukan refleksi tentang materi yang telah
dipelajari
|
√
|
||||
Jumlah kegiatan
yang terjadi
|
5
|
5
|
3
|
0
|
Pada pelaksanaan tindakan II ini, dari 13
kegiatan guru dan siswa yang diamati cenderung masih kurang sesuai
dengan hasil yang diharapkan, namun seluruh kegiatan yang menerapkan konsep
realistik telah nampak muncul walaupun masih banyak terjadi kekurangan. Dari seluruh kegiatan yang muncul terdapat 5 kegiatan
(38,5%) dilaksanakan dengan baik, 5 kegiatan (38,5%) dilaksanakan dengan cukup
baik dan 3 kegiatan atau 23 % kegiatan
guru dan siswa masih kurang sempurna. Hal ini menunjukkan masih adanya beberapa
kekurangan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan metode ini pada Pelaksanan
Tindakan I. Kegiatan guru dan siswa yang sudah baik meliputi: kegiatan guru
dalam hal menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, memeragakan alat ukur
satuan panjang, menyampaikan tes formatif dan mengevaluasi hasil kerja siswa
serta guru dalam melakukan refleksi. Dan kegiatan yang dirasakan masih sangat
kurang nampak dan perlu perbaikan yaitu dalam hal siswa kurang dalam
memperhatikan informasi dari guru, berpartisipasi aktif dalam diskusi kelompok
dan menjawab pertanyaan teman kelompoknya. Kegiatan guru membimbing tugas siswa
dan kegiatan siswa setelah diminta guru untuk mengungkapkan pengalamannya dari
hasil belajar yang baru dilaksanakan mengalami peningkatan, namun tetap perlu
bimbingan.
b.
Hasil Tes
Setelah
melaksanakan kegiatan pembelajaran pada
siklus II , siswa diberikan tes formatif (prestasi) untuk mendapatkan gambaran
mengenai hasil prestasi belajar siswa setelah pelaksanaan pembelajaran dengan
metode ini. Tes yang diberikan juga implikasi dari memahami atau belum terhadap
metode yang sedang diterapkan.Hasil tes prestasi dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6
Daftar Nilai Tes Prestasi dan
Ketuntasan Individual Siswa
No.
Responden
|
Nilai
|
Keterangan
|
No.
Responden
|
Nilai
|
Keterangan
|
1
|
75
|
Tuntas
|
15
|
75
|
Tuntas
|
2
|
75
|
Tuntas
|
16
|
50
|
Tidak Tuntas
|
3
|
60
|
Tidak Tuntas
|
17
|
75
|
Tuntas
|
4
|
80
|
Tuntas
|
18
|
85
|
Tuntas
|
5
|
75
|
Tuntas
|
19
|
70
|
Tidak Tuntas
|
6
|
75
|
Tuntas
|
20
|
75
|
Tuntas
|
7
|
50
|
Tidak Tuntas
|
21
|
70
|
Tidak Tuntas
|
8
|
95
|
Tuntas
|
22
|
60
|
Tidak Tuntas
|
9
|
65
|
Tidak Tuntas
|
23
|
95
|
Tuntas
|
10
|
80
|
Tuntas
|
24
|
75
|
Tuntas
|
11
|
65
|
Tidak Tuntas
|
25
|
95
|
Tuntas
|
12
|
80
|
Tuntas
|
26
|
70
|
Tidak Tuntas
|
13
|
65
|
Tidak Tuntas
|
27
|
75
|
Tuntas
|
14
|
75
|
Tuntas
|
28
|
65
|
Tidak Tuntas
|
Jumlah Nilai
|
2050
|
||||
Nilai Rata-rata kelas
|
73,2
|
||||
Persentase
Ketuntasan Klasikal
|
60,7%
|
Dan deskripsi
hasil tes prestasi siswa dapat dilihat dalam tabel berikut .
Tabel 4.7
Deskripsi hasil tes prestasi
siswa
Skor Hasil Belajar
|
41 - 50
|
51 – 60
|
61 - 70
|
71 - 80
|
81 – 90
|
91 - 100
|
Banyak siswa
|
2
7,1%
|
2
7,1 %
|
7
25&
|
13
46,4 %
|
1
3,6 %
|
3
10,8%
|
14,2 %
|
25 %
|
60,8 %
|
Dari tabel diatas menunjukkan hasil tes formatif yang telah diberikan
kepada siswa kelas III-B SDN Aenganyar I pada semester ganjil tahun pelajaran
2009/ 2010. Setelah dilakukan analisis terhadap hasil tes ternyata telahj
mengalami peningkatan. Terdapat sekitar 13 anak yang belum memnuhi ketuntasan
individual. Walaupun mengalami peningkatan ternyata belum signifikan. Anak yang
memperoleh nilai dibawah 60 terdapat 4 anak (14,2%), sebanyak 25 % dari jumlah
anak mendapat nilai antara 61 – 70 dengan kategori cukup baik. Sementara jumlah
siswa yang tuntas secara individual adalah 60,8% dengan rincian sebagai
berikkut: 46,4% (13 anak) mendapat nilai antara 71 – 80 dengan kategori baik,
3,6% (1 anak) mendapat nilai 85 dengan kategori sangat baik dan 10,8% (3 anak) mendapat
nilai 95 dengan kategori istimewa.. Sejumlah anak yang berada dalam kategori
kurang mendapat bimbingan tambahan agar lebih menguasai konsep pembelajaran.
Untuk siswa yang berada pada kategori sangai baik dan istimewa mendapat
pengayaan. Sementara nilai rata-rata kelas yang diperoleh belum menunjukkan
adanya prestasi belajar yang memenuhi
ketuntasan secara klasikal. Persentase ketuntasan kalsikal masih belum sesuai dengan harapan yaitu 60,7
%.
Adapun kategori nilai ketuntasan yang menjadi tolok ukur dalam penelitian
ini adalah masih tetap seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.8
Kategori Nilai Ketuntasan
NO
|
NILAI
|
KETUNTASAN
|
KATEGORI
|
1
|
41 – 50
|
Tidak Tuntas
|
Sangat Kurang
|
2
|
51 – 60
|
Tidak Tuntas
|
Kurang
|
3
|
61 – 70
|
Tidak Tuntas
|
Cukup
|
4
|
71 – 80
|
Tuntas
|
Baik
|
5
|
81 – 90
|
Tuntas
|
Baik Sekali
|
6
|
91 - 100
|
Tuntas
|
Istimewa
|
Untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas
mengenai hasil prestasi belajar siswa kelas III-B SDN Aenganyar I pada materi
pokok Pengukuran, dapat dilihat pada histogram berikut.
Gambar 4.3
Hisrogram Frekuensi Prestasi Belajar Siswa
Gambar 4.4
Hisrogram Prestasi Belajar Siswa
d. Refleksi
Pada kegiatan pembelajaran siklus II dengan Tindakan II yang difokuskan
pada materi pokok pengukuran satuan panjang dengan standar kompetensi memilih
alat ukur dan menggunakan alat ukur sesuai dengan fungsinya dan mengenal
hubungan antar satuan panjang terlihat masih belum maksimal dapat dipahami oleh
siswa, walaupun ada peningkaran sekitar 40%. Setelah ditelaah hal ini terjadi
karena beberapa faktor, yaitu ;
1. Dalam pembelajaran matematika siswa belum
terbiasa dengan konsep matematika yang realistik, pembelajaran dalam siklus I
dengan menerapkan metode realistik ini belum sepenuhnya dapat dipahami oleh
siswa, guru pengajar juga masih kurang dalam pengelolan waktu. Masih terlihat
siswa merasa kerepotan dalam berdiskusi terutama ketika diminta menyampaikan
pengalamannya setelah mendapat materi pembelajaran.
2. Karena siswa belum terbiasa diminta laporan hasil pekerjaanya secara lisan oleh
guru, sehingga yang terjadi masih terkesan takut dalam berbicara, gugup
dan cenderung saling menunjuk antar
siswa dalam kelompoknya.
Dari hasil
pengamatan oleh observer, dapat diketahui bahwa dalam kegiatan pembelajaran
siklus II ini belum sepenuhnya
dapat melaksanakan skenario metode pembelajaran matematika realistik,
diantaranya 5 kegiatan (dari 13 kegiatan) atau (38 %) perlu perbaikan yaitu
dalam hal memberikan motivasi, memberikan bimbingan terhadap siswa dalam
berdiskusi, memusatkan perhatian dan membimbing siswa dalam menyampaikan
pengalamannya dengan mencari hubungan antar satuan waktu. Hal tersebut terjadi
karena metode ini baru diterapkan, juga karena pengajar belum terbiasa
melaksanakan pembelajaran dengan konsep ini.
Dari hasil tes yang diberikan juga masih belum menunjukkan adanya hasil
belajar/ prestasi yang membanggakan, namun telah terjadi peningkatan terbukti dari
28 siswa telah terdapat 17 anak (60,8%) yang belajar tuntas secara individual
dengan kategori baik 13 anak (46,4% dan sangat baik 1 anak (3,6%) serta 3 anak
(10,8%) dapat dikateorikan istimewa .
Tidak sampai separuh anak (25%) mendapat nilai antara 61 – 70 dengan kategori
cukup memahami walaupun belum mencapai standar ketuntasan secara indivdual,
berarti terjadi peningkatan dari kategori cukup menjadi kategori baik sekitar
21,6%. Walaupun telah diupayakan semaksimal mungkin masih terdapat 4 anak (14,2%)
mendapat nilai dengan kategori kurang dan sangat kurang. Sementara nilai
rata-rata kelas yang diperoleh juga mengalami peningkatan sebesar 39,7% namun juga masih membutuhkan pembenahan
karena.belum menunjukkan adanya prestasi belajar yang memenuhi ketuntasan secara klasikal. Persentase
ketuntasan kalsikal yang dicapai pada
pembelajaran siklus II ini adalah 60,7%
Maka dengan demikian pembelajaran ini secara rinci belum menunjukkan proses
pembelajaran yang menerapkan metode pembelajaran matematika realistik secara utuh dan prestasi siswa masih perlu
peningkatan, karena elum memnuhi standar yang diharapkan. Untuk mendapatkan
hasil yang maksimal maka perlu dilanjutkan dengan pembelajaran siklus ke III.
3. Hasil dan Pembahasan Siklus III
a. Perencanaan Tindakan III
Pada tahap ini peneliti telah merancang tindakan yang disesuaikan dengan
kekurangan yang terjadi pada siklus II. Diantaranya adalah upaya meningkatkan
pemberian motivasi belajar pada siswa, berupaya meningkatkan perhatian siswa,
melanjutkan materi dan memberikan penjelasan tentang fungsi alat ukut satuan
berat dan cara menggunakan alat ukur yang diperagakan, berusaha menciptakan suasana
pembelajaran yang kondusif dengan membimbing siswa lebih aktif dalam melakukan
kegiatan pengukuran dan berdiskusi dalam kelompoknya. Guru juga memberikan
kesempatan lebih banyak pada siswa untuk melakukan diskusi dengan temannya
sebagai persiapan dalam menyampaikan hasil pengalamannya setelah mendapat
perlakuan metode ini. Proses pembelajaran tetap dirancang dengan menerapkan
metode pembelajaran matematika realistik dan observer tetap melakukan
pengamatan serta pemberian tes formatif
diakhir pelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan III
Pembelajaran pada siklus III ini dilaksanakan tetap dengan menerapkan model/ metode pembelajaran matematika realistik
yang disesuaikan dengan tahap perkembangan berpikir siswa kelas III-B SDN Aenganyar
I. Walaupun
siswa telah mendapatkan perlakuan penerapan metode pembelajaran matematika
realistik pada siklus II, peneliti tetap menyampaikan tujuan belajar yang akan
dicapai dengan penerapan metode ini dengan materi pokok melanjutkan materi pada
pertemuan minggu lalu. Peneliti bertindak sebagai guru pengajar dan observer dilakukan oleh
teman sejawat peneliti.
Pada tindakan III ini peneliti menyampaikan materi ajar sesuai dengan
konsep metode pembelajaran matematika realistik. Hal dimaksudkan agar siswa
memahami secara maksimal dan dapat menkonstruksi kemampuannya dalam memilih dan
menggunakan benda nyata/ alat ukur serta dapat mengena hubungan antar satuan
berat. Kemudian secara lisan guru memberikan pertanyaan awal mengenai
pengukuran satuan berat dan bagaimana cara menggunakan dan menerapkan instrumen
itu dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya guru membimbing siswa melakukan
pengukuran satuan berat dan mengorganisasikan kedalam kelompok kecil. Dengan
diskusi masing masing siswa diharapkan dapat memahami cara mengukur benda disekitar
kelas, mencatat hasil pengukuran dan dapat menjawab pertanyaan yang diberikan..
Guru menganalisa dan memberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa.
c. Hasil
Tindakan
Pengamatan dilakukan oleh ebserver terhadap aktivitas guru dan siswa
dalam melaksanakan Metode Pembelajaran Matematika Realistik.
a. Hasil pengamatan
Pada Siklus
III Tindakan III ini kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah 1. siswa dapat
memilih dan menggunakan alat ukur berat, 2. Mengenal hubungan antar satuan
berat, dengan materi ajar satuan ukuran berat. Hasil
pengamatan kegiatan pembelajaran pada siklus III ini dapat dilihat pada tabel
4.9 berikut.
Tabel 4.9
Lembar Pengamatan Metode
Pembelajaran Matematika Realistik
SIKLUS III
NO
|
KEGIATAN YANG
DIAMATI
|
SIKLUS KE III
|
KET
|
|||
B
|
C
|
K
|
TM
|
|||
1
|
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai
|
√
|
||||
2
|
Guru memotivasi siswa untuk lebih giat belajar
|
√
|
||||
3
|
Guru memberikan contah benda nyata (alat ukur satuan berat) dan cara
menggunakannya dan menyampaikan bahan ajar dengan memanfaatkan alat peraga
tersebut
|
√
|
||||
4
|
Siswa memperhatikan dengan baik informasi dan mengajukan pertanyaan
terhadap guru.
|
√
|
||||
5
|
Guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
|
√
|
||||
6
|
Guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk melakukan
pengukuran panjagn dalam kg, hg, dag, gram dan mencari hubungan antar satuan berat
|
√
|
||||
7
|
Siswa berpartisipasi aktif dalam mengerjakan tugas diberikan oleh
guru
|
√
|
||||
8
|
Guru membimbing siswa dalam mengerjakan tugas kelompok
|
√
|
||||
9
|
Siswa aktif bertanya dan menjawab pertanyaan teman kelompoknya
|
√
|
||||
10
|
Guru meminta siswa mengungkapkan hasil pengalamannya mencari dan
menemukan hubungan antar satuan berat yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
|
√
|
||||
11
|
Guru menmberikan tes formatif 1 dan memberikan penjelasan cara
mengerjakannya.
|
√
|
||||
12
|
Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya
|
√
|
||||
13
|
Guru melakukan evaluasi hasil belajar siswa dan melakukan refleksi tentang materi yang telah
dipelajari
|
√
|
||||
Jumlah kegiatan
yang terjadi
|
12
|
1
|
0
|
0
|
Pada pelaksanaan tindakan III ini, dari 13
kegiatan guru dan siswa yang diamati telah nampak perubahan kegiatan
guru dan siswa banyak mengalami peningkatan. Dari seluruh
skenario kegiatan pembejaran yang menerapkan metode pembelajran
matematika realistik telah terlihat muncul 100%. Dari kegiatan yang secara keseluruhan
telah muncul hanya terdapat 1 kegiatan (7,6%) dilakukan dengan cukup baik.
Namun 12 kegiatan (92,4% telah terlaksana dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa
kegiatan pembelajaran pada siklus III ini telah menunjukkan penerapan metode
pembelajaran matematika realistik dengan utuh. Dan kegiatan yang terlihat cukup
baik adalah kegiatan siswa dalam mendengarkan informasi dan mengajukan
pertanyaan. Secara berkesinambungan semakin sering menerakan konsep ini
dimungkinkan akan semakin baik dan sempurna.
b.
Hasil Tes
Setelah
melaksanakan kegiatan pembelajaran pada
siklus III , siswa diberikan tes formatif (prestasi) untuk mendapatkan gambaran
mengenai hasil prestasi belajar siswa setelah pelaksanaan pembelajaran dengan
metode ini. Hasil tes prestasi dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut.
Tabel 4.10
Daftar Nilai Tes Prestasi dan
Ketuntasan Individual Siswa
No.
Responden
|
Nilai
|
Keterangan
|
No.
Responden
|
Nilai
|
Keterangan
|
1
|
85
|
Tuntas
|
15
|
80
|
Tuntas
|
2
|
85
|
Tuntas
|
16
|
55
|
Tidak Tuntas
|
3
|
70
|
Tidak Tuntas
|
17
|
80
|
Tuntas
|
4
|
85
|
Tuntas
|
18
|
90
|
Tuntas
|
5
|
80
|
Tuntas
|
19
|
80
|
Tuntas
|
6
|
85
|
Tuntas
|
20
|
85
|
Tuntas
|
7
|
70
|
Tidak Tuntas
|
21
|
80
|
Tuntas
|
8
|
100
|
Tuntas
|
22
|
70
|
Tidak Tuntas
|
9
|
80
|
Tuntas
|
23
|
100
|
Tuntas
|
10
|
85
|
Tuntas
|
24
|
80
|
Tuntas
|
11
|
75
|
Tuntas
|
25
|
95
|
Tuntas
|
12
|
85
|
Tuntas
|
26
|
80
|
Tuntas
|
13
|
80
|
Tuntas
|
27
|
85
|
Tuntas
|
14
|
85
|
Tuntas
|
28
|
75
|
Tuntas
|
Jumlah Nilai
|
2285
|
||||
Nilai Rata-rata kelas
|
81,6
|
||||
Persentase
Ketuntasan Klasikal
|
85,7%
|
Dan
deskripsi hasil tes prestasi siswa dapat dilihat dalam tabel berikut .
Tabel 4.3
Deskripsi hasil tes prestasi siswa
Skor Hasil Belajar
|
41 - 50
|
51 – 60
|
61 - 70
|
71 - 80
|
81 – 90
|
91 - 100
|
Banyak siswa
|
0
0%
|
1
3,6 %
|
3
10,7%
|
11
39,3 %
|
10
35,7%
|
3
10,7%
|
3,6 %
|
10,7 %
|
85,7%
|
Dari tabel diatas menunjukkan hasil tes formatif pada siklus III yang telah
diberikan kepada siswa kelas III-B SDN Aenganyar I pada semester ganjil tahun
pelajaran 2009/ 2010. Setelah dilakukan analisis terhadap hasil tes ternyata telah
banyak mengalami peningkatan. Dari tabel diatas dapat diketahui telah terdapat
24 anak (85,7%) yang tuntas dalam belajaranya secara individual. Dari siswa
yang tuntas tersebut 11 anak (39,3%) tuntas dengan kategori baik, 10 anak
(35,7%) tuntas dengan kategori sangat baik dan 3 anak (10,7%) tuntas dengan
kategori istimewa. Disamping itu terdapat 4 anak (14,2%) yang belum mencapai
ketuntasan secara individual hingga siklus ke III ini yang terdiri dari 3 anak
(10,7%) dengan kategori cukup memahami dan 1 anak (3,6%) berada pada kategori
kurang. Sejumlah anak yang berada dalam kategori kurang diberikan bimbingan khusus,
utamanya memberikan motivasi ekstra dengan pendekatan persuasif, karena setelah
diteliti siswa tersebut mengalami masalah dalam keluarga (setelah ditanya:
faktor ekonomi dan perhatian orang tua yang menjadi penyebabnya). Maka guru
juga mendatangi orang tua asuhnya (karena orang tua kandung berada di luar
daerah) untuk dapat memberikan motivasi dan perhatian kepada anak tersebut. Dan
nilai rata-rata kelas yang diperoleh telah menunjukkan adanya prestasi belajar
yang membanggakan karena telah memenuhi
ketuntasan secara klasikal. Persentase ketuntasan klasikal yang telah dicapai adalah yaitu 85,7 %. Atau
meningkat sekitar 20% dari siklus sebelumnya.
Adapun kategori nilai ketuntasan yang menjadi tolok ukur dalam Siklus III
ini adalah masih tetap seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.11
Kategori Nilai Ketuntasan
NO
|
NILAI
|
KETUNTASAN
|
KATEGORI
|
1
|
41 – 50
|
Tidak Tuntas
|
Sangat Kurang
|
2
|
51 – 60
|
Tidak Tuntas
|
Kurang
|
3
|
61 – 70
|
Tidak Tuntas
|
Cukup
|
4
|
71 – 80
|
Tuntas
|
Baik
|
5
|
81 – 90
|
Tuntas
|
Baik Sekali
|
6
|
91 - 100
|
Tuntas
|
Istimewa
|
Untuk
mendapatkan gambaran yang lebih jelas
mengenai hasil prestasi belajar siswa kelas III-B SDN Aenganyar I pada materi
pokok Pengukuran, dapat dilihat pada histogram berikut.
Gambar 4.5
Hisrogram Frekuensi Prestasi Belajar Siswa
Gambar 4.6
Hisrogram Prestasi Belajar Siswa
d. Refleksi
Pada kegiatan pembelajaran siklus III dengan Tindakan III yang difokuskan
pada materi pokok pengukuran satuan berat dengan standar kompetensi memilih
alat ukur dan menggunakan alat ukur sesuai dengan fungsinya dan mengenal
hubungan antar satuan berat terlihat telah menunjukkan banyak dipahami oleh
siswa, terdapat sekitar 12 kegiatan (92,4%) yang terlaksanan dengan baik dan 1
kegiatan (7,6%) dilaksanakan dengan cukup baik, namun secara umum seluruh fase
dan tahap pembelajaran telah terealisasi dengan baik. Hal ini dapat terwujud
karena beberapa hal, yaitu:
1. Dalam pembelajaran matematika siswa telah
banyak pengalaman dari siklus-siklus sebelumnya sehingga siswa telah cukup terbiasa
dengan konsep matematika yang realistik, mereka mulai mengenal konsep
matematika ini, merasa tertarik dan menyukai diberi kesempatan dalam berupaya
menemukan dan menyelesaikan persoalan dengan berkelompok.
2. Dengan semangat tinggi mereka selalu belajar dan tetap berkelompok untuk
mengerjakan tugas tambahan yang harus dikerjakan dirumah. Sehingga secara
mandiri mereka mengulang konsep ini diluar jam sekolah.
Dari hasil pengamatan oleh observer, dapat diketahui bahwa dalam kegiatan
pembelajaran siklus III ini secara utuh telah terlihat menerapkan konsep pembelajaran dengan
metode pembelajaran matematika realistik, terbukti dari seluruh
skenario kegiatan pembelajaran yang menerapkan metode pembelajran
matematika realistik telah terlihat muncul 100%. Dari kegiatan yang secara keseluruhan
telah muncaul hanya terdapat 1 kegiatan (7,6%) dilakukan dengan cukup baik.
Namun 12 kegiatan (92,4% telah terlaksana dengan baik.. Dan kegiatan yang
terlihat cukup baik adalah kegiatan siswa dalam mendengarkan informasi dan
mengajukan pertanyaan. Secara berkesinambungan semakin sering menerakan konsep
ini dimungkinkan akan semakin baik dan sempurna. Hal ini berjalan dengan baik
karena guru dan siswa bersemangat untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi
pada siklus-siklus sebelumya, memperbanyak latihan dirumah dan mempersiapkan
kerangka pembelajaran dengan lebih matang. Selain itu dukungan dari teman
sejawat yang berupa saran danmotivasi menjadi kekuatan peneliti untuk berupaya
mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya.
Dari hasil tes dapat diketahui telah terdapat 24 anak (85,7%) yang tuntas
dalam belajaranya secara individual. Dari siswa yang tuntas tersebut 11 anak
(39,3%) tuntas dengan kategori baik, 10 anak (35,7%) tuntas dengan kategori
sangat baik dan 3 anak (10,7%) tuntas dengan kategori istimewa. Disamping itu
terdapat 4 anak (14,2%) yang belum mencapai ketuntasan secara individual hingga
siklus ke III ini yang terdiri dari 3 anak (10,7%) dengan kategori cukup
memahami dan 1 anak (3,6%) berada pada kategori kurang. Sejumlah anak yang
berada dalam kurang diberikan bimbingan khusus, utamanya memberikan motivasi
ekstra dengan pendekatan persuasif, karena setelah diteliti siswa tersebut
mengalami masalah dalam keluarga (setelah ditanya: faktor ekonomi dan perhatian
orang tua yang menjadi penyebabnya). Maka guru juga mendatangi orang tua
asuhnya (karena orang tua kandung berada di luar daerah) untuk dapat memberikan
motivasi dan perhatian kepada anak tersebut. Dan nilai rata-rata kelas yang
diperoleh telah menunjukkan adanya prestasi belajar yang membanggakan karena
telah memenuhi ketuntasan secara
klasikal. Persentase ketuntasan klasikal
yang telah dicapai adalah yaitu 85,7 %. Atau meningkat sekitar 20% dari
siklus sebelumnya.
Dengan tercapainya niai rata-rata keas yang memenuhi standar ketuntasan
secara klasikal (85,7%) menunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas ini telah
berhasil dalam menerapkan konsep pembelajaran dengan metode pembelajaran
matematika realistik dan upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Maka dengan
demikian pembelajaran ini secara rinci telah menunjukkan proses pembelajaran
yang menerapkan metode pembelajaran matematika realistik secara utuh dan prestasi siswa telah berhasil
mengalami peningkatan, sehingga penelitian ini tidak memerlukan pembelajaran
berikutnya atau tidak perlu mengadakan/ melanjutkan pembelajaran pada siklus
berikutnya.
BAB V
PENUTUP
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Setelah
melakukan penelitian tindakn kelas tentang bagaiman upaya meningkatkan hasil belajar siswa
kelas III-B pada materipokok pengukuran melalui penerapan metode pembelajaran
matematika realistik di SDN Aenganyar I Giligenting semester ganjl thun
pelajaran 2009/ 2010, maka
berdasarkan hasil pengamatan melalui lembar observasi yang dilakukan selama
kegiatan pembelajaran sebanyak 3 Siklus ( 3pertemuan ), dapat dinyatakan
bahwa pada Siklus I dan Siklus II,
proses pembelajaran masih belum maksimal
menerapkan metode
pembelajaran matematika realistik dengan baik. Ini terjadi karena bebarapa hal
yang merupakan kekurangan guru dan siswa dalam menerapkan konsep ini. Kemudian setelah melakukan evaluasi dan
refleksi terhadap metode pembelajaran
matematika realistik, pada Siklus III
proses pembelajaran yang berlangsung sudah menerapkan metode pembelajaran matematika realistik
dengan baik. Sebuah metode pembelajaran dikatakan dapat diterapkan dengan baik
jika seluruh fase/ skenario pembelajaran muncul dan dapat direalisasikan dengan
baik.
|
Dari
keseluruhan data yang diperoleh dapat diinterpretasikan bahwa dengan Penerapan Metode
pembelajaran matematika realistik dapat Meningkatkan Hasili Belajar Siswa Kelas
III-B SDN Aenganyar I Kecamatan Giligenting Kabupaten Sumenep Tahun Pelajaran
2009/ 2010.
II.
Saran
Berdasarkan
hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka memberikan
saran-saran sebagai berikut :
1. Penerapan model pembelajaran matematika
realistik dapat memacu siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran,
studen oriented dan guru berperan sebagai fasilitator dan motivator. Oleh
karena itu sebaiknya metode ini dapat diterapkan oleh guru pada pembelajaran matematika.
2. Dalam menerapkan model pembelajaran dengan
metode ini sebaiknya dilakukan persiapan-persiapan yang baik sehingga proses
kegiatan pembelajaran dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
3.
Sebaiknya
sebagai guru juga dapat melakukan penelitian tindakn kelas, baik penelitian
serupa ata lanjutan maupun peneltian dengan konsep lain, khususnya dalam bidang
studi matematika.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, suatu
Pendekatan Praktik.
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Hudoyo, Herman. 1998. Strategi Mengajar Belajar Matematika.
Malang : IKIP Malang.
Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi
dan Implementasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.2000. Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka.
Poerwati, Endang. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Malang :
Universitas Muhammadiyah Malang.
Suharta, I Gusti Putu.
2007. Pendekatan Matematika Realistik.
http://www.depdiknas.go.id/jurnal/38/matematika%2520 realistik htm.
Sukardi, Dewa, Ketut. 1983.
Manajemen Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Bandung : Alfabeth.
Tim Matematika,2007. Cerdas Matematika 3A. Bogor: Ghalia
Indonesia
Van den Hauvel-Panhuizen, 2000. Mathematics Education in the Netherlands a Guided Tour. http://www.fi.uu.nl/en/index
publicaties htm.
Wardani, I.G.A.K. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka
Widodo,
Suryo. 2002. Pengantar Dasar Matematika.
Kediri : IKIP PGRI Kediri.
Post a Comment for "Contoh Penelitian Tindakan Kelas"
Tinggalkan komentar Sahabat sebagai saran dan masukan yang sangat berharga untuk tetap belajar dan berbagi. Terima kasih atas kunjungannya.