Sisa Waktuku
Denting jarum jam, masih sore
Tapi sebenarnya mulai malam
Sebentuk gelisah
Semacam gundah
Tanpa perkabaran
Tapi sebenarnya mulai malam
Sebentuk gelisah
Semacam gundah
Tanpa perkabaran
Tadi malam, malamku pergi
Bersamaku dalam safir
Bersamamu dalam pikir
Tak terasa, aku terebah
Menunggu waktu tiba
Mengalun sabda saat fajar
Bersamaku dalam safir
Bersamamu dalam pikir
Tak terasa, aku terebah
Menunggu waktu tiba
Mengalun sabda saat fajar
Aku menunggu sang Surya di ufuk
Hingga senja mendera
Sampai malam menengadah
Waktuku kian tersisa
Menjemput asa
Hingga senja mendera
Sampai malam menengadah
Waktuku kian tersisa
Menjemput asa
Jika kau kan pergi, pergilah
bahagia
Sisa Waktuku kian binasa
Tanpa ruhmu, aku bukan apa-apa
TanpaMu, aku bukan siapa-siapa
Sisa Waktuku kian binasa
Tanpa ruhmu, aku bukan apa-apa
TanpaMu, aku bukan siapa-siapa
KepadaMu, aku titip dia
Kepadamu, ingatkan DIA
Kepadaku, sabarMu kumohonkan
KepadaMu, kupinta kekuatan
Kepada dia, penjagaanMu kudoakan
Kepadamu, ingatkan DIA
Kepadaku, sabarMu kumohonkan
KepadaMu, kupinta kekuatan
Kepada dia, penjagaanMu kudoakan
Sisa Waktuku kian mengiba
Kian menyirna, ditelan lupa
Kian menyirna, ditelan lupa
Sumenep, 27 Nov 2016.@lee
Mega Senja, Kemanakah?
Lantunan wahyu penghantar kalbu
Bergema menuju tiga rokaat
Hati berdenting syahdu
Akan kalamMu
Bergema menuju tiga rokaat
Hati berdenting syahdu
Akan kalamMu
Sembari menunggu sekedar telepon
Sekedar message
Sebentuk whaatsapp darimu
Tak kunjung tiba
Hati gelisah, jiwa menduka
Aku lesu di pembaringan
Sekedar message
Sebentuk whaatsapp darimu
Tak kunjung tiba
Hati gelisah, jiwa menduka
Aku lesu di pembaringan
Sementara mega menuju senja
Tak merah seperti biasanya
Redup dikalang mendung
Dikalung tebal berkabut, berkabung
Ditemani gemericik gerimis
Menggairahkan rindu
Yang tak berkesudahan
Tak merah seperti biasanya
Redup dikalang mendung
Dikalung tebal berkabut, berkabung
Ditemani gemericik gerimis
Menggairahkan rindu
Yang tak berkesudahan
Nimas, kangmas merindu di setiap
senja
Walaupun tanpa mega merah
Rinduku sebentuk pelangi mengalungi awan
Spektrum warna cerah
Secerah wajahmu
Yang selalu memendarkan
Terang rembulan...
Walaupun tanpa mega merah
Rinduku sebentuk pelangi mengalungi awan
Spektrum warna cerah
Secerah wajahmu
Yang selalu memendarkan
Terang rembulan...
Adzan mulai dikumandangkan
Pertanda kita segera menghamba
Senja mulai tenggelam
Meninggalkan jejak terpendam
Mega segera sirna, menuju malam
Pertanda kita segera menghamba
Senja mulai tenggelam
Meninggalkan jejak terpendam
Mega segera sirna, menuju malam
Segenting itu, hati tetap teguh
Berharap ada beritamu, Nimas
Aku malang, senja ini di Malang
Senyuman Nimas, terbuai di khayangan
Berharap ada beritamu, Nimas
Aku malang, senja ini di Malang
Senyuman Nimas, terbuai di khayangan
Mega kemanakah kau beranjak?
Senja, akankah kau pergi
Meninggalkan dinginku tanpa kabar?
Kemanakah kau berpulang
Melupakan ratap suci ini
Membiarkan tangis rinduku ini
Berselimut di hatiku?
Senja, akankah kau pergi
Meninggalkan dinginku tanpa kabar?
Kemanakah kau berpulang
Melupakan ratap suci ini
Membiarkan tangis rinduku ini
Berselimut di hatiku?
Ajaklah aku menjumpai Nimasku
Ke khayangan sekalipun
Nimas, tunggulah aku...
Ke khayangan sekalipun
Nimas, tunggulah aku...
Malang, 26 Nov. 2016.@lee
Ajari Aku Bersabar
Di saat sebentuk duka hadir
Kadang bersama sukasuka berkeliaran
Aku harus sabar
Duka, ajari aku bersabar
Kadang bersama sukasuka berkeliaran
Aku harus sabar
Duka, ajari aku bersabar
Ketika sewujud keangkuhan
berkhutbah
Percikan darah semburat mengalir
Dalam panas merah yang marah
Aku harus sabar
Angkuh, Ajari aku bersabar
Percikan darah semburat mengalir
Dalam panas merah yang marah
Aku harus sabar
Angkuh, Ajari aku bersabar
Tatkala seonggok jasad penuh duri
Berlipat sakitsakit hampa rasa
Berjerit memaksa binasa
Aku harus sabar
Sakit, Ajari aku bersabar
Berlipat sakitsakit hampa rasa
Berjerit memaksa binasa
Aku harus sabar
Sakit, Ajari aku bersabar
Serumpun dengan egois
Kamu harus takluk pada langit biru mayapada
Tidak boleh ada senja
Jangan ada malam
Sianglah terus bersama kekuasaan birahi
Aku harus sabar
Egois, ajari aku bersabar
Kamu harus takluk pada langit biru mayapada
Tidak boleh ada senja
Jangan ada malam
Sianglah terus bersama kekuasaan birahi
Aku harus sabar
Egois, ajari aku bersabar
Ajari aku bersabar meski
berkalang lara
Aku harus sabar walau bermandi derita
Aku harus sabar walau bermandi derita
Sumenep, 25 Nov. 2016.@lee
Saudaraku...Guru Bangsa...
Berbangga dan berbahagialah ditakdirkan mengabdi pada negeri
sebagai guru. Guru adalah pelita harapan setiap generasi emas bangsa mencapai
citacita mulia negeri ini.
Bersabarlah dengan karakteristik anak kita yang unik dan
berbeda...
Bertahanlah untuk tetap menjadi
baik dan berbagi kebaikan dengan keadaan yang kadang sungguh memilukan bagi
kita, guru dikriminalisai, guru diintimidasi, guru diperlakukan jauh dari niat
teguhnya sebagai pengabdi.
Berjiwa besarlah bagi saudaraku,
guru bangsa yang sedang bertugas mengabdi di daerah
terluar.terpencil.tertinggal.kepulauan.pegunungan.pedalaman dan hutan sekalipun
untuk sebuah pengabdian tulus bagi pendidikan Indonesia kita.
Bersyukurlah untuk setiap detik
waktu, hati.pikiran.perasaan dan jiwa kita curahkan untuk membangun generasi
emas negeri tiada henti..
Berusahalah sekuat tenaga dan
pikiran untuk terus berkarya, berdedikasi tinggi, berbakti dan belajar tanpa
henti meningkatkan kompetensi diri serta memberikan yang terbaik untuk
pendidikan bangsa sendiri, Indonesiakita.
Jangan risaukan seperti apa
definisi.kesejahteraan dan hak guru sesuai Undangundang, tetapi risaukanlah
bakti.kewajiban dan kemakmuran negeri dengan pengabdian kita, guru bangsa.
Guru, kita, semua...janganlah
menangis di kala kita dicibir dengan cara mendidik kita, ....janganlah patah
semangat di kala kita di remehkan kemampuan kita,...jangan merasa rendah di
kala kita diperlakukan bukan sebagai guru....
Guru, kita, semua....pengabdian
kita akan terus berbuah barokah, bersandarlah pada Tuhan, pada DIA, bukan dia.
Guru, kita, semua..Pahlawan
Pendidikan Bangsa
Selamat Hari Guru Nasional, tahun
ini
Persembahkanlah dedikasi.bakti dan karya terbaik untuk negeri.
Persembahkanlah dedikasi.bakti dan karya terbaik untuk negeri.
Sumenep, 25 Nov. 2016.@lee\
Sahabat...Menghargai waktu adalah bagian dari bagaimana berpikir produktif. Dengan waktu kita bisa berhasil atau gagal, setidaknya untuk kesuksesan menjadi yang terbaik dan pemenang dalam kompetisi diri sendiri sebagai motivasi instrinsik untuk melaksanakan kewajiban kita. Pribadi yang kurang menghargai waktu, relatif berpikir mengalir ala kadarnya. Keterlambatan dianggap hal biasa, ketertinggalan dianggap musibah, dan kegagalan menjadi individu teladan dirasa sebagai takdir. Tuhan menjanjikan kebaikan bagi hamba yang berusaha sekuat kemampuan untuk menjadi orangorang baik. Berdoa adalah lewajiban padaNya. Alhamdulillah, pagi sejuk barokah kita dapat mengawali pagi dengan senyuman dan bakti pada negeri, dengan ijinNya..
Sumenep, 28 Nov 2016.@lee
Sumenep, 28 Nov 2016.@lee
Saya memiliki sahabat literasi. Berbagi merupakan habit baginya. Menjawab azas kerelaan yang melekat dlam dirinya. Bangga memiliki teman yang rajin berkarya ramah menaklukan segala kesulitan. Sahabatku ini bagian dari bingkai imajinasiku. Salam sehat, My soulmate. Terima kasih atas karya-karyamu yang bisa kusimak walaupun sy tidak rajin komentar. Hehheheheh
ReplyDeleteLuar biasa. Sangat memotivasi. Terima kasih. Salam sehat. Semoga bermanfaat
Delete