Bupatiku, Memahamiku! Hardiknas Bercerita!
Hati ini sebenarnya ragu. Sama sekali tak percaya ketika dua hari sebelumnya dapat kabar bahwa saya mendapat kesempatan mengikuti upacara Hari Pendidikan Nasional di Halaman Kantor Bupati Sumenep. Jujur, pengalaman pertama! Mungkin bagi sebagian orang, mengikuti upacara bendera bersama dengan pejabat kabupaten dan jajaran forpimda adalah hal biasa. Tapi, bagi saya, luar biasa.
Pemberitahuan dari pejabat dinas pendidikan benar-benar membuat saya bahagia. Hati gembira tak terkira. Bahkan, serasa lama sekali menunggu waktu dua hari itu. Terasa lambat sepertinya perputaran jarum jam detik, apalagi jarum jam menit. Segala sesuatu saya persiapkan dengan baik. Mulai rajin menyemir sepatu, dan mencari sepadang kaus kaki yang jarang dipakai. Kopyah juga diselipkan di tempat aman. Benar-benar aman.
Satu hal yang mungkin tak akan saya lupakan. Undangan mengikuti upacara itu, ternyata berhubungan dengan akan diberikannya penghargaan oleh Bupati kepafa insan akademik berprestasi, katanya. Teringat saja pada kata 'prestasi'. Bagi saya, prestasi adalah kemampuan diri untuk berbuat dan berbagi seluas-luasnya hal bermanfaat bagi orang lain, masyarakat, bangsa dan negara. Sederhana sekali. Semua guru berprestasi, ketika ia dengan ikhlas memberikan yang terbaik untuk anak didiknya.
Pada kesempatan Hardiknas ini juga, akan digelar pameran pendidikan. Komunitas kami, Rumah Literasi Sumenep juga ambil bagian dalam memeriahkan kegiatan literasi tersebut. Semua karya guru anggota Rulis ditampilkan. Sebagaimana jadwal yang telah dirancang sebelumnya, kami menyiapkan semaksimal mungkin di stan yang telah ditetapkan. Serba sibuk sehari sebelum hari H itu.
Malampun tiba. Malam tanggal 2 Mei 2018. Malam Rabu benderang sinar rembulan. Sesekali melihat kembali persiapan untuk hari besok. Khawatir ada yang terlupakan. Papan dada dan lencana Korpri sudah melekat di baju yang akan dikenakan besok. Hitam berbatik tulis, indah! Sebelum tidur, saya berharap bermimpi, apa yang akan terjadi besok. Ketika bertemu, berhadapan, bersalaman dan menerima penghargaan dari Bupati. Pasti mimpi bahagia.
Sekali lagi, judulnya ternyata pemberian penghargaan sebagai guru sekolah dasar berprestasi oleh Bupati dalam momentum Hari Pendidikan Nasional. Antara bahagia dan bertanya-tanya. Bukankah semua guru berprestasi? Mengajar sepenuh hati? Mendidik dengan tulus? Mengapa saya sendiri (bersama guru dari jenjang berbeda) yang mendapat kesempatan itu?
Jawabannya bisa ditebak. Beberapa waktu lalu, telah dilaksanakan lomba guru berprestasi tingkat kabupaten. Kebetulan hanya satu orang yang akan mendapat kesempatan mendapat penghargaan dari Bupati. Keberuntungan dan takdirNya berpihak pada saya. Puji syukur kepadaNya. Akan tetapi peserta lain dan bahkan yang tidak ikut kegiatan lombapun hebat semua, dan layak menyandang prestasi dan dedikasi semua. Saya yakin itu.
Tak terasa, berangan sampai tertidur pulas. Tidur pada kondisi gelombang Delta. Gelombang menghanyutkan. Gelombang yang berada pada ukuran 0,5 - 4,5 Hz. Bahkan tanpa mimpi. Pada gelombang inilah yang mampu menyembuhkan penyakit oleh tubuh sendiri, dengan kuasaNya. Bangun tidur pastilah terasa segar bugar.
Pagi hadir tanpa bicara. Tampak matahari terbit seperti biasa. Ada hal istimewa di pagi itu. Pagi yang tenang, serasa Ramadhan. Angin berembus sepoi, menyelinap di setiap dedaun pepohon yang rindang. Sejuk. Sembari menyiapkan segala sesuatunya, tak lupa saya selalu menyeruput kopi radix. Kopi herbal pertama yang saya kenal aman di lambung. Luar biasa.
Undangan upacara di Pemda pukul 07.30 WIB. Ada kesempatan mengikuti upacara Hardiknas serentak di sekolah yang juga dilaksanakan oleh sekolah lain seluruh Indonesia dengan lagu kebangsaan 3 stanza. Meriah sekali. Kebetulan upacara di sekolah tempat saya mengajar dimulai pada pukul 06.30 WIB. Jadi, bagi-bagi waktu.
Setelah selesai mengikuti upacara di sekolah, saya bergegas menuju kantor Bupati. Saya parkir saja sepeda motor di halaman belakang. Segeralah menuju stan Rumah Literasi Sumenep yang sudah kami siapkan sejak hari kemarin.
Tampak semakin banyak yang datang untuk mengikuti kegiatan upacara itu. Panitia mengumumkan bahwa undangan penerima penghargaan segera menempati tempat yang telah ditentukan. Sebelah kiri podium Bupati. Jam menunjukkan 15 menit menuju pukul 08.0p WIB. Sambil menunggu kedatangan orang nomor 1 Kabupaten, gladi bersih juga dilakukan oleh panitia. Paduan suara dan kesiapan pasukan tak luput dari gladi bersih.
Para undangan juga sibuk berswafoto, apalagi para calon penerima calon penghargaan. Siswa dan guru berprestasi duduk dalam satu tempat yang sama, beda deret.
Upacara siap dimulai. Sirine berbunyi tanda kehormatan bagi pahlawan pendidikan berbunyi. Juga bagi pejabat pemerintah.
Amanat inspektur upacara menjadi 'wejangan' bagi para insan akademik untuk terus berkarya dan membangun negeri dengan pendidikan dan kebudayaan berkualitas. Maknanya luar biasa, sangat mendalam.
Tibalah saat yang ditunggu-tunggu. Penyerahan penghargaan. Semua awak media telah mengambil tempat, berebut tempat strategis untuk mengambil gambar.
Semua penerima penghargaan diminta untuk menempati di depan podium Bupati. Bupati memberikan satu persatu penghargaan itu. Dimulai dari siswa hingga guru berprestasi.
"Mengajar di mana Pak Ali Harsojo?", kata beliau ramah dan lembut. Kami sedikit berbincang soal tempat mengajar dan siswa yang diajar.
"Tetaplah menjadi guru berprestasi, berkarya dan terus berbuat terbaik untuk pendidikan kita.", pesan Bupati yang sempat saya dengar jelas. Saya memandang beliau penuh kesungguhan. Mimik muka yang bahagia mendapat pesan itu. Amanah bagi saya.
Selepas acara pokok upacara, Bupati berkenan berkunjung ke stan pameran.
Ini kesempatan baik saya untuk memberikan karya kecil saya kepada beliau. Buku "Samudera Inspirasi di Facebook" terbitan Mediaguru yang hebat, saya siapkan. Semoga sampai di stan kami, Rumah Literasi Sumenep.
Rupanya pak Bupati tahu mau saya. Seakan memahami hati kecil saya, memberikan buku kebanggaan saya untuk melengkapi perpustakaan pribadinya. Allah Maha Tahu dan mengabulkan harapan dan doa hambaNya. Bupati mampir di stan kami. Sayalah yang pertama memberi hormat dan mohon izin memberikan sepucuk karya kecil saya. Buku. Tidak saya berikan kesempatan pak Bupati pindah tempat, saya mengajak beliau berfoto dengan menunjukkan buku itu. Senang sekali rasanya.
Lalu kami memperkenalkan dengan detail Rulis dan kiprahnya untuk pendidikan.
Sekali lagi, segala puji syukur kepadaNya atas anugerah indah ini. Semoga tetap mampu mengabdi sepenuh jiwa. Mengajar dengan ilmu, mendidik dengan hati. Jayalah guru Indonesia.
Post a Comment for "Bupatiku, Memahamiku"
Tinggalkan komentar Sahabat sebagai saran dan masukan yang sangat berharga untuk tetap belajar dan berbagi. Terima kasih atas kunjungannya.