Sembrani, Kereta Eksekutif Menuju HGN Pakansari Bogor
Bayangan Jakarta sudah di depan mata. Seakan baru saja bangun dari tidur, mengenang mimpi indah yang tak berkesudahan. Mimpi merajut pengabdian bersama anak negeri. Profesi gurulah yang mengantarkan saya, kami dan kita pada puncak kebahagiaan para guru. Pejuang pendidikan.
Setelah sukses besar HGN dan HUT PGRI di Sumenep, termasuk pelaksanaan Hari Aksara International, tiba saatnya menghadiri puncak HGN secara nasional di Stadion Pakansari Bogor. Tanggal 1 Desember adalah pilihan PB PGRI untuk merayakan hari kelahirannya yang ke-73. Usia yang cukup dewasa untuk terus memberikan energi perubahan pada perkembangan pendidikan di Indonesia. Luar Biasa!
Bogor, via Jakarta bukan halangan bagi kami, guru Sumenep untuk datang. Rasa bahagia dan bangga sebagai guru meniadakan rasa lelah. Ya, kita tahu, Jakarta sejauh 1000 km dari kota pahlawan Surabaya harus ditempuh 9 jam 57 menit dengan kereta. Sembrani, kereta eksekutif pilihan para pengurus PGRI Kabupaten Sumenep.
Perjalanan dari Sumenep ke stasiun kereta api Pasar Turi menjadi terabaikan karena kebahagiaan yang telah dirasakan. Sepanjang perjalanan.
Mengapa memilih Sembrani?
Telisik yang dilakukan via on line membuahkan cerita yang indah. Seakan ingin mengulang sejarah masa lalu perkeretaapian di tanah air kita.
Soal HGN, kita bicarakan nanti. Agar tak penasaran, saya suguhkan sepintas tentang Sembrani dan kisahnya.
Nama Sembrani diambil dari cerita legenda masyarakat tempo dulu yang menggambarkan seekor kuda bersayap yang dapat terbang dan sangat berani. Sementara menurut hikayat rakyat Jawa, Sembrani merupakan alat transportasi bagi raja, ratu, dan senopati yang konon menurut cerita bila bepergian selalu menggunakan kuda Sembrani agar dapat dengan mudah dan cepat sampai di tujuan. Dengan demikian, Kuda Sembrani melambangkan kecepatan, kelincahan, dan kekuatan sehingga menumbuhkan kebanggaan bagi setiap penumpangnya (wikipedia.org)
Saya tak mengatakan bahwa kereta Sembrani adalah kereta kerajaan yang digunakan para raja pada zaman dahulu.
Tetapi kata Sembrani mampu mengingatkan kita pada masa lalu. Masa jaya kerajaan di bumi Nusantara. Dalam legenda diceritakan bahwa Sembrani memiliki sifat berani. Intinya adalah Sembrani merupakan alat transportasi para petinggi kerajaan di zamannya.
Saat ini, kereta Sembrani merupakan kereta favorit bagi sebagian orang. Penumpang selalu kelihatan ramai menggunakannya. Kali ini, membawa kami menuju Gambir, stasiun pemberhentian terakhir di Jakarta.
Sejak kapan kereta eksekutif ini mulai ini dioperasikan?
Peluncuran perdana KA Sembrani dilakukan pada tanggal 1 Oktober 1995. Kereta cukup mewah ini merupakan pembaharuan dan inovasi dari KA Mutiara Utara yang sudah beroperasi sebelumnya. Inovasi luar biasa yang membanggakan.
Kereta api yang memiliki kapasitas 300-400 tempat duduk ini (6-8 kereta kelas eksekutif) menawarkan alternatif perjalanan pada malam hari melalui lintas Utara Pulau Jawa dengan waktu tempuh sekitar 9 jam 57 menit dan hanya berhenti di Stasiun Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang Tawang, Cepu, Bojonegoro dan Lamongan. Rangkaian Kereta Api Sembrani terdiri dari 1 Kereta Bagasi (B), 8 kereta eksekutif (K1), 1 Kereta Makan (M1), 1 Kereta Pembangkit (P).
Walaupun kereta eksekutif ini sangat baik dan nyaman digunakan, tetapi pernah pula mendapat stigma kurang nyaman. Awalnya, KA Sembrani adalah kereta yang lekat dengan image yang buruk, dengan rangkaiannya yang tidak nyaman. Juga karena banyaknya kereta buatan tahun 50-an. Tidak heran bahwa kereta ini sempat sepi dari penumpang. Malah sebuah kecelakaan sempat menimpa kereta ini. KA Sembrani menabrak KA Kertajaya di Stasiun Gubug, Grobogan, Jawa Tengah, pada 15 April 2006 yang menewaskan 13 orang, termasuk masinis KA Kertajaya itu sendiri (wikipedia.org)
Berawal dari sinilah, segala upaya perbaikan dilakukan agar penumpang merasa nyaman dan aman. Untuk memperbaiki image kereta ini, sejak Oktober 2008, satu rangkaian kereta api Sembrani diubah menjadi rangkaian kereta (seperti) pesawat, dan ini merupakan inovasi dari Balai Yasa Manggarai, sebagai rangkaian retrofit pertama dengan kaca (seperti) pesawat, dan menjadi inspirasi untuk KA retrofit lainnya (wikipedia.org.)
Kemudian, pada awal tahun 2010, KA Sembrani sempat menggunakan kereta eksekutif retrofit dengan livery kelas Argo, namun dengan warna biru bukan abu-abu, juga hasil kreasi Balai Yasa Manggarai. Rangkaian ini tergolong bagus sekali sehingga saat rangkaian asli KA Argo Anggrek ditarik, KA Argo Anggrek meminjam rangkaian ini. Saat ini, mulai 2016, Kereta api Sembrani menggunakan rangkaian Kereta Eksekutif produksi 2016 buatan PT INKA Persero dengan ciri khas menyerupai KA Argo Anggrek (wikipedia.org.)
Alhasil, saat ini Sembrani menjadi pilihan banyak orang. Nyaman dan adem. Kru dan kondektur yang ramah menambah suasana yang harmoni. Harmoni antara pikiran dan perasaan yang bahagia.
Malam penuh cerita, sesaat kereta akan melaju, para guru dan pengurus PGRI berfoto ria mengabadikan kebahagiaannya. Sesekali teman kami melakukan swafoto berlatar belakang kereta maupun obyek lainnya.
Derit roda besi atau baja kereta menandai awal melajunya Sembrani dengan gagah.
Ditemani canda dan tawa tak lagi menghiraukan siaran televisi di ujung gerbong. Terpesona gelap malam yang dingin dari balik jendela Sembrani.
Doa dan lantunan ayatNya menjadi penyerta utama keberangkatan kami. Semoga dalam lindunganNya. Aman selamat lancar barokah dalam perjalanan tugas mulia ini. Bogor, insyaallah kami datang.
Mari menikmati camilan dulu, saat Sembrani berhenti sejenak di stasiun kereta api Lamongan. Alhamdulillah.
Post a Comment for "Sembrani, Kereta Eksekutif Menuju HGN Pakansari Bogor"
Tinggalkan komentar Sahabat sebagai saran dan masukan yang sangat berharga untuk tetap belajar dan berbagi. Terima kasih atas kunjungannya.