Pada tahun kedua
masa pandemi, sepertinya ada tanda-tanda kegiatan pembelajaran akan
dilaksanakan secara tatap muka terbatas. Walaupun nanti juga bisa berubah
sesuai dengan keadaan. Tetapi, harapannya tetap masuk tatap muka, meskipun
dilaksanakan dengan terbatas dan ketat protokol kesehatan.
Sebagaimana yang
telah dialami sebelumnya bahwa pembelajaran jarak jauh, terutama yang
menggunakan daring sinkronous, tidak sepenuhnya dapat dilaksanakan secara
maksimal. Masih ditemukan banyak kendala yang dihadapi.
Misalnya, fasilitas IT yang tidak memadai, jaringan internet lemot, psikologis
anak terbebani, dan kondisi ekonomi orang tua yang mengalami gejolak. Terutama
bagi orang tua yang berada pada golongan ekonomi menengah ke bawah. Walaupun kedadaan
seperti itu, kegiatan pembelajaran harus tetap dilaksanakan.
Ketika nanti, pada tahun ajaran
baru akan menerapkan kegiatan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTM Terbatas),
maka perlu memerhatikan banyak hal. Mulai dari aspek kesehatan, keamanan, dan
proses pembelajaran itu sendiri.
Jika benar diterapkan PTM Terbatas, maka siswa akan belajar terbatas
sesuai kondisi di daerah masing-masing.
Pada daerah berzona hijau, diizinkan paling banyak 50% siswa akan belajar
dengan PTM terbatas. Guru atau wali kelas dapat mengaturnya sedemikian rupa
sesuai dengan hasil kesepakatan sekolah, wali siswa dan wali siswa. Dengan kata
lain, orang tua harus menyetujui anaknya akan belajar dengan tatap muka
terbatas.
Pada kondisi tersebut, kemungkinan besar kegiatan pembelajaran relevan
dilaksanakan dengan model Hybrid Learning System (HLS).
Anim, sebagai narasumber webinar yang dilaksanakan oleh APKS Provinsi
Jawa Timur memaparkan bahwa hybrid learning adalah cara belajar mengajar dengan
memadukan kegiatan belajar PTM dan online.
Pada lain pembahasan, hybrid learning tersebut sama dengan cara atau
model blended learning. Hybrid learning berarti kegiatan atau model
pembelajaran dengan cara menggabungkan antara pembelajaran daring dan tatap
muka. Tentu saja dilaksanakan secara teratur dan efektif.
Anim juga memaparkan tentang tren ICT yang berkembang saat ini. Yaitu:
1. Belajar face
to face: Memenuhi kebutuhan: Pendidikan nilai (role models),
demonstrasi langsung,
Observasi langsung, Interaktivitas yg lebih tinggi, praktek / latihan,
Performance Asessment, Soft Skills, dan lainnya.
2. Online
Learning, Memenuhi kebutuhan: Penguasaan Aspek kognitif (inclide HOTS), Efisiensi,
Mastery Learning, Indevendency Learning, Online Collaboration, Pemerataan
Pendidikan (Equites), Akses ke Sumber Belajar yang lebih luas, dan lainnya.
Oleh karena itu, guru harus menguasai:
1. Kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan atau memadukan kegiatan
pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online (hybrid/blended)
2. Memadukan fitur-fitur terbaik diantara platform yang memungkinkan
3. Personal mandiri learning yang dilakukan oleh siswa.
Kegiatan pembelajaran dengan sistem hybrid ini menempatkan pola
pembelajaran pada 4 kategori, yaitu: 1. Personalize on line learning; 2. Small
group; 3. Collaborative, dan 4. Individually.
Kemungkinan ruang belajar yang akan terjadi, meliputi:
1. Pembelajaran Tatap Muka (PTM) (Live Synchronous Learning)
2. Pembelajaran Tatap Maya (Virtual Synchronous Learning)
3. Kolaboratif (Collaborative Asynchronous Learning)
4. Personal Mandiri (Self-Directed Asynchronous Learning)
Agar dapat dilakukan dengan tepat, maka setiap guru harus memastikan
adanya kebijakan yang mengikat, sistem yang baik dari setiap aplikasi yang digunakan,
tersedianya Infrastrutur yang memadai, isinya bervariasi, dan guru menguasai
literasi digital.
Guru dapat meramu hybrid learning dengan baik jika guru dapat memahami
secara utuh: Tujuan Pembelajaran, Karakteristik peserta didik, Dukungan sarana
prasarana, Kesiapan Infrastruktur, Kondisi lingkungan sekitar, Literasi
pedagogik pendidik, Ketersedian Finansial, Prinsip satuan Pendidikan, dan Kerja
sama orang tua.
Semoga guru Indonesia siap melaksanakan scenario pembelajaran yang
mendukung perkembangan potensi siswa. Amin. Semoga bermanfaat.
Contoh lain bisa klik di sini
Apapun bentuk model pembelajarannya faktor utama tetap di guru sebagai sutradara proses pembelajaran dengan keterbatasan kemampuan dan sarana prasarana
ReplyDeleteSiap. Terima kasih
DeleteBetul sekali pak.... dibutuhkan kepiawaian guru dalam membuat metode mudah diikkuti anak dan tetap menarik, agar pesan pembelajarannya tersampaikan ke anak.
ReplyDeleteTerima kasih bu
DeleteButuh persiapan yg tepat . Agar tujuan pembelajaran tercapai bagi suruh siswa.
ReplyDeleteBetul. TErima kasih
Delete