Seringkali Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap monster yang menakutkan oleh sebagian guru. Sebab, PTK dianggap sebagai tugas keprofeionalan yang cukup berat dan tidak wajib bagi guru. Padahal, mengacu pada Buku 4 tentang Pedoman PKB, seharusnya guru dapat melakukan tugas profesinya untuk meneliti dan publikasi ilmiah.
Bagaimana bisa memublikasikan karya ilmiah, jika menulis saja
belum atau jarang dilakukan? Maka, marilah kita ikhtiarkan untuk selalu
belajar. Belajar meningkatkan kompetensi keguruan, khususnya kompetensi profesional.
Memang, banyak yang bisa kita lakukan untuk menulis ilmiah. Bisa
artikel ilmiah, makalah dan seterusnya. Tetapi, pada umumnya, jika kita telah
mampu menyusun PTK berdasarkan kegiatan penelitian di kelas, insyaAllah
akanlebih mudah menulis karya ilmiah lainnya maupun karya inovatif.
Bagaimana memulai PTK?
Banyak cara yang bisa dilakukan. Tetapi, intinya relatif
sama.
Marilah kita pahami dahulu esensi kita mengajar. Kalau
dianalogikan, guru adalah tenaga pengajar, pendidik dan sekaligus pendiagnosa. Bukankah
seorang guru telah paham karakteristik siswanya, mampu mengetahui tingkat
kecerdasan kognitif siswanya, mengkatagorikan siswa dengan katagori kecepatan belajar,
materi pelajaran yang dirasa sulit, muatan pelajaran yang paling rendah daya
serapnya serta situasi kelas yang cenderung kurang kondusif.
Nah, situasi itu telah biasa dialami oleh seorang guru. Dengan
kemampuan pedagogiknya, guru dapat memahami karakteristik siswanya. Sesungguhnya,
kemampuan guru tersebut juga bisa dikatakan sebagai kemampuan merefleksi, mengevaluasi
dan mendiagnosa. Jika begitu, berarti guru seakan sama dengan seorang dokter,
mendiagnosa.
Jika dokter mendiagnosa penyakit, maka guru juga mendiagnosa
“penyakit” siswa. Apa saja penyakit siswa yang mungkin terjadi? Malas, kemampuan
membaca rendah, sulit menghitung, sulit meningkatkan kemampuan berbicara, kurang
mampu memahami materi pembelajaran dan sejenisnya.
Apa indikator “penyakit” siswa tersebut? Misalnya, tidak
aktif belajar, malas presentasi, gaduh di dalam kelas, hingga pada hasil
belajar yang rendah pada kompetensi dasar dan muatan pelajaran tertentu.
Apakah tindakan guru sebagai “dokter”?
Tentu saja akan mencarikan solusi, berupa obat yang manjur atau
mujarab agar kekurangan siswa bisa teratasi. Dengan demikian, sesungguhnya kelas
adalah “ruang perawatan” bagi siswa. Sekolah dapat diibaratkan sebagai rumah
sakit. Meskipun tidak semua siswa “sakit”, tetapi guru tetap harus melakukan
tindakan perawatan terhadap siswa yang “kurang sehat”.
Obat yang manjur, tentu saja dokter yang paling tahu. Sebab,
dokter telah menempuh pendidikan dan latihan untuk meramu maupun meresepkan
obat itu. Sama halnya dengan guru, guru dengan kompetensinya, juga ilmu yang
diperoleh selama belajar, menempuh pendidikan dan pelatihan, serta pengalaman
selama menjadi guru, tentu akan mampu meramu dan meresepkan “obatnya”.
Apakah “obat” bagi siswa yang “sakit”?
“Obatnya” adalah perlakuan guru untuk meningkatkan “imunitas
siswa”. Perlakuan guru (obat) dapat berupa metode, model, strategi, dan teknik pembelajaran
yang cocok diterapkan. Guru merancang ramuan cara atau metode yang efektif
efisien dan mampu dijalankan oleh dirinya sendiri serta dipahami oleh siswa.
Harapannya, dengan menerapkan metode tersebut, hasil belajar
siswa dapat meningkat dan semakin baik.
Kalau kita resume tentang analogi di atas, kurnag lebih
langkah praktis dan sederhana dalam menyusun PTK adalah sbagai berikut.
- Guru menganalisa hambatan yang dialami siswa.
- Guru menentukan kompetensi dasar yang paling rendah dicapai oleh mayoritas siswa. Ukurlah dengan standar perser, jumlah siswa yang memeroleh nilai ulangan harian rendah.
- Pelajari kemungkinan penyebabnya. Catat, Analisa kembali dan renungkan.
- Cobalah mencari solusi berupa metode apa yang paling cocok untuk diterapkan di kelas agar siswa tidak mengulang “permasalahannya”.
- Mintalah bantuan guru lain untuk berdiskusi. Sampaikan rencana juga kepada kepala sekolah. Jabarkan rancangan metode yang akan diterapkan nanti.
- Sampaikan kepada siswa untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan metode baru yang menyenangkan.
- Jadwallah kegiatan pertemuan pertama dan selanjutnya dan siklus atau putaran KBM pertama dan seterusnya. Agar guru bisa belajar dan mempersiapkan diri dalam menerapkan metode yang baru dikuasainya.
- Laksanakan kegiatan pembelajaran dengan tindakan baru, metode baru dengan pendampingan pengamat untuk mengamati proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Observer atau pengamat adalah teman sejawat guru peneliti.
- Setelah ada hasil penelitian melalui soal yang diberikan, analisis hasilnya. Jika kurang memenuhi harapan, ulangi lagi dengan metode yang sama. Tetapi, perlakukannya lebih sungguh-sungguh, persiapan lebih matang, kondisi siswa lebih siap belajar.
- Kemudian, jika sudah tercapai hasil yang diinginkan, laporkanlah hasilnya dalam bentuk tulisan yang terstruktur dan sistematis. Inilah Namanya hasil laporan PTK.
Adapun kerangka PTK, Contoh Metode yang diterapkan, kajian Bab 1-5 serta lampirannya dapat diunduh di Contoh PTK Lengkap di bawah ini. Semoga bermanfaat.
Makasih Pak Ale,sangat inspiratif,semoga bermanfaat
ReplyDeleteTerima kasih pak. Semoga bermanfaat
ReplyDeleteTerimakasih ..
ReplyDelete..siap
ReplyDelete