Secara kosmik religius tanah memiliki tanah memiliki nilai yang tinggi. Tanah tempat berbagai kehidupan berlangsung . Tanah adalah muasal manusia dan tempat terakhir jasadnya dikuburkan. Tanah juga memiliki sifat menumbuhkan. darinya tumbuh aneka ragam buah, bunga dan pepohonan. Tanah juga mengurai bangkai-bangkai dan sampah menjadi kehidupan yang baru.
Di atas tanah ini pula tanah manusia lahir dan membentuk bangsa-bangsa. Memiliki Tanah air dan terikat padanya. Manusia rela mempertahankan tanah tempat kelahirannya baik dengan jiwa, raga , maupun hartanya. Keterikatan tanah dengan manusia menjadi tidak terelakkan. Demikian juga dengan perempuan.
Kehadiran tanah yang telah menyatu dalam kehidupan manusia laksana kehadiran seorang ibu di tengah-tengah keluarganya. Tanah bagi kehidupan masyarakat telah bermakna dan memberi rasa aman dan tenteram. Tanah adalah ibu pertiwi. Derita sekelompok masyarakat yang kehilangan tanahnya laksana sebuah keluarga yang ditinggal sang ibu.
Sumber gambar: id.pinterest.com |
Manusia telah berabad-abad menikahi tanahnya telah membentuk agama dan budaya. Palestina, Bosnia, Suriah, Yaman adalah nama-nama bangsa yang secara monumental berusaha mempertahankan tanahnya hanya karena nafsu kekuasaan dank arena adanya sumber daya alam yang terkandung di dalamnya telah dipisahlan dari bangsa yang menghuniinya dan berkehidupan padanya. Tanah adalah ibu bagi identitas kebangsaan yang telah mengaliri darah mereka.
Hanya saja tanah adalah ibu pertiwi yang tidak bisa bicara. Apa yang ada dalam dirinya telah diwakilkan oleh Allah pada manusia yang dipilihNya sebagai khalifah. Tanah adalah ibu yang baik manakala dari dalam dirinya telah memberikan penghidupan dan manfaat bagi kehidupan manusia. dan tanah adalah ibu yang terdzalimi manakala seluruh apa yang ada pada dirinya koyak-moyak oleh perebutan antar manusia. Diperas, digarong, dirampok dan dieksploitasi tanpa jeda.
Seperti halnya seorang bapak, suami dan anak-anaknya, perempuan tergantung perlakuan mereka. Apakah mereka akan melindungi, menjaga dan menafkahinya. Atau sebaiknya mereka terus=menerus mengambil apapun dari dirinya dan tidaka sedikitpun memberinya kebahagiaan. Lalu bagaimanakah sesungguhnya keterkaitan keberadaan tanah dengan makhluk bernama perempuan ? .
Dilihat dari wujudnya saja jelas berbeda antara perempuan dengan tanah. sangat tidak berhubungan. Tanah adalah benda sedangkan perempuan adalah manusia. Meskipun dalam hal partikel-partikel penyusun tanah dan perempuan hampir sama, perempuan menjadi sangat berbeda karena dia dititipi jiwa,ruh, akal dan hati nurani.
Namun jika dilihat dari sisi kodratinya mereka sama-sama feminin. Tanah tanpa kesadaran telah bertakwa dengan sendirinya pada penciptanya ia adalah obyek mutlak di depan Allah dan di depan manusia yang telah mendapatkan amanah untuk memdayagunakan dengan sebaik-baiknya.
Maka bagi perempuan kehadiran tanah adalah kehadiran pelajaran langsung dariNya, untuk menyujudkan kesadaran. Dengan menghikmati kandungan tanah, perempuan dapat mengenal dirinya juga terkandung sumber daya yang amat potensial.
Dalam tanah berlindung segala macam makhluk yang kotor dan menjijikkan tetapi sangat fungsional sebagai kesuburan dan keseimbangan alam. Seperti tanah perempuan yang baik adalah perempuan yang bisa menjadi ibu yang baik, mengerahkan semua yang dimilikinya untuk totalitas pengabdian pada keluarga yang mengikat dengannya. Nyaris tanpa pamrih. Perempuan sangat mampu meredam cacian dan umpatan agar resosansinya tak segera merambat pada orang-orang yang dia sayangi.
Dalam dimensi kesadaran puncak pencapaian seorang wanita yang telah menemukan hikmah tanah bagi pengembangan dirinya adalah imanensi dirinya dengan tanah itu sendiri. perempuan tak lagi hanya mengerti bahwa dirinya harus seperti tanah. tetapi dia juga harus merasakan dan menghayati bagaimana rasanya menjadi tanah.
Ada yang bercocok tanam padanya, ada yang menanamkan sesuatu dalam dirinya, ada yang sedang dikandungnya, ada yang tumbuh dan keluar dari dirinya. Seolah-olah dia adalah tanah. Hanya saja tanah tidak memiliki kesadaran sedanga perempuan memilikinya.
Maka derita tanah yang disumberdayakan tidak sebagaimana mestinya, diperebutkan, dirampas, dieksploitasi adalah derita-derita yang juga imanen dalam diri seorang perempuan. Tanah yang bahagia adalah tanah yang subur dan menyuburkan. Demikian juga perempuan. Dia adalah sosok yang bahagia ketika ia bisa membahagiakan.***
Mojokerto, 12 September 2021
Oleh : Fataty
Post a Comment for " Antara Perempuan Dengan Tanah"
Tinggalkan komentar Sahabat sebagai saran dan masukan yang sangat berharga untuk tetap belajar dan berbagi. Terima kasih atas kunjungannya.