Sahabat aleepenaku.com yang luar biasa. Ungkapan pertama yang muncul dalam benak kita, ketika dihadapkan pada situasi yang dianggap berat, “Saya tidak bisa”. Padahal, sebenarnya mind set negatif adalah bayangan belaka. Pikiran berkecamuk dan menimbulkan rasa cemas, sebab kita belum pernah melakukannya.
Kita
juga mendengar kata “pemula” dalam dunia tulis menulis. Sebab, kita merasa
belum bisa menulis menjadi buku. Tidak mengapalah itu menjadi bagian dari
alasan logis pikiran kita. Namun, sebenarnya, ada beberapa alasan yang
mendasar, ketika kita belum memulai menulis buku:
- Merasa nyaman di zona aman selama ini.
- Merasa orang lain lebih hebat dan bisa dari pada kita.
- Kita belum bisa menulis yang bagus.
- Saya tidak bisa memulai.
- Kesulitan mencari dan menemukan kata-kata.
- Berat menulis satu paragraph.
- Sebaiknya, saya melihat saja, tidak usah menulis.
- Saya sibuk dengan pekerjaan lain.
- Usia saya sudah tua, sebentar lagi purnatugas.
- Saya tidak butuh naik pangkat lagi.
- Menulis itu pekerjaan orang yang tidak mau kerja keras.
- Menulis itu terlalu sulit.
- Biarlah yang muda-muda saja.
- Saya bukan guru mata pelajaran, tidak perlu menulis.
- Saya bukan PNS
- Saya PNS, jadi tidak perlu susah-susah menulis.
- Menulis itu membuang waktu.
- Saya ingin tenang dengan tidak menulis.
- Biarkan saya menjalani kehidupan saya yang seperti ini.
- Kamu hebat, makanya bisa menulis.
- Dan alasan lainnya.
Namun,
sebenarnya alasan utama yang tidak kita katakan dalam hati kita adalah sebagai
berikut:
- Malas dan tidak mau berusaha belajar menulis
- Kurang komitmen diri dalam berliterasi.
- Tidak percaya pada kemampuan diri yang sebebarnya, BISA.
Nah, dengan demikian, pada hakikatnya, kita semua bisa menulis. Siapa saja. Guru, karyawan, santri, siswa, pejabat, ibu rumah tangga, pengusaha, dan lainnya. Maka, kunci dasar dalam mind set untuk memulai menulis adalah bahwa kemampuan yang kita miliki tak akan berarti tanpa aksi nyata untuk menulis. Banyak orang merasa pintar, bahkan menjadi narasumber di mana-mana, tetapi ia tidak menulis buku. Sebabnya? Kembali lagi pada alasan di atas.
Guru, sebenarnya adalah modal besar untuk bisa menulis. Sebab, profesi guru telah diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan keprofesian yang berkaitan erat dengan tugas tulis menulis. Jadi, kita telah memiliki modal untuk bisa memulai menulis.
Satu
kata yang seringkali kita dengar, yaitu penulis pemula. Yakni sering dikatakan
oleh penulis yang baru memulai. Padahal, menurut lain, tidak ada istilah
penulis pemula. Semua penulis adalah penulis.
Bahkan, saya berpendapat bahwa semua guru adalah penulis. Setidaknya,
kita sebagai guru, telah pernah menulis tugas akhir saat di bangku kuliah. Yaitu,
menulis skripsi atau tugas akhir lainnya. Nah, justru tulisan ilmiah yang
seperti kita lamai dulu, itulah tulisan yang sulit. Tetapi, mengapa kita bisa
melakukannya? Sebab, ada batas waktu dan konsekuensi.
Nah, cobalah ingat kembali, bahwa saat menulis laporan hasil penelitian,
kita melakukannya dalam waktu beberapa bulan. Tulisan tugas akhir yang kita
lakukan, masih saja didahului dengan kegiatan penelitian. Baik penelitian
lapangan maupun studi kepustakaan. Jika dipikir kembali, seharusnya menulis
skripsi atau tugas akhir itu adalah kegiatan menulis yang cukup berat.
Sebaliknya, berarti saat ini kita semestinya lebih bisa lagi menulis. Kita bisa
menulis dengan lebih mudah.
Oleh karena itu, memulai menulis, membutuhkan keberanian niat dan
tindakan. Maka, langkah pertama yang harus dilakukan kita adalah memberanikan
diri untuk menulis. Silakan menulis apa saja sesuai dengan keinginan kita.
Lebih baik lagi, menulis sesuai dengan bidang yang kita tekuni. Itu prinsip
saya.
Janganlah pernah berpikir tulisan kita bagus atau tidak, itu yang pertama untuk meyakinkan diri agar bisa menulis. Siapa saja yang akan membaca tulisan kita ataupun tak ada yang membaca. Singkirkan dahulu pikiran negatif itu. Menulis saja. Jangan pedulikan pikiran negatif menggerogoti mind set positif kita.
Langkah kedua, bangun mind set harus percaya diri. Percaya pada diri
sendiri bahwa kita pasti bisa menulis. Sebab, dengan menulis sebenarnya
menunjukkan bahwa kita ada. Itulah jati diri kita. Sehingga menebalkan rasa
percaya diri itu sudah seharusnya kita tanamkan.
Kemudian, yang ketiga, lakukan menulis dengan konsep yang Sederhana, Ringan dan Mudah (Serindah). Jangan diperumit dengan segala prosedur menulis yang mengekang kreativitas kita. Menulis saja sesuai dengan naluri kita. Sebab, nanti tulisan kita juga akan dibaca ulang. Saatnya nanti, masih bisa diedit kembali apabila ada hal yang perlu dibenahi. Maka, model menulis dengan gaya seperti ini dimaksudkan agar kita terlepas dari banyak beban. Beban beratnya, seolah-olah aktivitas menulis dianggap sebagai sesuatu yang berat dan menakutkan.
Satu tip yang sederhana. Yaitu perlu terus diingat dan dipahami bahwa dalam
kegiatan menulis, kita wajib terus berlatih, berlatih menulis. Menulis dengan
konsisten adalah modal besar menjadi penulis yang memiliki habit yang baik. Lalu,
datangkan kosakata, ide, inspirasi, gagasan dan bandingan jenis dan model
tulisan dengan membaca bahan bacaan sebanyak-banyaknya.
Apakah yang mau dibaca? Buku, majalah, blog, web, koran, media online,
tabloid, dan apa saja yang sesuai dengan minat baca kita.
Seperti yang telah dilakukan dan dipraktikkan oleh admin aleepenaku di
banyak tempat dengan guru sasaran yang berbeda, ternyata resep menulis Serindah
itu manjur. Banyak menghasilkan guru penulis. Baik di daerah tempat tinggal
sendiri maupun di daerah lainnya.
Tentang konsep menulis Serindah itu, konsep dasar yang dilakukan adalah
sebagai berikut.
- Jika kita kesulitan untuk menulis judul, tulis saja isinya. Jangan membuang waktu dengan memikirkan judul yang tidak
selesai-selesai. Tulis saja sesuai dengan apa dalam pikiran kita. Abaikan dahulu
judul tulisan kita.
- Ingatlah, bahwa memulai menulis paragraf
pertama, harus menarik. Caranya? Cari sesuatu yang menarik
dan membuat penasaran pembaca dari tema tulisan kita. Itulah yang disebut
dengan angle atau sudut pandang kejutan. Nah, hal yang unik dan menarik ini
akan memantik pembaca ingin melanjutkan untuk membacanya.
- Mulailah dengan cara yang
mudah: Segera munculkan rasa
ingin tahu. Sesuatu yang tidak kita ketahui, carilah
sumbernya. Cari sumber informasinya dari mana saja. Jika berupa pengalaman,
tulis hal yang mengesankan. Kemudian, kita harus berusaha menjawabnya. Berarti dijawab
dengan tulisan, yakni mengembangkan dari apa yang dimunculkan pada paragraph pertama.
Setelah mengembangkan dengan kalimat pengembang, maka tulisan kita tambahkan dengan
bumbu yang menarik. Artinya, cantumkan diksi-diksi menarik untuk menggugah
semangat para pembaca.
- Janganlah menulis dengan kalimat menggurui: Hindari menulis dengan memberikan definisi tanpa mempertimbangkan sumber
studi Pustaka. Jangan sampai sesuatu yang perting dan prinsip tanpa ada
sandaranya, sehingga seolah-olah itu adalah kalimat kita sendiri. Memiliki
perasaan bahwa itu kalimat kita yang paling bagus dan menganggap bahwa tulisan orang
lain kurang baik.
- Dalam menulis, jangan risau. Ceritakan dengan ringan dan mudah tentang apa
saja yang kita tahu dan alami. Jangan menulis sesuatu yang tidak kita tahu: Maka,
yang dapat kita tulis, yaitu: Pengalaman pribadi, Inspirasi yang hadir dari
orang lain, Bidang yang
dikuasai, Hobi yang sedang ditekuni, Sakit yang pernah diderita, Selamat dari bencana dan musibah, nasihat, khutbah, dan apa saja yang bis akita kemas
dalam bentuk tulisan menjadi karya buku.
- Menulislah dengan memanfaatkan pancaindera: Menulis apa yang dilihat, didengar, dikecap, diraba, dibaui. Deskripsikan hal
tersebut menjadi kata-kata dan tulisan. Maka, menulisllah degan
Mengalami, Merasakan, dan Berimajinasi.
Sebagiamana
yang sering dicontohkan dalam pelatihan, terutama untuk guru bidang studi di
satuan pendidikan SMP, maka satu kata saja, dapat dijadikan beberapa kalimat menurut
versi mata pelajarannya. Misalnya tentang diksi “air”, seperti contoh berikut.
- Air adalah benda cair yang bisa digunakan berwudhu apabila suci dan mensucikan (Kata Guru Agama)
- Air adalah benda cair yang banyak manfaatnya (IPA)
- Adik selalu minum air putih setelah makan (Bahasa Indonesia)
- Untuk menghitung debit air, diperlukan praktik yang nyata (Matematika)
- Air hujan dapat menumbuhkan tanaman (Biologi)
- Bencana banjir menyebabkan air sungai meluap (IPS)
- No life without water (Bahasa Inggris)
- Ngenom aeng mon pelka’ (Bahasa Madura)
- Menurut sejarahnya, dahulu dunia ini penuh dengan air (sejarah)
- Warga desa bergotong royong mengangkut air bersih dari mobil tanki (PPKn)
- Lukislah air yang jernih (SBdP)
- Gunakan air untuk adonan kue yang dipraktikkan itu (Prakarya)
- Air mengalir sampai jauh (Lirik lagu; seni musik)
- Dan sebagainya.
Nah,
secara teknis langkah-langkah menulis yang mudah adalah sebagai berikut:
- Munculkanlah Ide yang Unik, Langka, Pengalaman, Hayalan, Peristiwa, dan lainnya.
- Temukan poin yang menarik, angle yang dahsyat.
- Buat peta urutannya berupa out line atau kerangka tulisan
- Tulislah dengan perasaan dan nalar (sesuai memori 5M di atas)
- Perhatikan tata cara penggunaan kaidah kebahasaan (ejaan, tanda baca, kebakuan, efektifitas kalimat) sesuai PUEBI
- Baca ulang tulisannya, lakukan editing dan pembenahan
- Jika menulis buku, kumpulkan tulisan sesuai tema di web.blog.drive dan lainnya milik kita.
- Jika menulis untuk buku antologi, cukup menulis satu kali dengan kerangka yang lebih simple.
- Berilah Judul (jika di awal belum ada judul)
Contoh
Outline Artikel untuk Buku Antologi
Judul:
Mendongkrak Literasi Sekolah: Dari Mangkrak, Beranjak menuju Puncak
1.
GLS
2.
KIAT
2.Kesiapan Program dan Kerjasama
2.Bedah Kelas Literasi
2.Kegiatan Rutin Literasi Kelas
2.Jurnal Literasi Kelas
2.Mengoptimalkan Peran Guru
3.
SIMPULAN
3.
Contoh Outline Buku
Judul Buku: Bedah Literasi Kelas (Catatan Literasi Pak Guru)
BAGIAN 1
Literasi dalam Kelas
Menyamakan Persepsi Siswa
Dukungan Orang Tua Siswa
BAGIAN 2
Menumbuhkan Kebiasaan
Berliterasi
Nuansa Kelas Literasi
Jurnal Literasi Kelas
Peran Guru dalam Kegiatan
Literasi
BAGIAN 3
Catatan Literasi dalam
Pembelajaran
…
BAGIAN 4
Literasi dalam Kegiatan
Sekolah
…
BAGIAN 5
Produk Literasi Kelas
…
BAGIAN 6
Evaluasi dan Pengembangan
Literasi Kelas
…
Nah, dalam sebuah pelatihan,
para peserta “ditantang” untuk menuliskan pengalamannya dalam mengajar pada
masa pandemi ini. Maka, out line yang mungkin disajikan, adalah menjawab
pertanyaan sebagai berikut.
- Mengapa perlu pembelajaran daring pada masa pandemi?
- Bagaimana cara guru menyosialisasikan pembelajaran dari kepada orang tua dan siswa?
- Apa saja metode dan media yang digunakan?
- Bagaimana pelaksanaannya? (Kegiatan pendahuluan, skenario pembelajaran, refleksi dan penilaian, tindak lanjut)
- Bagaimana guru memberikan umpan balik terhadap karya siswa?
- Apa saja temuan dalam pembelajaran daring?
- Apa saja yang bisa direkomendasikan kepada diri sendiri, siswa, orang tua, satuan pendidikan dan dinas terkait atau pemerintah?
- Apa saja simpulannya.
Jadi, dalam menulis untuk
buku atau buku antologi, jangan sampai menulis hal yang kontroversi dan dapat
menimbulkan persepsi tidak baik bagi pembaca.
Selamat mencoba!
Kemudian, untuk informasi penting lainnya, silakan dibaca juga:
Tip Menulis Ala Wakil Bupati Sumenep
Cara Menulis Cerpen yang Menakjubkan
Cara Mudah Menulis Opini di Blog
Kumpulan Cerita Inspiratif Siswa
Aplikasi PAK Terbaru 2021-2022
Cara Menghitung Kebutuhan Angka Kredit Guru
Menyusun Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Download Buku Pedoman PKB (Buku 1,2,3,4,5)
Download Buku Pedoman PAK dan PKB Guru (BUKU 4)
Panduan Guru Penggerak dan PSP
Terima kasih atas kesediaanya telah menjelajah Aleepenaku. Semoga bermanfaat untuk pengembangan literasi kita. Salam Literasi.
Mantap.
ReplyDeleteTerima kasih bu
DeleteTak ada kata pemula, seorang penulis adalah penulis, setuju
ReplyDeleteMakasih...siap bu
DeleteTerimakasih telah berbagi ilmunya, mantap dan sangat bermanfaat pak alee,
ReplyDeletemakasih
DeleteTerima kasih bu
ReplyDeleteMantap. Terima kasih ilmunya Pak. Sangat bermanfaat dan menginspirasi saya untuk terus menulis.
ReplyDeleteTerima kasih bu
DeleteTerimakasih
ReplyDeleteYa
ReplyDelete