Yuli Ahadiah Nur
Pada proses belajar mengajar dengan tatap muka, para guru
akan langsung menangani peserta didiknya secara langsung. Dengan kata lain
masalah dapat segera teratasi. Namun, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini
tantangannya sangat beragam.
Tantangan yang paling umum adalah kendala akses internet.
Belum lagi ketiadaan gawai karena rendahnya tingkat ekonomi masyarakat.
Tentunya tidak semua anak sekolah itu berasal dari keluarga mampu. Bahkan tak
sedikit justru dari keluarga yang kurang mampu.
Jika
dilihat dari aspek manfaat,
dilaksanakannya pembelajaran jarak jauh telah mendorong
proses pendidikan ke arah digitalisasi. Namun tak dapat dipungkiri juga
hambatan-hambatan yang mengikutinya. Selain itu, kedala juga dialami bagi
proses pembelajaran yang membutuhkan praktik. Di sinilah
dibutuhkan inovasi dari pihak guru dan sekolah dalam memanfaatkan keadaan yang
serba terbatas.
Misalnya saja di daerah penulis yang bisa dikatakan kota
kecil. Keadaan ekonomi masyarakat adalah kendala yang paling umum ditemui. Di
sekolah tempat penulis mengajar sebagian besar berasal dari keluarga yang
kurang mampu. Mereka bisa memasukkan anak-anaknya ke bangku sekolah karena memanfaatkan
sekolah gratis. Dengan keadaan proses pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya
ini kemudian dibutuhkan pendekatan kepada keluarga peserta didik. Menginformasikan
bahwa pembelajaran akan dilakukan secara jarak jauh dengan menggunakan
internet.
Awalnya kelas dibagi seperti biasa. Setelah itu barulah
dibentuk kelompok atau grup melalui aplikasi Whatsapp. Melihat keadaan keluarga yang tidak sama, maka siswa tdk
diharuskan menggunakan nomor whatsapp
pribadinya. Mereka bisa menggunakan nomor orang tua, saudara atau bahkan satu
nomor boleh digunakan oleh lebih dari satu orang jika mereka tinggal berdekatan.
Di dalam kelompok atau grup whatsapp itu anggotanya adalah
siswa siswi kelas tersebut, semua guru
pengajar, guru bimbingan konseling bahkan juga kepala sekolah. Setelah semua
yang berkepentingan di kelas itu sudah masuk di dalam grup, barulah
diberitahukan bahwa pembelajaran akan berlangsung secara online. Semua informasi terkait dengan pembelajaran akan disampaikan
melalui grup.
Grup yang dikendali oleh wali kelas akan dibuka terlebih
dahulu dengan menyapa para siswa. Setelah itu membaca do’a bersama, menyanyikan
lagu Indonesia Raya, lalu mengingatkan siswa agar mengisi daftar hadir siswa
pun melalui google form yang telah
disediakan. Barulah setelah itu mensilahkan guru pengajar untuk menyampaikan
materi.
Guru menyampaikan materi melalui grup whatsapp yang
tersedia. Membagikan materi pembelajaran dalam bentuk video, pesan suara,
dengan juga disertai penjelasan secara tulis.
Selain melalui aplikasi whatsapp guru juga bisa
membagikan materi pembelajaran melalui google
classroom. Pada google classroom
guru dapat membagikan materi pembelajaran sama seperti pada aplikasi whatsapp.
Bedanya, di google classroom ini materi yang belum waktunya untuk dibagikan kepada
siswa dapat di atur waktunya. Selain itu, pengumpulan tugas pada google
classroom lebih efektif ketimbang whatsapp. Karena data yang tersimpan pada
google classroom akan tersimpan langsung pada google drive. Sedangkan pengumpulan tugas melalui whatsapp akan
tersimpan di data gawai. Sehingga jika tidak dipindahkan lama kelamaan akan
membuat kapasitas penyimpanan penuh dan akan mempengaruhi daya pacu gawai.
Selain menggunakan dua aplikasi yang tersebut diatas,
guru juga menggunakan aplikasi google
form dalam melakukan menilaian kepada siswa. Keuntungan menggunakan aplikasi ini adaah guru tidak perlu lagi
melakukan koreksi pada hasil kerja siswa. Karena nilai akan muncul dengan
sendirinya tepat setelah siswa menyelesaikan semua soal yang ada.
Meskipun pembelajaran dilakukan secara daring tetapi
pelaksanaannya tidak jauh berbeda seperti pembelajaran tatap muka. Diawali
dengan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Kegiatan penilaian juga tetap dilakukan.
Pada kegiatan pendahuluan diawali dengan persiapan psikis dan fisik, yaitu membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
dan berdoa bersama secara daring (melalui WA). Lalu
guru memberikan motivasi kepada peserta didik dengan mengajukan beberapa
pertanyaan sesuai bab materi ajar. Kemudian, guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan garis besar materi dan kegiatan yang akan dilakukan.
Pada kegiatan inti pembelajaran, guru memberikan contoh
teks materi dengan mengirimkannya ke grup WA kelas. Lalu peserta didik
mengajukan sejumlah pertanyaan terkait contoh teks. Setelah itu peserta didik
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber. Kemudian peserta didik membaca
teks dan menemukan informasi eksplisit. Terakhir peserta didik menyimpulkan isi
teks dan melaporkan hasil membaca, mengirimkannya secara tertulis melalui WA.
Pada kegiatan penutup, guru dan siswa bersama-sama
menyimpulkan materi dan tak lupa juga melakukan tanya jawab untuk mengetahui
pemahaman tentang materi yang sudah diajarkan secara daring.
Untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, kelemahan
peserta didik maka diadakan penilaian diagnostik non kognitif. Sehingga
pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta
didik. Misalnya saja menggali informasi tentang sejauh mana kebiasaan membaca
anak di rumah; bagaimana suasana anak di rumah sehingga dapat meningkatkan
minat membaca anak atau justru suasananya tidak mendukung anak untuk membaca. Selain
itu juga guru melakukan asesmen yang dilaksanakan secara rutin pada akhir
ketika guru sudah selesai menjelaskan dan membahas sebuah topik.
Selain asesmen diagnostik, guru juga mengadakan asesmen
formatif dan asesmen sumatif baik secara tertulis maupun tak tertulis.
Siswa yang selesai mengerjakan tugas-tugas dari guru
pengajar maka akan mengumpulkannya dengan cara diambil gambarnya kemudian
dikirim melalui nomor pribadi whatsapp guru tersebut. Maka guru kemudian akan
mengapresiasi siswa dengan cara membalas dengan kata-kata baik atau gambar
gagus yang dapat memotivasi siswa untuk lebih rajin belajar.
Jika pada penilaian masih didapat siswa dengan nilai
belum mencapai kriteria ketuntasan minimal, maka akan diadakan pengayaan
ataupun remedial. Dengan memberikan tugas pengayan atau juga memberikan
soal-soal remedial sesuai bahan materi yang diajarkan.
Pada akhirnya begitu banyak kendala ditemukan di
pembelajaran secara daring ini. Terutama pada sekolah yang proses belajar
mengajarnya biasanya dilakukan secara tatap muka, namun kemudian dipaksa
keadaan harus melakukan secara daring. Dapat dikatakan siswa maupun orang tua
siswa kaget dengan pembelajaran yang tiba-tiba berubah.
Setiap harinya yang semula enam sampai tujuh jam sehari
dapat siswa habiskan di sekolah, namun pada pembelajaran daring siswa hanya
dituntut untuk mengikuti pembelajaran selama dua sampai tiga jam saja dalam
sehari. Namun demikian, tak sedikit siswa yang abai dalam melaksanakan proses
pembelajaran daring.
Kasus yang ada setelah siswa mengisi absen, mereka tidak
mengikuti pembelajaran tapi lebih memilih bermain. Jadi dianggapnya yang
penting hanya mengisi daftar hadir saja. Ada juga yang mengerjakan tugas adalah
orang tuanya. Tak heran jika banyak orang tua yang mengeluh dengan pembelajaran
daring.
Namun tak bisa dikesampingkan siswa yang tetap rajin
mengikuti pembelajaran daring. Setiap hari mereka setia mengikuti grup whatsapp
kelas dari awal sampai akhir. Jika ada tugas mereka tidak menunda langsung
dikerjakan dan dikumpulkan. Inilah salah satu alasan bagi guru bisa tetap
semangat mengajar meskipun tanpa harus bertatap muka langsung dengan
murid-muridnya.
Dengan adanya kendala-kendala yang ditemukan saat
pelaksanan pembelajaran daring, maka diharapkan semua pihak dapat berbenah
diri. Bagi lembaga satuan pendidikan agar lebih ditingkatkan lagi dalam
melayani peserta didik. Juga dapat memfasilitasi guru yang masih gagap
teknologi. Dengan memberikan pelatihan-pelatihan yang bisa meningkatkan
pengetahuan guru terhadap teknologi terkini. agar nantinya bisa melayani siswa
lebih maksimal lagi.
Harapan bagi peserta didik agar mereka lebih semangat
lagi dalam belajar. Lebih-lebih dalam pembelajaran daring. Hal ini tentunya
juga membutuhkan dukungan dari orang tua. Waktu yang lebih banyak siswa habiskan
di rumah selama pembelajaran daring, seharusnya dapat dimanfaatkan orang tua
agar lebih mengetahui kemapuan anaknya dan memberi semangat mereka supaya tidak
merasa bosan selama belajar di rumah.
Yang paling penting adalah dukungan pemerintah kepada
guru dan siswa. Misalnya saja dengan memberikan bantuan kuota internet. Karena
dalam pembelajaran daring tentunya ini adalah kendala utama yang banyak
ditemui. Banyak siswa yang mengeluh mereka kurang maksimal mengikuti
pembelajaran karena sering kehabisan kuota internet. Sedangkan orang tuanya
terkendala finansial untuk dapat selalu mengikuti kebutuhan belajar anak
mereka.
Pada akhirnya baik pembelajaran tatap muka maupun daring
bertujuan demi mencerdaskan anak bangsa. Jadi semua pihak perlu bergandengan
tangan demi tercapainyay tujuan muliai tersebut.
Catatan:
Membuka
pelajaran di grup whatsapp dengan memberikan salam, lalu mengapresiasi siswa
yang menjawab salam. Memberikan umpan pertanyaan dalam membuka materi kemudian
dilanjutkan menyampaikan materi. Tak lupa sebisa mungkin mengapresiasi setiap
siswa yang sudah mencoba untuk menjawab
pertanyaan guru..
Profil Penulis
Yuli Ahadiah Nur, lahir di Sumenep, 8 Juli 1984.
Menempuh
pendidikan Diploma III Jurusan Sastra Inggris Bidang Studi
Bahasa Inggris Universitas Negeri Jember
Tahun 2002-2005.
Kemudian melanjutkan ke program Sarjana Strata-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP PGRI Sumenep Tahun 2006-2009
Mengajar
di SDN Parsanga 1 Sumenep 2009-2010 dan di SMPN 3
Sumenep 2010-sekarang
terima kasih
ReplyDelete