Andriyani Rahayu, S.Pd
Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak awal tahun 2020 cukup mengguncang dunia Pendidikan. Apalagi sejak diberlakukannya kondisi masa darurat covid-19 di pertengahan maret 2020, segala aktivitas masyarakat dibatasi, tak terkecuali kegiatan belajar di sekolah pun mengalami imbasnya.
Cepatnya pemerintah mengambil kebijakan untuk melakukan pembelajaran secara online ternyata tidak secepat itu kesiapan guru dalam melaksanakannya, terutama pada sebagian guru yang belum melek teknologi, atau gaptek.
Menjadi kegelisahan tersendiri, sekaligus
menjadi tantangan bagaimana cara mentransfer ilmu kepada peserta didik yang
tidak ada di depan kita. Sekaligus dalam kondisi yang bersamaan seorang guru
harus belajar dalam segala upaya agar pembelajaran ini terus berlangsung.
Bulan pertama menjadi pembelajaran
yang sangat berat, dengan segala keterbatasan sarana maupun prasarana terlebih
lagi tentang pengetahuan guru dalam penggunaan IT. Pembelajaran harus tetap
berlangsung, guru harus tetap dapat mentransformasi ilmu agar peserta didik
dapat belajar dengan baik.
Setiap sekolah diharapkan dapa
melaksanakan proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Tetapi, juga ada
yang belum memahami betul mengenai inovasi terbaru yang harus diterapkan untuk
melakukan pembelajaran selama pandemi, kebanyakan dari mereka masih belum bisa
menyesuaikan karena terkendala dengan keadaan.
SMP Negeri 3 Sumenep sebagai salah
satu garda terdepan dalam pendidikan, tidak menyerah dengan situasi ini. Ketika
pemerintah menggaungkan mandat untuk melaksanakan pembelajaran tanpa tatap muka
sebagai upaya memutuskan rantai penyebaran covid, maka kepala sekolah mengintruksikan
para guru untuk mensosialisasikannya kepada wali siswa untuk belajar di rumah
via daring. Gawai menjadi sarana komunikasi dalam hubungan guru dan orang tua. Dibutuhkan
kerjasama yang baik antara guru dan wali siswa dalam memantau belajar mereka.
Adapun penggunaan media whatshapp
dalam berinteraksi pada dasarnya berbeda dengan cara tradisioanal yaitu
interaksi tatap muka antara pengajar dan pembelajar. Keduanya harus dapat
mengelola interaksi dengan baik yang pada faktanya lebih mudah mengelola kelas
tatap muka. Bahkan kendala jaringan internet yang kurang bagus,tidak adanya
pulsa, akan menjadi tantangan tersendiri.
Selain Whatshapp, aplikasi yang
digunakan oleh sekolah berupa google clasroom (GCR), google form, Zoom meeting,
youtube, dan lain-lain, tak terkecuali dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Pada pembelajaran Bahasa Indonesia,
metode yang digunakan dengan Daring sinkronus (bersamaan) yaitu melalui Teks
Chat dan Video Chat (Whatshapp, messengger, google clasroom, google Form) Zoom
meeting.Dalam pemberian tugas menggunakan Daring Asinkronus yaitu melalui jaringan internet tapi
dilakukan secara tunda tidak bersamaan.
Setiap pelajaran dimulai terlebih
dahulu dengan salam dan sapa dengan menayakan keadaan siswa baik kondisi
kesehatanya maupun kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran hari ini.Selanjutnya
mengingatkan siswa agar mengisi link absen bagi yang belum absen.Setelah itu
baru guru menyampaikan kompetensi dasar( KD) atau Capaian pembelajaran (CP)
yang akan dicapai pada pembelajaran ini.
Asesmen kognitif berupa pertanyaan diberikan
kepada siswa sebelum memulai materi. Ini bertujuan untuk melihat kondis fisik
dan psikis, dan memotivasi siswa serta untuk
melihat seberapa pemahaman siswa terhadap materi yang akan disampaikan.
Dalam kelas maya, materi
pembelajaran Bahasa Indonesia selanjutnya disampaikan berupa Chat WA, slide PPT
yang berisikan rangkaian materi, maupun tanyangan youtube dan juga google
classroom. Kemudian guru menjelaskan baik via chat maupun voice note.
Sebenarnya pembelajaran ini cukup menarik karena dengan memperhatikan gambar,
menyimak materi ajar melalui slide PPT,tayangan youtube, menjadi variasi baru
yang tidak membosankan.
Pada tahap pemberian tugas 1. Pra
tugas, yaitu dimulai dengan pengenalan topik yang dipelajari, disertai contoh
untuk dipahami serta memberikan instruksi yang jelas, terkait tugas yang harus
mereka lakukan. 2. Tugas, yaitu siswa diberi
tugas untuk menjawab beberapa pertanyaan atau quiz terkait materi yang
sudah disampaikan.Pada materi tertentu misalnya Pidato, siswa diberi kesempatan
mencari sumber belajar sendiri dengan mengamati link pidato dari beberapa tokoh
sesuai dengan ketertariakan mereka yang selanjutnya mereka mengerjakan tugas
individu dengan
Pemberian
materi ajar,tugas maupun teks formatif juga dapat dilakukan melalui Google
Classroom (GCR) maupun Google Form, Tujuannya untuk melihat seberapa dalam
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikannya, selain itu juga agar
materi yang diberikan tidak hilang maupun terhapus oleh banyaknya chat WA.
Bahkan dengan menggunakan google Form, siswa dapat melihat dengan cepat nilai dari
tugas yaang dikerjakannya.
Beberapa
kendala dalam pembelajaran daring yang dihadapi oleh para siswa maupun guru.baik
yang berasal ada dalam diri siswa maupun
kendala yang berasal dari luar diri siswa.
Tidak
adanya tatap muka langsung dengan siswa pada saat pembelajar,terutama pada
materi membaca (Teks ataupun Cerpen), mereka tidak kurang responsif, karena
guru tidak melihat secara langsung kegiatan membaca, sehingga ketika diberikan
pertanyaan-pertanyaan tidak bisa menjawab dengan cepat. Dan kurangnya pantauan
orang tua selama belajar di rumah , menyebabkan beberapa siswa yang dengan
ogah-ogahan belajar. Mereka cuma hadir
pada saat guru mengabsen, setelah itu siswa akan menghilang dari kelas maya. Pada
saat mengerjakan tugas dan mengumpulkan tugas mereka lamban, guru harus ekstra
sabar untuk selalu mengingatkan dan menagih tugas siswa, agar dikirimkan baik
melalui GCR, WA pribadi ataupun melalui whatshaap kelas.
Kendala
lain adalah Jaringan internet/ sinyal yang kurang lancar atau kurang stabil
terutama bagi siswa yang rumahnya jauh dari jangkaun internet ,tidak ada kuota, karena faktor ekonomi orang tua yang tidak
mampu membelikan anaknya pulsa yang diperparah dengan kondisi ekonomi yang
tidak menentu di saat pandemi, bahkan ada juga yang harus berbagi smartphone dengan kakak atau adik,
sehingga pada saat pembelajaranpun
penggunaanya harus bergantian.
Semua
kendala yang dialami, tidak menyurutkan langkah guru untuk terus memberikan
pelayanan yang terbaik dalam mentransfer ilmunya. Guru terus belajar IT dengan
mengeksport segala kemampuannya,terus berinovasi agar pembelajaran yang
diampunya menarik dan diminati siswa.
Sekolah
maupun pemerintah juga tidak menutup mata untuk mengupayakan pembelajaran
daring ini agar tetap lancar, yaitu dengan diberikannya bantuan kuota kepada
seluruh siswa maupun guru.
Harapan
penulis, peran aktif dan pantuan orang
tua selama pembelajaran di rumah sangat dibutuhkan, covid -19 semoga cepat
berlalu siswa dapat belajar dengan baik dan antusias.Pandemi yang memberikan banyak cerita, banyak
pelajaran, baik dalam sisi positif maupun sisi negatif telah memberikan warna
baru dalam dunia pendidikan dengan segala kelebihan dan kekuranganya.
Profil Penulis
Andriyani Rahayu, S.Pd. lahir di Sumenep, pada
tanggal 4 September 1972. Menempuh pendidikan S-I Bahasa dan Sastra Indonesia
di Universitas Muhammadiyah Surabaya Pada tahun 1991.Ibu dua anak, Faradilla
Pradiani. dan Fahri Pradian, sudah mendedikasikan diri hampir 24 tahun di SMP
Negeri 3 Sumenep (tahun 1998- sekarang)
“Optimisme merupakan
kepercayaan. Tidak ada yang bisa dilakukan tanpa adanya harapan dan keyakinan”
Post a Comment for " Multiaplikasi dalam Pembelajaran Daring Bahasa Indonesia pada Masa Pandemi"
Tinggalkan komentar Sahabat sebagai saran dan masukan yang sangat berharga untuk tetap belajar dan berbagi. Terima kasih atas kunjungannya.