NASKAH ABADI
Inilah suara hati yang membahana
Panggilan jiwa bersahaja
Mengabdi penuh suci
Membentuk anakanak bangsa
Menjadi generasi pewaris negeri
Tak hanya teks narasi
Bukan saja soal naskah pengetahuan
Yang kupersembahkan pada mutiara nusantara
Anakanak Negara
Membentuk deretan makna
Dari karakter berbudi
Jiwajiwa mulia
Kembali pada Tuhannya
Adalah yang utama
Yang paripurna
Mencipta suara emas
Menjadikan manusia utuh
Mewujudkan generasi hebat
Memupuk budi mulia
Adalah Naskah Abadi
Yang selalu kutuliskan
Untukmu penerus bangsa
Doamu kelak
Cantumkan menjadi naskah abadi
Bagi kami para pengabdi
Guru berbakti pada Negeri
Pada ilahi
Pada anakanak berbudi.
Catatlah naskah abadi
Menjadi sejarah diri
Yang suci terpatri
Dalam sanubari, hati!
Sumenep,
20 September 2018.@lee
KABUT
KEPAGIAN
Mentari belum jua menyapa
Dedaun tak tampak hijau
Masih dalam waktu yang sama
Kabut kepagian
Gigil selaksa salju menyapu
Hempasan bayu menderu
Kuterus melaju dengan teguh
Memenuhi janji kalbu
Pengabdian memanggilku lantang
Gelap menuju siang menutup pandang
Menelusuri liku jalan hitam
Terhenti di depan pintu gerbang
Pintu gerbang pengabdian
Jiwaku terpatri kuat
Bersahaja menunaikan hakikat
Menjadi pelita harapan
Bagi anak nusa masa depan
Jangan hiraukan pagi
Tak jemu berselimut kabut
Melaju di tengah terpaan bayu
Menuju pengabdian
Menjadi pelita harapan..
Sumenep, 17 September 2018.@lee
TULIS DENGAN TULUS
Nak, bapak
menuju mimpi
Yang tak
pernah kamu pikirkan
Menembus
rembulan
Menuju
suksesmu
Nak tulis
kataku
Tuluskan
hati pesanku
Sebrangi
lautan...
Terbanglah
tinggi
Berlarilah
kencang
Menggapai
masa depan
Yang
gemilang
Tulislah!
Tuluslah!
Belajarlah!
Sumenep, 25 September 2018.@lee
MUTIARA NUSANTARA
Kamu sepertinya berbeda, nak!
Bahkan dari gemintang malam yang lelap
Wewarninya menyeruak gelap
Secercah cahayanya menyapu mayapada
Tetapi, ronamu mengisahkan sejarah
Di bangku sekolah ini
Terlihat tingkahmu seumpama genius
Anak sebatangkara yg cerdas
Wajahmu tak ada aral sama sekali
Seakan, kaulah mutiara itu
Pijaklah bumi sehentak detak jantungmu
Raihlah langit sedenting hatimu
Menggapai asa menuju Negara
Memimpin nusantara yang carut
Teguhkan dada menembus badai
Badai hidup dalam reruntuhan budi
Kaulah, sang pembaharu
Menuju bahagia
Sang, mutiara nusantara kelak
Citamu kelak
Serumpun dengan beban belajarmu kini
Ayunkan langkah tanpa henti
Tetapkan pilihanmu
Mutiara Nusantara
Dita, Muridku!
Sumenep, 18 September 2018.@lee
EMBUN
PENGABDIAN
Pagi yang semayup kembali hadir
Rotasi waktu yang kekal
Evolusi zaman bergerak maju
Menuju puncak panorama yang takjub
Denting waktu menjadi bisu
Ketika pengabdian tetap memanggil
Jiwajiwa teguh memadu kalbu
Sejuk embun menjadi candu
Bersama pengabdian yang paripurna
Rasanya terus bersambut bahagia
Berada di jalan pengabdian
Tanpa lelah, tak ada susah
Tak getir walau kadang berpetir
Tak jemu meski sendu
Tetap rindu
Pengabdian di embun pagi
Kala itu
Tetap terpaku
Dalam ingatan hati yang kokoh
Tak tergantikan dengan apa jua
Hanya ada bayang
Bahagia abadi
Bersama embun
Pengabdian yang tulus
Guru, akulah embun pengabdian itu
Sumenep, 19 September 2018. @lee
BERI KITA
JUDUL
Ini adalah kisah seonggok jasad
Jasad merindu sendu akan ilmu
Tak jemu belajar dan meramu
Setiap untaian tema
Jadi pilihan merajut asa
Bersama anak bangsa
Kisah bahagia yang tak berjudul
Cerita cinta yang tak bernarasi
Yang ada hanyalah bahagia
Senyum ranum di balik lugu kalian
Anak anak pencari fakta hidup
Bahagiamu merajut mimpi
Menuju masa depan abadi
Adalah bahagiaku yang dinanti
Goresan takdir bersamamu
Menjadikan kisah kita haru biru
Berjuang bersama menuju puncak
Puncak asa yang tertanam
Dalam jiwajiwa yang teguh
Riangmu meniti hari
Menjemput cita dan cinta
Tak kan kulupa sepanjang masa
Bersama kabut di ufuk fajar
Menuju senja merah yang indah
Bersama spektrum pelangi hidup yang indah
Kita ada di sini
Belajar tanpa henti
Tak tahu apa yang harus kutulis
Beri saja aku judul
Cerita kita yang bahagia
Menempuh harihari bermakna
Bersama asa
Anakanak, berilah kita judul.
Sumenep,
21 September 2018.@lee
TINTA
KEHIDUPAN
Nak, tuliskan di sini
Sekarang!
Mulailah hidupmu menjadi samudera
Luas akan ilmu karena dahaga
Denting waktu terus berputar
Mengitari mayapada yang sudah tua
Nak, cantumkan asamu di sini
Tulis sekarang
Menjadi tinta manis
Dalam hidupmu
Jangan pernah menyerah
Memberi yang terbaik untuk orang tua
Kebanggaanmu
Berikan mahkota raja pada mereka
Dengan ilmu yang kau cari
Goresan penamu setiap detik
Adalah jalanmu menuju citamu
Ialah tinta kehidupanmu
Mencari luasnya ilmu
Dalam palung samudera
Nak, tulislah jalan hidupMu
Bersama tulisNya
Mendoa menuju harapan
Gemintang bendera di masa mendatang
Nak, tulis dengan tintamu
Jalan hidupmu yang indah
Di sini, bersamaku!
Sumenep,
22 September 2018.@lee
MINGGU
TENANG?
Hari yang ditunggu
Seumpama cinta yang menggebu
Minggu yang dirindu
Semacam cita yang dituju
Adakah minggu tenang?
Sebagai hari bersua dengan diam
Diam seribu makna berlabuh di atas permadani?
Tidak, minggu tetap berkarya.
Sepucuk cinta tersulam indah
Menelisik tugastugas Negara
Menyiapkan mutiara bangsa
Anakanak berbakat
Nak, tetaplah berkarya di hari ini
Hari yang dianggap keramat
Hari tidur selaksa raja berkuasa
Bagimu tidak, nak.
Tetaplah bersahaja
Mencari ilmu
Bersama pelangi dengan spektrum warni
Bersama mentari menuju dewasa
Bersama mereka yang membesarkan jiwamu
Nak, bangun dan tulislah
Sejarah hidupmu menuju asa
Di hari tenang ini
Minggu merindu
Minggu menderu
Minggu yang tak pernah layu
Selaksan adenium yang bugar
Bunga mekar sembari mendoa
Merah merekah bersama takdirNya
Nak, tulislah!
Sumenep,
23 September 2018.@lee
DOA SANG GURU
Nak,
ingatlah selalu
Gemintang yang ranum
Menyaksikanmu, kelak bersama suksesmu
Meski bersama setangkai bunga linangan air
mata.
Nak,
kelak asamu membuncah
Sepasang mahkota merajut bahagia orang tuamu,
Gua pertapaanmu, kekuatanmu
Tuhan selalu hadir
Seiring takdirmu
Sejalan langkahmu
DIA tak pernah tidur
Menjagamu
IA adalah pemilik mayapada
Yang maha pendengar
Pemilik khayangan
yang maha pemurah.
Tuhan sebari bersama aliran nadimu
Selalu mengetuk palung hatimu
Untuk doamu.
Nak,
jika suatu hari nanti
Jiwa ini telah beradu sendu
Raga telah renta sebatangkara
Usia diufuk senja
Janganlah kau bersedih.
Raga kita tetap satu padu
Satu pintaku
Seribu harta dari kekayaan.
Tahukah kamu nak?
Berbagi ilmu pada sesama, seantero jagat
mayapada.
~, 23
September 2018
D’ YANG TERSEMBUNYI
Tahun kesekian mengabdi
Dalam bingkai yang istimewa
Cahaya bahagia terus bersemi
Terpatri dalam hati
Kutertegun
Setiap berswa denganmu, Asoka yang cantik
Timbul tenggelam selaksa gelombang
D yang kusembunyikan
Dag Dig Dug kurasa
Semacam desir bayu yang menyapu
Setiap pori bermuara di kalbu
D yang tersembunyi
Dag Dig Dug kurasa
Dentang jantung yang tak karuan
Setiap menatap raut wajahmu yang menawan
Warnimu yang cerah
Mengisahkan cerita kasih
Yang tak kan pernah berulang, di sini ada
pengabdian
Cinta yang tak kan pudar
Karena cuaca dan waktu
Meski roman terbaca habis
Cintaku terus menua, Asoka
Saksi pengabdianku
Bahagia serupa haru
Gembira hati jadi satu
Diam terpaku
Memagut jiwa yang rindu
D yang tersembunyi di hati
Dag Dig Dug kurasa itu
Duuhh!!!
Sumenep,
24 September 2018.@lee
.
TAK ADA
IDE
Tuhan, apa yang salah
Pada setiap alirah darahku
Sepucuk ingatan kian sirna
Terhempas oleh kilatan alpa
Tuhan, aku adalah guru
Tak boleh kehilangan ide
Tak seharusnya musnah
Aku guru biasa
Yang alpa
Tak segunung idepun
Kuber asa akan cinta
Cecinta dengan anak bangsa
Berbalut bahagia meski secarik kertas di atas
meja
Tuhan, teguhkan dada
Menembus jarak tanpa batas
Terus menuai cinta bersama asmara
Nak, ini pelangi ide gurumu
Terus berpacu dengan waktu
Mengatarmu menuju puncak
Meraih bintang
Menggapai asa
Sumenep, 25 September 2018.@lee
LENTERA
HIDUP
Ini tentangmu, Duh Mentari
Yang mengitari katuliswa
Untuk panggilan jiwa
Ini tentangmu, Duh rembulan
Yang berotasi dengan musim
Untuk meneguhkan janji
Ini tentangmu, duh Guru
Yang mengabdi dengan leliku jalan
Untuk menatap asa
Bentang samudera
Garis ufuk
Senja merah
Badai bandang
Kilat petir
Terik panas
Gemericik hujan
Debu menggebu
Entah, apa lagi
Adalah jalanmu
Takdirmu bergumul
Waktumu berjerih
Pengabdianmu berpeluh
Bahagiamu kini
Nanti, lusa dan abadi
Guru,
Mentari
Rembulan
Takdirmu
Bahagia abadi
Lentera hidup
Hingga asa tergapai
Bersama anak negeri!
Sumenep,
26 September 2018.@lee
AKU BANGGA DEDIKASIMU, GURU
Ini potret kita, guru anak rimba
Rimba pengetahuan
Akupun tak sangka
Jika guru Indonesia adalah Samudra
Inspirasimu menyeruak gemintang
Imajinasimu membelah katulistiwa
Menjadi lintang utara dan selatan
Membujur dari barat ke timur
Dedikasimu, guru
Aku bangga padamu, guruku
Ternyata nalurimu bening
Hatimu putih
Jiwamu selaksa zamzam
Suci mengaliri anak tak berdosa
Dirimu mendoa
Selayak mantramantra shohih
Hanya utk anak negeri
Tutuh, Dwi, Nofem, Mila, Siti
Asiah, Alee
Dan sosok lain
Yang sunyi tak dapat bersua
Satupersatu
Aku bangga kalian
Pujangga berdedikasi
Guru berjiwa segara
Berhati mulia
Duh, aku mencintaimu
Guru!
Sumenep,
26 September 2018.@lee
MENDOAMU
Pagi mengajarmu Nak
Bahkan saat kamu tak bersua
Aku tetap tegar berbagi
Saat kamu mengosongi bangkumu?
Aku tetap bersama citamu
Aku mendoa saat kamu alpa
Merapalkan sabda suci ketika kamu lelap
Untuk bintangmu aku merayap di tengah sunyi
Mengadumu padaNya
Nak, tak ada guru yang semena
Tak ada yang tak hirau
Guru inginmu terbaik
Meski terus mendoamu
Meski bukan anak tanahku
Mulialah gurumu, nak
Tiada henti akan munajad
Untukmu kelak
Suksesmu besok
Meski sunyi
Meski tak di kelas
Meski kamu lelap
Tetap mendoa
Nak
Sumenep,
27 September 2018.@lee
ADENIUM
Ini tentang cinta
Anakanak berkebun asmara
Merajut adenium berwarni
Menjadi cinta abadi
Bagaimana tidak
Ia cemburu mentari menyinarinya
Semburat wajahnya kaku
Saat anak lain menyiraminya
Tak mau ada jasad siapapun menyentuhnya
Adenium cintanya
Bukan tentang bunganya
Tak soal adeniumnya
Yang bikin ia cemburu
Yah....
Perjuangannya
Antara hidup dan mati
Masa kritis yang layu
Kerontang tanpa hujan
Mengeras selaksa batu
Hingga kembali merona
Mekar merah merekah
Adalah cintanya
Membincang dalam bahagia
Adenium cinta pertamanya
Nak, ia milikmu
Siramilah hingga ranum
Rawatlah menjadi harum
Bahagialah bersama adenium
Cintamu!
Sumenep,
28 September 2018.@lee
TAK KOSONG
Pagi yang ranum
Terbalut asa dalam senyum
Jiwa yang polos
Dari anak garam emas
Yang tak kosong
Bukan lumbung tak berisi
Hati mereka telah disesaki
Kalam suci milikNya
Doadoa keramat sang ibu
Semangat api sang ayah
Sungguh mereka tak kosong
Degup jantung guru bergemuruh
Menelisik anak pandu
Dengan sepucuk dedaun ilmu
Mengisi imajinasi mereka
Yang tak kosong
Dedikasi para geguru
Menyeruak marapalkan dzikir
Matematika dan rumpunnya
Sejarah dan pesonanya
Mengisi pikir mereka
Yang tak kosong lagi
Guru, abdimu untuk mereka
Jiwajiwa yang telah dijejali
Bekal hidup bahagia
Menuju ujung semesta
Guru,
Mereka tak kosong lagi
Sumenep, 29 September 2018.@lee
PELITAKU
Tak mungkin aku mendua
Hatiku terdetak utk menunggu
Pujangga jagat darimu
Tenang semacam danau
Damai selaksa merpati
Kusabarkan nurani
Menunggu puisi indahmu
Guru, Pelitaku
Aku di sini
Dalam jagat keberdayaan
Dalam angan kebahagiaan
Bersama cecinta
Kutunggu bait jantungmu
Mendetangkan rima
Bersama anak negeri
Di pintu bahagia
Dwi, bergegaslah
Mentari telah meninggi
Memayungi negeri ini
Bersama karyamu
Guru
Bergegaslah!
Sumenep, 19 Austus 2018.@lee
JAM KOSONG
Pagi ini aku gelisah
Memandangi lesung pipit pipimu
Dalam angan
Bukan mimpi
Wajahmu memesona
Laksana pelangi mewarna
Mengisahkan roman asmara
Yang tak pudar karena waktu
Tak retak karena badai
Tak lenyap karena hujan
Jam Kosong itu,
Guruku tak hadir
Aku dalam lelapku
Biarkan mimpi ini menelisik
Setiap denting waktu
Bersama pengabdian
Guruku,
Jiwamu kau kobarkan
Waktumu kau korbankan
Utk anak mutiata permata
Milik bangsa
Ikhlas baktimu
Menuju kebahagiaan
Bahagia abadi
Bersama pengabdian
Guru,
Izinkan mantra mendoa
Tuk baktimu
Tuk dedikasimu
Tuk tulusmu
Bu,
Tunggu aku
Di ufuk senja
Bersama burung pipit
Menari mega merah
Di ujung maya pada
Sumenep, 22 Agustus 2018.@lee
TANGGAL
MERAH
Tak peduli merahmu
Tak ada lagi soal warna
Spektrum pelangi adalah pengabdian
Bersama anak asuh
Berpeluh di olimpiade hidup
Ini usaha, nak
Tuk meraih takdir
Mencapai bahagia
Jadilah juara kehidupan
Memayungi kesabaran
Memusnahkan keangkuhan
Ini tanggal merah
Bagi penyerah
Jangan berkalang tanah, nak
Tanpa berjuang
Lantangkan suaramu
Pijakkan kakimu
Genggam takdirmu
Jalani romantika itu
Tuk menggapai citamu
Inilah pembuktian
Citamu jadi milikmu
Cintamu bersamaNya
Cintamu milik mereka berdua
Pahlawanmu di sana
Nak, apimu tlah menyala
Kobarkan daya juangmu
Ledakkan ambisimu
Menuju citamu
Asamu yang cemerlang
Bahagiamu kelak
Adalah bahagiaku kini
Suksesmu kelak
Adalah keringatmu kini
Hidupmu kelak
Adalah takdirNya
Nak, aku tunggu itu!
Pamekasan,
30 September 2018.@lee
TANGGAL
SATU
Yah, Nak
Hari riang kita
Tanggal satu
Yang tinggal satu
Bukan soal Bapak berwarna merah
Atau biru
Dari slipslip gaji
Lalu sederet nota
Yang harus kubayar
Tidak itu, nak!
Kelam, Legam
Hitam, Muram
Kelabu,Abuabu, Berdebu
Nak, puluhan tahu lalu
Negara kita hitam legam
Di bawah awan durjana
Mayapada Nusantara berbisik
Langit menangis
Tanahtanah meronta
Hutan menjerit
Pintupintu jenderal berderit
Peluru menembus hati yang suci
Nak, sejarah itu hitam
Ditulis para pemberontak
Dicatat para perompak
Menguji sakti Pancasila berdikari
Nak, darah mengalir kemarin
Sumur mencekam tanggal itu
Hutan selaksa rimba
Pahlawan tak berdosa
Berkalang tanah menyesaki liang yang sama
Nak, tanggal satu
Negara yang satu
Pancasila yang satu
Sakti yang satu
Tinggal satu, nak
Lanjutkan perjuanganmu
Di meja belajar
Nak, catat itu!
Sumenep, 1
Oktober 2018.@lee
LUPA MASA
Nak, kini beranjak malam
Sebentar lagi gulita
Tanpa listriklistrik benderang
Di pejamuan kamar tugas
Kamarku nak
Ruang RPP
Pintu Jurnal
Jendela Soal
Kisikisi hidup
Hirukpikuk perangkat
Lupa masa diam
Instirahat dalam impian
Nak, senja merah telah raib
Denting waktu kian larut
Semayub bayu merasuk
Tulangtulang tua ini
Gigil tak karuan
Sendisendi pilu nyeri
Akankah ditinggal berlayar?
Menuju mimpi indah?
Tidak nak,
Gemintang malam berseri
Rembulan bersemi
Reranting seakan mencakar langit
Debur ombak memecah sunyi
Dan
Aku tetap di meja paksa nak!
Menulis tentangmu
Tentang pelajaranmu esok
Siaga alat peraga
Terjaga dengan media
Belajar dengan tegar
Tenang nak,
Itu untukmu
Hingga aku lupa masa
Jarum waktu berputar di mana
Detik jam berotasi ke mana
Kantukpun tak ingat lagi
Nak, belajarlah esok!
Sumenep, 2
Oktober 2018.@lee
BAK SAMPAH
Ini tentang pikirmu
Tentang hatimu
Tentang jiwamu
Nak,
Karaktermu dicitakan
Sepenuh nurani
Tuk menjadi mutiara kelak
Nakalmu, Kotormu
Cengengmu, Bisumu
Buang jauh
Di lorong itu
Bak sampah menunggu
Harapku intan berlian
Emas permata cinta
Di puncak prestasi
Nak, bangun
Buang sebongkah malas
Lenyapkan seonggok keras kepal
Sirnakan gemuruh kelas
Nak..
Buang sejauh mata memandang
Di pojok itu
Bak sampah
Nak, bangun
Sinari pikirmu
Pijarkan nuranimu
Pendarkan cahaya cita
Menuju anjungan itu
Pemimpin negeri
Kelak
Nak, bangun
Buang ke bak sampah
Segala egomu
Nak, buang sampah itu
Bak buih ditelan gelombang
Hilang ditelan malam
Diterjang gulita
Bangun mimpimu nak.!!
Sumenep, 3
Oktober 2018.@lee
KADO
ISTIMEWA
Hari ini
Aku tetap mengabdi
Masih di tempat yang sama
Episode berbakti
Kerangka yang satu
Mengabdi untuk negeri
IndonesiaMu
Aku juga
Kita
KadoMu indah, Istimewa
Mulia karena karya hidup
Bersahaja karena berjibaku
Indah bersama tugastugas
Mulialah guru kita
Guru berkarya
Sebentar bergegas pulang
Sebentang pematang kembali
Serumpun didikan tlah datang
Belajar hingga senja
Kado yang tak dilupa
Sepanjang usia
Indah istimewa
Guru mulia
Tuhan, panjatan terima kasih
Tanpa batas dan jarak
Dalam hati terdalam
Sejiwa bahagia
Tuhan, terima kasih
Sumenep, 4
Oktober 2018.@lee
RUMPUN
ASOKA
Indah mewarna berjejer
Memagari jejalan
Pagipun bersua bahagia meminang semerbak,
mewangi
Tak ada beda
Diantara rerumpun bunga pot berserak, hitam
teduh
Kastakasta bunga ranum
Bunga sejajar, sewangi
Asoka selembut adenium
Tetapi, mereah merekah
Semacam merajakan bungabunga istimewa
Kembang tak berbunga
Berserak karena dimadu
Bunga yang berkembang
Menjadi ratu dalam pot hitam itu
Bunga kepagian dalam takdir yang beda
Yang tak istimewa tak berdaya
Asoka,
Yang berbunga menjadi kuasa
Merajai pelangi warna
Di bilik kelaskelas belajar
Nak, itu Asoka kita
Rawatlah dengan cinta
Sumenep, 5 Oktober 2018.@lee
RINDU
BERBISIK
Tak mudah kuhempaskan
Bisikan lirih ucapmu
Di genderang telingaku
Suara lembutmu
Seumpama kapas putih, lembut tak terperi
Rindu serindunya
Bulir air mata suci ini
Menghias lesung pipit yang menua
Nak, walau kau telah pergi
Melanjutkan cita dan cintamu
Aku tetap di sini
Meneguhkan tugas
Menunaikan tanggung jawab
Abdi negara yang tangguh
Aku merindumu
Celoteh manjamu
Riang riang nakalmu
Senyum polosmu
Tingkah lucumu
Diam lugumu
Rindu ini selalu berbisik, nak
Kapan kita mengulang takdir itu
Masa belajar kita
Masa ujian kita
Masa kita bersama
Nak, air mata ini untukmu
Biarlah aku bersama pengabdian ini
Lanjutkan citamu
Lanjutkan perjuanganmu
Menuju negeri tak berbatas
Bersama impian indahmu
Hingga ujung mayapada
Nak, aku merindumu
Nak, hampirilah kelak
Bersama suksesmu
Rindu selalu berbisik
Hingga larut malam
Tenggelam dalam mimpi
Nak,
rinduku untukmu!
Post a Comment for "Kumpulan Puisi Dedikasi Guru (Buku: Takdir Seorang Guru)"
Tinggalkan komentar Sahabat sebagai saran dan masukan yang sangat berharga untuk tetap belajar dan berbagi. Terima kasih atas kunjungannya.