Derai Air Mata Perjuangan Ibu
Meri Nurhayati
Guru SDN Pajagalan II Sumenep
Ibu, satu kata yang tidak bisa saya bandingkan dengan siapa
pun makhluk ciptaan-Nya, di dunia ini. Sebab, adanya saya, berkat perjuangan
seorang ibu dengan kuasa-Nya. Tak pernah terlintas di benak saya, kata apa yang
harus saya urai tentang cerita seorang ibu. Karena beliau adalah sosok yang mulia. Bahkan Tuhan saja
mengagungkan beliau sampai surga pun ada di telapak kakinya. Banyak orang bijak berkata bahwa surga terdekat di dunia adalah ibu.
Sumber Gambar: https://bhayangkari.or.id/ |
Menurut saya, yang terdetak di hati ini, kita tidak perlu
jauh - jauh meminta doa kepada seorang ulama, karena surga terdekat pun ada di rumah kita sendiri. Doanya pasti Allah kabulkan.
Jadi ibulah sosok yang paling
istimewa di muka bumi ini.
Sangat beruntung, ya sangat beruntung jika kita masih memiliki sosok beliau,
ibu kita. Melihat sosoknya tersenyum rasanya tidak ada keindahan dunia pun mengalahkannya.
Berawal dari cerita beliau (sang Ibu) tentang perjuangan
beliau tentang kehamilannya, mengandungku. Selam 9 bulan 10 hari di
rahim beliau. Sangat tersiksa dan beban berat karena tidak seperti mengadung
saudarsaya yang lain. Kata beliau, saya
anak istimewa. Yaa anak istimewa mulai dari mengandung sampai lahir ke dunia
penuh perjuangan.
Saat mengandungku beliau tidak pernah melihat indahnya
matahari terbit, karena saat melihat matahari
terbit rasa mual dan pusing melanda. Selama 9 bulan beliau hanya berdiam diri
di dalam kamar rumah, mengurung diri.
Bahkan nasi pun yang di masak di kompor rumah beliau tidak bisa makan. Setiap perutnya terasa lapar sosok
ayah yang siap siaga membelikan nasi di luar rumah demi istri dan anaknya yang
dalam kandungannya. Minum pun tidak mau minum air biasa maunya minum-minuman bersoda orang terdahulu menyebutnya
Cola. Itu tiap hari yang beliau makan dan minum. Bahkan ada tetangga melarangnya kalau minuman itu berbahaya
untuk bayi dalam kandungan.Tapi mau
bagaimana lagi, kalau makan dan minum yang berasal dari kompor rumah perut
beliau pasti menolaknya.
Cerita tentang susahnya kehamilan ibu saya, selesai. Drama
babak baru akan baru dimulai setelah saya lahir ke dunia perjuangan beliau tidak berhenti di situ. Perjuangan masih
berlanjut. Saya dilahirkan hadir ke dunia dengan
membawa hobi yaitu berada di gendongan sang ibu. Setiap ditidurkan di kasur
selalu menangis. Akhirnya kemanapun,
kegiatan apapun saya selalu ada di gendongan beliau.
Memasak, makan,
bahkan (maaf) buang hajat pun dibawa. Ya Allah kalau mengingat cerita beliau
betapa berdosanya jadi seorang anak.
Tapi pada saat beliau cerita tidak ada tersirat sedikit pun rasa menyesal telah
mengandung dan melahirkan saya. Bahkan beliau tersenyum sambil bercerita. Beliau
pun mendoakan semoga jika saya punya
anak tidak seperti diri ibu. Cukup beliau yang merasakan perjuangan yang luar biasa jadi seorang ibu. Begitu besar rasa
sayangnya terhadapku meskipun secara tidak langsung saya sudah membuat beliau menderita.
Cerita
masa kecil itu telah berlalu. Perjuangan beliau masih berlanjut. Tepat Tahun
1990 menjadi tahun kesedihan buat
beliau, ibu tercinta. Dunianya seakan mau berhenti. Ujian datang pada episode
yang baru. Beliau harus kehilangan
teman hidupnya yaitu ayahku, sang belahan jiwanya. Waktu saya berumur 7 tahun,
ayah berpulang. Mulai saat itu, hidup
baru buatnya tanpa seorang sosok yang selalu menemaninya membesarkan anak-anaknya.
Alhamdulillah
beliau kuat menjalani hidup tanpa kekasih hatinya dengan ketiga anaknya. Beliau
mampu menjadi singel parent
di usianya yang masih terbilang muda. Dengan uang pensiun 150 ribu rupiah
beliau mampu menghidupi ketiga anaknya. Meskipun harus membanting tulang mencari uang tambahan
untuk melanjutkan hidup bersama
ketiga anaknya.
Beliau
berjualan di teras rumah bahkan menitipkan makanan
ke warung-warung kecil demi mendapat uang tambahan. Sebab, uang 150 buat makan dan pendidikan anak-anaknya tidak akan cukup. Sebab, waktu itu, kakak
tertua saya sedang menempuh pendidikan keperawatan
di luar kota dengan biaya yang tidak sedikit. Kakak hampir saja mau berhenti
melanjutkan studinya karena kasihan
ibu takut tidak mampu membiayainya. Tapi...ibu tetaplah ibu yang tidak mau memperlihatkan kesedihan dan kelemahannya di depan anak - anaknya.
Beliau tetap memberi
semangat supaya anaknya tidak putus sekolah. Beliau mengatakan masih sanggup
membiayainya meskipun harus mengikat
perut dan keinginannya. Beliau berkata bahwa beliau akan bahagia jika melihat
anak-anaknya sukses. Bahkan ada famili yang bilang kepada beliau dengan gaji 150
ribu, anak-anaknya tidak mungkin
bersepatu (menjadi pegawai kantoran). Ibuku menjawab dengan tersenyum. Kemudian beliau berkata bahwa semuanya
yang mengatur takdir adalah Allah bukan manusia. Tidak ada yang tidak mungkin
di dunia ini jika Allah sudah berkehendak dengan takdir seseorang.
Puji
syukur, Alhamdulillah anak-anak beliau bisa mewujudkan mimpinya. Memiliki anak
yang sukses yang
bekerja memakai sepatu.
Kesuksesan
anak bukan karena usaha dirinya dan doanya tapi...kesuksesan seorang anak ada
doa yang tulus yang Allah kabulkan
dari seorang ibu, serta yang berjuang mati-matian demi melihat kebahagiaan anak-anaknya.
Teruslah
tersenyum Bu...anak-anakmu bangga memilikimu. Pesan yang hampir tiap hari terdengar darinya shalatlah nak karena
dengan shalat kamu akan mendoakan orang
tuamu dan menuntun ibu kelak ke
syurga-Nya.
Tentang Penulis
Saya adalah
Meri Nurhayati. Dibesarkan oleh beliau, sosok ibu yang luar biasa. Ibu yang
sangat sayang dan cinta kepada anak-anaknya. Saya dibesarkan dan disekolahkan
beliau hingga benar-benar menjadi “orang yang bersepatu”, seorang pendidik yang
mengabdi kepada Ibu, Bangsa dan Negara, Agama, dan murid-murid saya. Saya
alumni STKIP PGRI Sumenep tahun 2006. Saat ini saya mengajar sebagai guru di
SDN Pajagalan II Sumenep, setelah sekian tahun bertugas di kepulauan. Yakni
pulau Kangean, Sumenep.
Saya
suka karya sastra, khususnya puisi dan cerpen. Namun, senantiasa belajar
menulis esai dan karya lainnya. Saat ini saya sedang berproses menyelesaikan
buku perdana saya. Kumpulan Puisi Romantis.
Bagi
yang ingin berkolaborasi, silakan mampir ke mail: merinurhayati2805@gmail.com. Dan
bisa berbincang karya di WA: 085257867575.
Maasyaa Allaah...mirip kisah hidup ku, bedanya ibu yang meninggalkan kami. Terima kasih
ReplyDeleteTerima kasih atensinya
DeleteMengharukan kisahnya, ibu memang pejuang keluarga, semoga kita bisa berbakti pada ibu tercinta, amin
ReplyDeleteTerima kasih atensinya
Delete