Aleepenaku.com. BIOGRAFI: Liza Ulfa Maesura dengan Seribu Nama yang Mendunia. Bagaimana kita dapat mengenal seorang penulis dan pelukis serta sutradara film asal Sumenep ini?
Pernahkah kita berpikir bahwa
satu orang memiliki seribu nama? Ya, kita tentu banyak belajar bagaimana
seseorang dapat dikenal dengan banyak nama. Bahkan, nama-nama itulah yang
membesarkannya. Satu nama, mewakili satu karakter dan kepribadiannya. Bahkan,
satu nama juga menggambarkan keahlian dan hasil karyanya.
Ia adalah Liza Ulfa Maesura. Nama
asli sejak kelahirannya, Liza Ulfa Maesura. Namun, seperti mendapat durian
runtuh. Ia besar dan dikenal luas hingga mancanegara melalui karya-karyanya.
Sehingga tak heran bila ia juga dikenal dengan sebutan atau nama pena: Lufy
Jung, Ning Elliz, Bunda Cherry, Alifah Zi Emerald, Liza Maesura, LU Maesura,
Cherry, dan lain sebagainya.
Julukan Penulis Seribu Nama bukan
tanpa alasan. Sebab, selain memang memiliki nama pena yang banyak, wanita
cantik kelahiran Sumenep, 30 Agustus 1987 ini memiliki kepribadian yang unik.
Apakah memiliki kepribadian yang ganda? Entahlah, jelasnya, ia dapat berperan
dengan berbagai kepribadian untuk kondisi yang berbeda.
Kadang, ia terlihat introvert. Selalu berdiam diri, tidak berkata-kata, dan cenderung malas bergaul. Tidak banyak memiliki teman bergaul yang benar-benar gaul. Ketika itu, ia seperti bunga desa yang ayu dan cantik. Bak putri keraton. Maunya selalu berdiam diri di rumah. Hanya melakukan tugas-tugas keseharian seabgaimana “Putri” atau “Permaisuri”.
Namun, suatu ketika ia tampak sulit untuk mengekspresikan emosi. Ia tak bisa menunjukkan senyum yang indah. Bahkan, juga tak mampu untuk marah. Sulit ditebak. Ia sulit untuk membedakan suatu kondisi yang harus berbahagia dengan senyum, atau sedih dengan menangis. Cenderung datar. Tenang seakan tanpa ada apa-apa. Serasa kurang peduli terhadap sanjungan atau ancaman. Maka, ia dikenal juga dengan kepribadian yang alexithymia.
Baginya, menikmati hidup itu harus sederhana. Tidak perlu dipoles harus tersenyum bahagia atau bersedih hati. Segala sesuatu yang terjadi, maka supaya dinikmati. Oleh karena itu, biasanya ia tidak mudah percaya kepada semua orang. Juga tidak pernah membenci orang lain. Ia menganggap semua orang layak menjadi teman. Tetapi, juga perlu berhati-hati dalam berteman.
Ia selalu menjaga diri. Bahwa saat kepribadian yang mana sedang menguasai dirinya, maka ia siap untuk segera menjadi dirinya sendiri seperti awal kelahirannya, Liza Ulfa Maesura. Namu, juga sulit diramal. Pada kondisi tertentu, ia tiba-tiba malas. Introvertnya kambuh. Tidak lagi terlihat wajah aslinya. Tidak segera mengusai Liza yang sebenarnya.
Namanya yang melambung, bukan tanpa sebab. Seribu nama yang dikenal orang tidak lepas dari karya-karyanya yang spektakuler. Tidak seperti penulis kebanyakan. Ia justru aktif sebgai penulis di aplikasi Wattpad, Novelme, Hinovel, Dreame (per novel bisa mencapai $1500), Kwikku dan KBM. Tulisannya bertaraf international. Juga bertarif dengan ukuran dolar. Terutama tulisannya yang diterbitkan di platform online, Singapura.
Tak heran, apabila pemilik seribu nama juga penyuka olah raga INKAI karate ini selalu menulis dalam kesunyian. Jika ada orang lain sedang bersuka cita dan heboh dengan karyanya di media sosial, maka Liza justru menulis dengan diam. Namun, siapa sangka karyanya justru mendunia. Tulisannya dihargai dolar Singapura. Secara konsisten, ia menulis di banyak platform online. Secara rutin pula, ia menikmati cuan dolar itu. Sungguh luar biasa.
Apakah ia juga menulis buku? Jangan heran, bila ia juga penulis offline yang aktif. Selain menulis secara online, ia aktif menulis buku. Karyanya dahsyat dan bernas. Sebut saja beberapa karyanya yang terkenal, seperti Ritual Senja, Ayo belajar membaca, Warisan Sang Huffadz, The curse of a vampire, prince, Kitab tauhid anak, dan Kariman Wirayuda serta banyak lagi yang lainnya.
Bahkan ia pernah menjadi produser film Sang Huffadz. Sehingga, dalam dunia perfilman, ia bukan hanya sekadar mengenal. Tetapi, telah terlibat langsung. Baik sebagai produser maupun pemeran utama, yakni pada film Kongres.
Dalam dunianya, yakni dunia menulis dan melukis, ia senantiasa belajar dengan rajin. Bahkan belajar dari tokoh hebat di Sumenep, Madura. Ia ahli melukis dab berguru kepada D Zawawi Imron (budayawan Madura dan International) dan Misnaya. Kemudian, buku-buku keagamaan yang dilahirkan tidak terlepas dari bimbingan sang Guru. Yakni KH. Abuya Busyro Karim sebagai pembimbing menulis buku keagamaan.
Kemahirannya menulis Menulis sejak SD. Menulis puisi dan melukis dibangku MTS. Menulis cerpen di MA. Dan menulis Novel dibangku kuliah hingga kini. Tidak heran apabila ia suka menulis. Sebab ia juga senang membaca. Membaca buku adalah rutinitas yang ia lakukan hingga saat ini. Buku bacaan favortinya adalah Yang mengenal dirinya mengenal Tuhannya karya Jalaludin Rumi dan Sirrul Asrar karya Syaikh Abdul Qadir Jailani. Buku yang menginspirasi dan memberikan ransum literasi dalam dirinya. Buku yang mampu memberikan pencerahan dalam setiap episode hidupnya.
Ia juga pernah mengabdi sebagai guru. Awalnya ia mengabdi di MA Alkarimiyyah (2004 - 2005), MI Membaul Ulum (2005-2009), TK Dharma Wanita Gapura (2009) dan sebagai Guru di SDN Jungkat Raas (2010-2015). Saat ini ia mengabdi sebagai Guru di SDN Panagan (2015-sekarang). Malang melintang di dunia pendidikan, menjadikannya semakin hebat. Namanya terus melambung dengan karyanya. Ia adalah rasi bintang dalam galaxy langit yang luar menyemesta.
Ternyata, prestasi karya yang diukir saat ini, berawal dari prestasinya yang luar biasa sejak di masa sekolah. Ia pernah menjadi Juara II lomba Tahfidzul Qur'an jus 1-2 sekecamatan Gapura, Juara III tartil Sekecamatan Gapura, Juara II lomba ceramah agama di ponpes Alkarimiyyah (2001) dan Juara 1 lomba baca puisi di yayasan Alkarimiyyah (2002). Langganan juara tidak membuatnya besar kepala. Ia terus belajar dan berkarya, tida henti.
Apakah ia juga mengenyam pendidikan formal? Siapa sangka, ia telah menamatkan pendidikannya hingga pada strata 1. Ia alumni SDN Gapura Barat I (1992) saat masih berumur 4 tahun 5 bulan, Mts Mambaul Ulum (1998), Mts Alkarimiyyah (1999-2001), MA Alkarimiyyah (2001-2004), D2 PGSD/MI STIk Annuqayah (2004-2006) dan SI Universitas PGRI Adibuana Surabaya (2013-2015). Sungguh pendidikan yang lengkap, nyaris paripurna.
Meski dikenal memiliki seribu nama dan salah satu kepribadiannya introvert, ternyata ia juga banyak bergaul dalam komunitas. Ia menjadi anggota IPPNU (2000-2006), Rumah Literasi Sumenep (2016-2018) dan Komunitas Kata Bintang (2019-sekarang). Komunitas itulah mengajarkannya bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Serta berkomunikasi dalam mengembangkan keahliannya berkarya.
Namun, satu hal yang unik. Ternyata ia mengalami phobia terhadap ayam. Mengapa? Sebab, dahulu pernah diburu induk ayam, saat kecil. Sehingga, masih ada perasaan traumatik. Jika melihat ayam, apalagi ayam indukan, ia merasa takut. Ia khawatir menyerangnya lagi, sepreti pengalaman di masa lalu.
🥰
ReplyDeleteLiza adalah bukan hanya nama seribu nama....namun keunikan juga dalam keseharian....🥰 Namun yang pasti doa yang terbaik untuk sahabat yang satu ini
ReplyDeleteTerimakasih kepada penulis untuk mengenalkan satunorang unik ini, karena jarang2 dia mau diekspose
Makanya ada seribu nama....sukses untuk Liza Ulfa Maisuroh
Terima kasih atensinya. Bu Liza memang keren. Yuk tulis biografi kita..di sini.
DeleteMembaca biografi bu liza,memang luar biasa, baik pula.terimakasih pak ali
ReplyDelete