Anti Bullying di SMA

 

Anti Bullying di SMA

Tri Kustiyarini

 

Saya mengajar di sebuah SMA negeri di kota kecil di sebelah timur pulau Jawa. Bondowoso, itulah nama kotanya, tak banyak orang luar kota yang tahu. Untunglah kotaku bertetangga dengan kota Jember yang memiliki universitas negeri sehingga mudah memandu ketika mereka bertanya dimanakah Bondowoso itu. Tidak jarang mereka mengolok-olok bahwa kotaku tidak ada dalam peta.

Menjadi murid SMA negeri di sebuah kota kecil tidaklah terlalu banyak menghadapi kendala dalam pergaulan dengan sesamanya karena kehidupan disebuah kota kecil masih memiliki kontrol sosial yang cukup tinggi. Contoh kasus, ada siswa saya yang mengontrak rumah di lingkungan warga depan sekolah. Ketika ada kegiatan yang dikhawatirkan akan berakibat tidak baik, maka salah satu warga akan melapor ke sekolah.

Berkaca pada hal tersebut, para guru berasumsi bahwa kehidupan murid baik di sekolah maupun di lingkungan luar sekolah cukup aman.

Di sekolah, kami para guru sangat besar perhatiannya dalam mengawasi siswa khususnya anak-anak yang berkarakter spesial atau yang masa pekanya belum sampai.

Sampai pada suatu waktu, kami diminta mengisi sulingjar, survey lingkungan belajar, ternyata nilai keamanan di sekolah kami berwarna merah yang artinya anak-anak ada yang merasa tidak aman di sekolah artinya masih ada bullying di sekolah kami.

Kami mencoba mencari tahu bentuk bullying yang terjadi. Ternyata memang masih ada namun masih kategori yang tidak terlalu mengkhawatirkan, contohnya ketika jam pelajaran berlangsung ketika ada siswa yang ingin ke toilet selalu minta diantar salah satu temannya karena ada anak yang iseng menggedor atau bahkan membuka paksa pintu di saat siswa yang didalam sedang menunaikan hajatnya.

Contoh lain saat ada salah satu temannya yang berulang tahun, maka yang berulang tahun tersebut akan dilempar ke kolam ikan yang dalamnya hanya 30 cm. Bahkan yang parah diikat di kursi dan dimasukkan ke dalam kolam. Untuk contoh terakhir ini sudah tidak kami temukan lagi karena sudah kami sangsi para pelakunya sehingga menjadi efek jera bagi yang lain. Sangsi yang kami berikan tetap bersifat mendidik yaitu dengan menumbuhkan sikap empati pada sesama teman.

Bullying memang sangat meresahkan bagi anak-anak usia sekolah. Untuk itu, kami para guru sebagai orang tua di sekolah harus benar-benar aware terhadap masalah ini. Apalagi anak usia remaja kecenderungannya adalah peer atau group sehingga terkadang mereka merasa tidak nyaman jika harus curhat ke guru dan memilih untuk curhat ke salah satu temannya. Hal ini bukannya menyelesaikan masalah, tetapi malah semakin runyam karena mereka belum punya keterampilan tentang hal tersebut.



Post a Comment for "Anti Bullying di SMA"