Cara Melawan Bullying di Sekolah
Inda Karsunawati
Ria
adalah murid kelas 1 di sekolah kami, di ujung barat Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Kondisi fisiknya yang kurang terawat membuat penampilannya terlihat jorok.
Seringkali teman-temannya mengejek, “Umbel-en....
umbel-en (ingusan .... ingusan).” Berkali-kali bapak dan ibu guru
mengingatkan anak-anak untuk tidak mengejek Ria. Namun, anak-anak latah saat
melihat Ria ingusan langsung mengejeknya.
Saat kenaikan kelas, orangtua Ria mendapat
pekerjaan di Surabaya sehingga dia ikut pindah sekolah ke Surabaya. Lima tahun
kemudian ketika orangtuanya diPHK, dia kembali ke desa dan kembali masuk ke
sekolah kami. Namun karena masuknya di semester genap dan sempat berhenti
sekolah, maka Ria harus mengulang kelas 5 dan tidak satu kelas lagi dengan
teman-temannya saat kelas 1 dulu.
Saya
merasa Ria banyak berubah. Penampilannya sudah bersih, namun dia masih menjadi
sasaran bully teman-temannya. Saya
terus berpikir apa yang menyebabkan Ria dibully.
“Awas
kena virus,” begitu celetuk Noval meledek temannya yang mendapat bagian koreksi
tugas Ria.
Pernah
saya menghukum anak satu kelas untuk membersihkan kelas dan mengganti botol air
minum Ria yang pecah karena dilempar-lempar oleh mereka. Sebagai wali kelas 5,
saya tidak kurang-kurangnya menasihati bahwa semua manusia sama di hadapan
Tuhan. Tidak ada satu pun yang boleh merasa superior dibandingkan yang lain.
Semua manusia pantas disayangi dan harus saling menyayangi. Beberapa pertanyaan
yang sering saya tanyakan setelah menceramahi mereka adalah: “Apa sih alasan
kalian membully Ria? Ria salah apa
kepada kalian? Apa keunggulan kalian sehingga merasa pantas memperlakukan Ria
seperti itu?” Mereka hanya diam. Namun bullying
terhadap Ria masih terjadi lagi dan lagi. Hingga suatu kesempatan saya
mewawancarai dua orang siswa yang menurut saya jujur dan dapat berkomunikasi
dengan baik.
“Kira-kira
kenapa teman-teman kalian suka membully
Ria?”
“Ria
baper, Bu. Kalau dibully dia membalas
meledek, kadang melempar barang-barang juga,” jawab Wina yang sebelum Ria
kembali seringkali menjadi bahan bully-an.
Menurut
Wina, anak-anak yang membully itu
akan diam sendiri ketika dia tidak merespon. “Ya meskipun hati saya sakit Bu dibully tapi saya diam saja karena kalau
saya ladeni anak-anak makin menjadi-jadi,” jelasnya.
“Apa
sih yang dilakukan Ria sebelum dibully?”
“Ya
Ria nggak ngapa-ngapain Bu. Tiba-tiba aja diledek. Biasanya itu yang memulai
Noval Bu,” jelas Laila.
Dari
keterangan Wina dan Laila, awal mula bullying
terhadap Ria itu karena ada salah seorang anak yang mudah sekali mengejek
temannya, terutama Ria. Kepada anak lain dia masih menaruh segan, tetapi tidak
kepada Ria. Misalkan saat dekat Ria dan bau tidak enak, dia langsung mengatakan
ke teman-temannya, “Yeek (ungkapan
jijik). Ria ambune gak uenak (Ria bau
tidak enak).” Kemudian anak-anak lainnya menelan mentah-mentah ucapan Noval dan
ikut meledek Ria “bau.”
Metode
ceramah larangan menghina ciptaan Tuhan, memberi contoh kasus bullying yang berakhir pada self harm korbannya, maupun memberi
cerita Nabi Muhammad SAW yang selalu berkasih-sayang kepada siapa saja dan
tidak mau menyakiti hati orang lain ternyata belum cukup mampu meredam bullying di sekolah. Saya terus
mengumpulkan informasi dan mengamati anak-anak. Sejauh ini kasus bullying di sekolah kami
kecenderungannya, satu anak yang suka menghina menjadi pencetusnya sehingga
diikuti anak-anak yang lain yang masih belum menemukan jati diri mereka
sendiri. Mereka masih suka meniru orang lain dan mudah terpengaruh lingkungan.
Sedangkan anak yang menjadi sasaran bully
adalah anak yang kurang percaya diri dan belum bisa mengontrol diri dalam
menghadapi situasi yang mengganggunya,
serta cenderung reaktif.
Sebagai Waka Kesiswaan saya kemudian mencari
referensi bagaimana menciptakan lingkungan yang anti bullying. Menurut UNICEF, ada beberapa cara melawan bullying di sekolah, di antaranya:
1.
Meningkatkan
kesadaran anak-anak akan bullying
2.
Menekankan
perilaku yang baik, empati, dan capaian prestasi bersama di sekolah
3.
Melakukan
pelatihan guru dan staf sekolah tentang bagaimana mengatasi bullying
4.
Melibatkan
orangtua dan siswa dalam meningkatkan kesadaran dan cara mengambil tindakan
yang disepakati terhadap bullying
Kami
para guru telah sepakat menerapkan sekolah ramah anak. Meskipun kasus bullying di sekolah kami tergolong
ringan dan tidak sampai terjadi penyiksaan fisik, kami berkomitmen tidak ada bullying di sekolah. Di kelas-kelas
mulai dipasang poster-poster Stop Bullying,
dan hampir setiap upacara bendera pembina upacara menyampaikan pesan-pesan Stop
Bullying. Ibu Kepala Sekolah juga
meminta anak-anak yang melanggar aturan ini menandatangani surat pernyataan
yang diketahui oleh orangtua/ wali siswa.
Profil Penulis
Post a Comment for "Cara Melawan Bullying di Sekolah"
Tinggalkan komentar Sahabat sebagai saran dan masukan yang sangat berharga untuk tetap belajar dan berbagi. Terima kasih atas kunjungannya.