Cegah Bullying

 

Cegah Bullying

Moh. Haris Susianto

 


Akhir-akhir ini, kita seringkali mendengar atau menyaksikan pemberitaan tentang perundungan. Terutama yang terjadi di sekolah. Apakah itu perundungan atau bullying? Dibaca dari berbagai sumber bacaan, Bullying merupakan suatu tindakan yang sangat merugikan dimana para pelaku menggunakan kekuasaannya dan menindas korban yang lemah secara verbal, fisik maupun psikologis sehingga membuat korban tertekan, tak berdaya dan trauma. Bullying berasal dari kata Bahasa Inggris yaitu bully yang artinya menggertak. Dalam KBBI, perundungan berarti proses, cara, perbuatan merundung yang dapat diartikan sebagai seseorang yang menggunakan kekuatan untuk menyakiti atau mengintimidasi orang-orang yang lebih lemah darinya.

Bullying atau perundungan merupakan perilaku negatif yang bisa menyasar anak maupun orang dewasa. Secara etimologi, asal usul kata bullying berarti penggertak, yaitu seseorang yang suka mengganggu yang lemah. Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPA), bullying adalah penindasan atau risak (merunduk) yang dilakukan secara sengaja oleh satu orang atau sekelompok yang lebih kuat. Tindakan ini dilakukan terus menerus dengan tujuan untuk menyakiti.

Jenis-Jenis Bullying

Menurut UNICEF, ada tiga karakteristik perilaku bullying, yaitu disengaja, terjadi secara berulang-ulang atau untuk mendapatkan kekuasaan. Bukan itu saja, tindakan ini juga bisa dilakukan secara langsung maupun online. 

Bullying online alias cyber bullying dapat terjadi lewat media sosial, pesan instan, email, dan platform lain yang memungkinkan adanya interaksi. Tindakan bullying juga terbagi menjadi enam kategori, di antaranya: 

1.      Kontak fisik langsung

Perilaku bullying yang menyasar fisik umumnya mudah diidentifikasi. Tindakan ini meliputi memukul, mendorong, menggigit, menjambak, mencubit, dan mencakar. Mengunci seseorang dalam ruangan, memeras dan merusak barang orang lain juga termasuk tindakan perundungan.

2.      Kontak verbal langsung

Perundungan juga bisa berupa ancaman, merendahkan, mencela, mengejek, memaki, mengintimidasi dan mengganggu. Memberi panggilan nama (name-calling), sarkasme dan menyebarkan berita palsu juga termasuk bullying verbal. 

3.      Perilaku non-verbal langsung

Contoh bullying non verbal yaitu tatapan sinis, menjulurkan lidah dan memperlihatkan ekspresi yang merendahkan, mengejek, atau mengancam. Namun, tindakan non verbal ini umumnya dilakukan bersama tindakan fisik dan verbal. 

4.      Perilaku non verbal tidak langsung

Faktanya, perundungan juga bisa terjadi secara non verbal tidak langsung. Contohnya yaitu memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, mengucilkan atau mengabaikan secara sengaja atau mendiamkan seseorang. 

5.      Cyber bullying

Di era yang serba teknologi seperti sekarang, tindakan bullying juga marak terjadi secara online. Contohnya dengan membuat video yang mengintimidasi dan pencemaran nama baik lewat media sosial.

6.      Pelecehan seksual

Pelecehan seksual juga salah satu bentuk tindakan bullying. Perilaku ini bisa berupa agresi fisik atau verbal. Agresi merupakan perilaku yang dilakukan secara sengaja untuk  menyebabkan kerusakan fisik atau mental seseorang.

7.      Perundungan emosional

Hal ini terjadi ketika seseorang berusaha mendapatkan apa yang mereka inginkan, tetapi dengan cara membuat orang lain (korban) merasa marah, takut, cemas, hingga tidak nyaman.

8.      Perundungan emosional dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental pada korbannya. Contoh perundungan emosional seperti mengejek, menggoda, mengancam, meremehkan, berbohong, hingga mempermalukan korban.

Bagaimana Cara Mencegah Bullying?

Ayo Cegah Perundungan

Langkah preventif ini bisa mulai dari anak, keluarga, sekolah maupun masyarakat. 

1. Pencegahan melalui anak

Ajari anak agar mampu mendeteksi potensi terjadinya bullying sedini mungkin. Dorong mereka agar bisa melawan tindakan perundungan yang menimpanya.

Berikut cara yang bisa ibu lakukan untuk mencegah bullying dalam keluarga:

·         Hindari kelompok yang suka merundung.

·         Ajarkan anak untuk memilih kelompok bermain yang tepat.

·         Kenalkan anak pada orang dewasa yang bisa membantu mereka saat mengalami perundungan. Misalnya, guru atau pendamping pada lokasi tertentu.

·         Ajarkan anak untuk mengolah emosi saat mengalami perundungan. 

·         Minta anak untuk selalu terbuka dan bercerita mengenai segala bentuk perundungan yang terjadi. 

2. Pencegahan dari keluarga

Keluarga bisa melakukan beberapa pencegahan untuk menghindari anak dari perundungan, seperti:

Perkuat pola asuh yang mengajarkan cinta kasih kepada sesama dan menanamkan nilai-nilai keagamaan. 

·         Bentuk lingkungan yang penuh kasih sayang dan aman. 

·         Bangun rasa percaya diri anak.

·         Pupuk rasa keberaniannya.

·         Tanamkan ketegasan dalam dirinya. 

·         Ajarkan etika dan gugah rasa empatinya supaya anak bisa menghargai dan peduli terhadap sesama.

·         Jangan ragu untuk memberikan teguran saat ia melakukan kesalahan.

·         Selalu dampingi anak dalam menyerap informasi dari televisi, internet dan media elektronik lainnya.

 

3. Pencegahan di sekolah

·         Membuat sistem pencegahan berupa pesan kepada murid bahwa sekolah tidak menerima perilaku bully di sekolah dan membuat kebijakan “anti bullying”.

·         Bangun komunikasi efektif antara guru dan murid.

·         Rutin membuka ruang diskusi dan ceramah mengenai perilaku bully di sekolah.

·         Ciptakan suasana lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan kondusif.

·         Menyediakan bantuan kepada murid yang menjadi korban bully.

·         Melakukan pertemuan berkala dengan orangtua atau komite sekolah

4. Pencegahan di masyarakat

Salah satu contohnya dengan membangun kelompok masyarakat yang peduli terhadap perlindungan anak, mulai dari tingkat desa atau kampung. Dalam masyarakat ada beberapa hal yang bisa berguna sebagai pencegahan, seperti:.

·         Ajarkan kelompok muda untuk melakukan berbagai kegiatan sosial.

·         Membangun kelompok masyarakat yang peduli terhadap perlindungan anak. Caranya bisa dimulai dari tingkat desa/kampung (Perlindungan Anak Terintegrasi Berbasis Masyarakat: PATBM). 

·         Berbagai tindakan sebagai langkah pencegahan perlu anak-anak kenal sejak dini. Hal ini karena tindakan perundungan dapat terjadi kapan saja. Lalu, bullying bisa terjadi dimana saja?

·         Tindakan tidak terpuji ini bisa terjadi pada lingkungan sekolah, pekerjaan, keluarga, hingga pertemanan. Jadi, sebaiknya pastikan anak-anak mengetahui dampak spesifik bagi korban maupun pelaku.


 

Profil Penulis

Moh. Haris Susianto, lahir di sumenep tanggal 03 November 1977, saat ini mengajar di SDN Tanamera III Kecamatan Saronggi. Alumni dari SDN Kebunan I, SLTP I Sumenep, SLTA I Sumenep, D-II PGSD Jember, S 1 STKIP sumenep dan S 2 Magister Manajemen Universitas WR. Supratman Surabaya. Pengalaman organisasi sebagai ketua KKG dari tahun 2012-2020, Sekretaris PGRI dari tahun 2018-sekarang, Sekretaris Kwaran Pramuka Kecamatan Saronggi dari tahun 2019-sekarang dan Sekretaris Percasi Kabupaten Sumenep dari tahun 2018-sekarang.

Buku yang sudah terbit bersama Komunitas Forum Silaturahmi Guru adalah                                        “ Pembelajaran yang Memerdekakan “, dan Pekik Merdeka Indonesia Jaya edisi khusus hari Kemerdekaan RI bersama Ibu Wakil Bupati Sumenep, Hj. Dewi Khalifah, dkk.

Post a Comment for "Cegah Bullying"