Mencegah Bullying dengan Memupuk Disiplin dan Kasih Sayang
Samsimar. S.Pd.SD
Belakangan ini semakin banyak
terjadi kasus bullying atau
perundungan di kalangan anak-anak dan remaja, terutama pada kaum pelajar.
Sebagai pendidik sekaligus orang tua, tentu saja kita sangat prihatin. Kita
perlu mengambil langkah jitu untuk mencegah maupun mengatasi kasus-kasus bullying yang terjadi di lingkungan
sekitar kita.
Menurut
Riauskina, Djuita, dan Soesatio (2005), mendefinisikan School Bullying sebagai
perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang atau sekelompok
siswa yang memiliki kekuasaan terhadap siswa-siswi lain yang lemah, dengan
tujuan menyakiti orang tersebut.
Perundungan
atau bullying merupakan perilaku
tidak menyenangkan baik secara verbal, fisik ataupun sosial di dunia nyata
maupun dunia maya. Berbagai kasus bulyiing di sekitar kita, saat ini membuat
kita prihatin terhadap karakter generasi yang akan datang.
Perundungan
secara verbal contohnya: mengejek fisik atau kemampuan anak, berkata-kata
kasar, memberi gelar tidak menyenangkan, mengejek status sosial-ekonomi, mencela/mentertawakan
kesalahan, dll.
Perundungan
fisik contohnya: memukul dengan tangan atau benda lain, menjambak, mencubit,
menerjang dengan kaki, membanting, menarik baju dengan kasar, menjambak rambut,
meludahi, melempar dengan benda, dll.
Perundungan
dunia maya misalnya menyebarkan foto atau video tanpa izin atau prilaku tidak
menyenangkan, mengumbar aib orang, mengejek atau membuat pernyataan yang
tujuannya merugikan orang lain.
Penyebab
kasus bullyiing itu bermacam-macam.
Umumnya perundungan bermula dari lingkungan keluarga atau orang terdekat (ayah,
ibu, saudara, kerabat lainnya), tetangga, teman dekat, dll. Anak yang sering
menjadi korban bullying di rumah,
berpotensi besar melakukan tindakan kekerasan yang sama pada temannya, di
sekolah dan lingkungan tetangga. Anak yang terbiasa diejek atau dikasari baik
secara fisik maupun verbal, besar kemungkinan menjadi pelaku perundungan kepada
temannya.
Akibat
dari perundungan bermacam-macam, sesuai dengan besar kecilnya kasus perundungan
tersebut. Semakin banyak menyakiti fisik dan perasaan atau mental anak, maka
semakin berat akibatnya. Anak korban perundungan sering bermenung/melamun,
kurang konsentrasi/fokus belajar rendah, prestasi menurun, selera makan
berkurang, sering sakit-sakitan. Bukti fisik korban perundungan terdapat luka
di tubuh, memar atau lebam, patah tulang, keseleo, lecet, pakaian rusak, dan
sebagainya.
Berbagai
upaya mencegah kasus bullying, tentu
dimulai dari lingkungan keluarga dan juga di sekolah. Bentengi anak dengan
pendidikan agama, ajari anak beribadah dan beri keteladanan atau contoh yang
baik terhadap anak-anak kita. Terapkan hubungan komunikasi terbuka antara orang
tua dan anak. Pupuklah rasa cinta dan kasih sayang sesama anggota keluarga,
begitu juga adab terhadap tetangga, teman maupun orang lain.
Mengatasi
kasus bullying di sekolah, perlu
dibuat peraturan sekolah yang melarang siswa melakukan perundungan dalam bentuk
apapun beserta sanksinya. Peraturan tersebut dijelaskan dan ditegaskan kepada
siswa, serta disosialisasikan kepada orang tua siswa pada setiap awal tahun
pelajaran.
Untuk
menimalisir kasus perundungan dan menambah wawasan orang tua dan guru tentang
sebab-akibat bullying, pihak sekolah
perlu membuat Program parenting Bullying,
secara berkala. Program ini bisa dilaksanakan atas kerjasama orang tua siswa
atau komite sekolah. dalam pelaksanaan kegiatan parenting tersebut, diundang
nara sumber yang berkompeten di bidang psikologi (psikolog) maupun kriminalitas
(kepolisian).
Tindakan
lain yang perlu dibuat oleh kepala sekolah dan guru yaitu membuat Buku kasus,
serta Buku Pemanggilan orang tua bagi siswa pelaku bullying. Pada buku kasus, dicatat nama siswa pelaku perundungan di
sekolah, lengkap dengan hari, tanggal, tempat kejadian, kasus/masalahnya,
beserta solusi mengatasi kasusnya, dilengkapi dengan tanda tangan anak. Pada
buku pemanggilan orang tua siswa berisikan tentang hari, tanggal pemanggilan,
nama orang tua dan anaknya, sebab dipanggil/masalahnya, solusi/perjanjian
kesediaan orang tua membina/mengasuh anak di rumah, dilengkapi dengan tanda
tangan orang tua.
Guru,
orang tua dan tokoh masyarakat sebagai panutan bagi anak-anak, maka hendaklah
kita memberikan teladan bagi anak-anak kita. Bila ada perselisihan atau
kesalahpahaman, selesai dengan baik. Jangan sesekali bertengkar di hadapan
anak-anak, apalagi sampai melakukan tindakan kekerasan. Bila anak bersalah atau
melakukan kesalahan, jangan langsung dibentak, apalagi dipukul, Atasi dengan
sabar dan kepala dingin.
Profil
Penulis
Buku
karya tunggalnya: 1. Melukis Pelangi di Desa Repan; 2. Sepenggal Cerita Masa Kecil; 3. Dongeng
Pengantar Tidurku; 4. Sepenggal Dongeng Sebelum Tidur; 5. Menikam Rindu di
Balik Bayang-Bayang, 6. Pengembaraan Si Kancil.
Penulis juga aktif sebagai penulis
buku antologi di MediaGuru, NoBaper dan grup penulis Nusantara lainnya, telah
menghasilkan sekitar 50 buku antologi.
Post a Comment for "Mencegah Bullying dengan Memupuk Disiplin dan Kasih Sayang"
Tinggalkan komentar Sahabat sebagai saran dan masukan yang sangat berharga untuk tetap belajar dan berbagi. Terima kasih atas kunjungannya.