Sekolah Ramah
dan Bebas Bullying
Raden Ayu
Nuraisyah Indah, S.Pd.
Bullying dan kekerasan
di dunia pendidikan semakin menghawatirkan. Transformasi pendidikan, pelatihan
dan kurikulum terasa tidak ada artinya jika siswa tidak merasa aman dan
terlindungi, dalam berproses belajar di sekolah. Hal ini yang menjadi pemikiran
Mendikbudristek Nadin Anwar Makarim, mengeluarkan regulasi berupa
Permendikbudristek nomor 46 tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan
Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP) sebagai merdeka belajar.
Dengan
menjalani proses pendidikan, siswa menjadi orang yang berguna bagi dirinya,
keluarganya, masyarakat dan negaranya. Pendidikan yang diselenggarakan sekolah
harus berlangsung dengan aman dan nyaman. Namun kenyataan dilapangan kadang
berbeda, hingga membuat kita miris dan sedih.
Bullying adalah satu
kata yang bila dibiarkan akan merusak tatanan dan sendi kehidupan, khususnya di
dunia pendidikan. Perundungan adalah hal yang serius, siswa wajib memahami
betapa berbahayanya perundungan ini, fisik dan psikis jadi taruhan, yang akan
selalu membekas bahkan bisa membuat peserta didik menjadi trauma sepanjang
hayatnya.
Tak dapat
dipungkiri, bullying merupakan
kejadian yang sering kali terjadi di sekolah. Seseorang bisa dikatakan menjadi
korban apabila dia diperlakukan (secara sengaja atau tidak sengaja membuat luka
atau ketidaknyamanan melalui kontak fisik, melalui perkataan atau dengan cara
lain), dengan jangka waktu sekali atau berkali-kali bahkan sering menjadi
sebuah kebiasaan oleh seseorang atau lebih.
Seringkali
peserta didik yang paling rentan dan beresiko lebih tinggi untuk di bully karena dianggap berbeda oleh
lingkungan sekitarnya seperti siswa yang pendiam, kurang gaul, yang tidak mampu
secara akademis. Selain itu, ada juga pelaku bullying, mereka biasanya terdiri dari peserta didik yang berasal
dari status sosial atau posisi kekuasaan yang lebih tinggi, seperti peserta
didik yang lebih besar dan kuat.
Bullying dapat
menyebabkan berbagai dampak negatif bagi korbannya, dampak itu bisa berupa
penurunan prestasi akademis, kurang percaya diri, dampak fisik yang ditimbulkan
biasanya sakit yang berkelanjutan, serta dampak dari segi emosi seperti,
sensitif, was-was, takut, gelisah.
Jika ada
kejadian yang disadari atau tanpa disadari, siswa merendahkan martabat temannya
dan keluarganya, mengancam temannya dengan paksaan, guru mempermalukan siswanya
di depan siswa yang lain, contoh tersebut adalah bentuk bullying secara verbal di sekolah.
Dalam hal
kerentanan terjadinya bullying sangat
memungkinkan terjadi, tak terkecuali di dunia pendidikan. Siswa dan guru
semuanya berpotensi menjadi korban dan pelaku tindakan tidak menyenangkan. Bisa
saja siswa dengan siswa, guru dengan siswa, guru dengan guru lainnya, semua
bisa saja menjadi pelaku dan korbannya.
Seringkali
sebagai guru, ketika terjadi masalah antar siswa, guru cenderung menanggapi
dengan biasa saja, padahal hal tersebut bisa saja menjadi salah satu bentuk
bulllying. Itulah kenapa seorang guru harus peka dengan siswanya. Jika masalah
yang terjadi ditangani dengan serius, tentunya siswa yang menjadi korban akan
merasa sedikit aman.
Peran sekolah
dalam mencegah bullying bisa
dilakukan dengan membentuk karakter siswa. Caranya dengan memberitahukan mana
benar dan mana yang salah. Siswa cenderung tanpa sadar melakukan bullying karena didikan orang tua ataupun
karena lingkungannya. Jadi sebagai guru atau pengganti orang tua di sekolah,
guru harus bisa menyelesaikan masalah dengan baik. Saat ada siswa yang melapor
menjadi korban bullying cobalah untuk
menanggapinya dengan memberikan empati, kemudian jangan langsung menyalahkan
atau mengkritik anak yang melakukan bully
tersebut.
Ada baiknya
untuk memberitahukan tindakan tersebut bisa memberikan dampak cukup besar
terhadap mental seseorang. Dengan membuat siswa nyaman baik dipihak korban
ataupun pelaku, tindakan bullying
setidaknya akan lebih berkurang jika penerapan hukuman tertentu pada siswa yang
melakukan bullying. Itulah kenapa
dibutuhkan waktu untuk berkonsultasi pada setiap siswa, tujuannya untuk
menemukan korban bullying yang takut
untuk mengungkapkan perasaannya.
Komunikasi
efektif juga bisa dilakukan melalui sosialisasi dan kampanye stop bullying dilingkungan sekolah dengan
spanduk, slogan, stiker dan workshop bertemakan bahaya bullying. Kesemuanya ini dilakukan dengan tujuan dapat meminimalisasi
secara keseluruhan perilaku bullying
di sekolah.
Profil Penulis
Pesan Ali bin Abi
Thalib yang membuat saya semangat menulis adalah “Semua penulis akan mati”,
hanya karyanyalah yang akan abadi, begitupun saya sangat menyukai menulis
terutama, puisi dan cerita pendek.
Semoga sedikit
karya saya bisa selalu di ingat dan dikenang untuk selamanya.
Post a Comment for "Sekolah Ramah dan Bebas Bullying"
Tinggalkan komentar Sahabat sebagai saran dan masukan yang sangat berharga untuk tetap belajar dan berbagi. Terima kasih atas kunjungannya.