Stop Bullying
dengan Pendekatan Religi
Elis Dewi
Hajar Mastrin
Maraknya
bullying atau perundungan di kalangan
SD, SMP, atau pun SMA baru-baru ini sangat meresahkan masyarakat. Pasalnya,
akibat fatal perundungan adalah hilangnya nyawa seseorang, depersi, stres, dan
lain-lain. Lalu, bagaimana nasib bangsa kita, kalau generasi penerusnya
bermental perundung?
Fenomena tersebut, perlu disikapi
dengan mengadakan perbaikan atau pembenahan tindakan, baik di lingkungan keluarga atau pun di lembaga
pendidikan terutama di sekolah atau di madrasah. Keduanya berperan penting bersinergi
untuk mewujudkan generasi berakhlakul karimah.
Sekolah atau madrasah adalah salah
satu wahana atau tempat untuk belajar, berinteraksi antara pendidik, peserta
didik, dan komponen-komponen lainnya. Memungkinkan banyak celah positif maupun
negatif yang dilakukan peserta didik terhadap sesamanya. Maka, perlu ada
penanganan khusus terhadap celah-celah negatif yang dilakukan peserta didik.
Sebelum ada penanganan khusus
terhadap pelaku bullying atau
perundungan, perlu ditelusuri terlebih dahulu berkaitan dengan tipe bullying. Tipe bullying pertama adalah bullying
secara verbal, bulliying ini
dilakukan dengan menggunakan lisan. Contohnya peserta didik menyebut nama orang
orang tua untuk mengejek, menghina, dan menjatuhkan harga diri temannya. Bulliying tipe ini tidak dilakukan
secara fisik. Namun, jika dibiarkan akan merambah pada kekerasan fisik. Tipe bullying kedua adalah bullying sosial, tipe ini sangat
membahayakan karena dilakukan secara terselubung untuk merusak reputasi,
seperti menyebarkan berita bohong, membuat lelucon yang tujuannya untuk
mempermalukan peserta didik lainnya, tatapan sinis, dan mengadu domba untuk
mengucilkan. tipe bullying yang
ketiga adalah secara fisik, seperti memukul, menendang, mencubit, dan
lain-lain. Tipe-tipe tersebut sangat marak dilakukan di sekolah atau madrasah.
Berdasarkan tipe-tipe bullying tersebut, sebagai pihak
keluarga hendaknya (1) memberikan perhatian dan kasih sayang. (2) Membangun
komunikasi yang baik antara ayah, ibu dan anak. (3) Membentuk karakter anak dengan
disiplin tanpa kekerasan, mulai dari hal kecil. (4) mengawasi penggunaan
gadget. Boleh memberikan kepercayaan pada anak tentang gadget, tapi sesekali
tetap untuk melakukan pengawasan.
Tidak
hanya di lingkungan keluarga saja, perilaku anti-bullying juga harus dilakukan di sekolah atau madrasah, sehingga
keduanya dapat bersinergi dengan baik. Salah satu madrasah yang menerapkan
anti-bullying atau perundungan
terhadap peserta didik adalah Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kediri. Madrasah
Tsanawiyah Negeri 1 Kediri (MTsN 1 Kediri) merupakan madrasah yang pernah
mendapat piagam penghargaan sebagai madrasah model pada tahun 1997 yang
ditandatangani oleh menteri pendidikan, Malik Fadjar, kala itu. Mendapat
predikat model, MTsN 1 Kediri terus berbenah untuk menjadi madrasah yang
unggul, berprestasi, berakhlakul karimah, dan berwawasan internasional. Memang
secara geografis madrasah ini terletak dekat kampung Inggris, sehingga
memudahkan untuk menjalin kerja sama dengan lembaga bahasa Inggris.
Guna
mewujudkan peserta didik berkarakter positif, berakhlakul karimah, dan
menyikapi maraknya bullying atau
perundungan pada akhir-akhir ini, MTsN 1 kediri menerapkan pendekatan religi
yang komprehensif dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh peserta didik. Adapun
kegiatan tersebut meliputi:
1)
Membaca Alquran
wajib sebelum pelajaran dimulai secara bersama-sama. Membaca Alquran ini
dilaksanakan mulai pukul 06.30 s.d. 06.45. peserta didik ke madrasah sudah
dalam keadaan berwudu.
2)
Melaksanakan
salat zuhur dan asar berjamaah.
3)
Melaksanakan
salat sunat duha secara berjamaah setiap hari Jumat dan dilanjutkan dengan
membaca surat al-mulk.
4)
Menghadirkan
motivator, memberikan pembinaan kepada peserta didik, seperti managemen ESQ
(emotional spiritual quontient), siraman kalbu, dan lain-lain.
5)
Memberi sanksi
yang tegas baik secara akademik maupun nonakademik bagi peserta didik yang
melanggar aturan tata tertib madarasah.
Dengan
adanya pendekatan religi dan pendekatan keluarga dapat mengantisipasi bullying di sekolah atau madrasah. Semoga dengan memberikan teladan yang
baik dan dengan lantunan ayat suci Alquran, kita semua bisa menjadi generasi
penerus membawa kebaikan untuk sesamanya.
Profil
Penulis
Elis
Dewi Hajar Mastrin adalah penulis alumnus Universitas Muhammadiyah Malang
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia lulus tahun 2004.
Sepuluh tahun kemudian menyelesaikan Strata dua (S-2)
di Universitas Muhammadiyah Surabaya Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia lulus tahun 2014. Belajar merupakan hal yang disukainya. Di mana pun, kapan pun dengan siapa pun.
Saat ini penulis mengajar dan
mendidik putra putri bangsa di MTsN 1 Kediri sampai sekarang. Sehari-harinya
mengajar dan menjadi ibu rumah tangga. Menulis merupakan sesuatu menyenangkan,
maka teruslah berkarya.
Post a Comment for "Stop Bullying dengan Pendekatan Religi"
Tinggalkan komentar Sahabat sebagai saran dan masukan yang sangat berharga untuk tetap belajar dan berbagi. Terima kasih atas kunjungannya.