Di sebuah hutan yang rimbun, hiduplah tiga hewan dengan sifat yang berbeda. Ada Kancil yang lincah dan terkenal suka usil, Musang yang licik dan serakah, serta Monyet yang cerdik dan selalu berpikir sebelum bertindak.
Suatu hari, Kancil dan Monyet sedang duduk di bawah pohon besar, menikmati udara segar. Tiba-tiba, Musang datang dengan wajah murung.
"Ada apa, Musang? Kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Monyet.
"Aku kelaparan. Sudah tiga hari aku tidak makan apa-apa," jawab Musang dengan nada sedih.
Kancil menyipitkan matanya. "Kau kan pemburu yang ulung. Tidak mungkin kau kelaparan selama itu," katanya curiga.
Musang menghela napas panjang. "Hutan ini semakin sulit. Semua hewan lebih waspada sekarang. Aku bahkan tidak bisa menangkap seekor ayam hutan pun!"
Monyet tersenyum tipis. "Kalau begitu, kenapa tidak mencari makanan yang lain? Hutan ini penuh dengan buah-buahan dan akar yang bisa dimakan."
"Tapi aku lebih suka daging," kata Musang, sambil melirik Kancil dengan tatapan aneh.
Monyet segera menangkap maksudnya. Musang sedang mencari cara untuk menjebak Kancil! Ia tahu bahwa Musang terkenal dengan tipu dayanya.
"Kebetulan sekali," kata Monyet dengan nada antusias. "Aku tahu tempat di mana banyak makanan enak!"
Mata Musang berbinar. "Benarkah? Di mana?"
"Ikuti aku," kata Monyet, lalu ia melompat dari satu dahan ke dahan lain, diikuti oleh Kancil dan Musang.
Setelah beberapa saat, mereka sampai di sebuah sungai kecil. Di tepi sungai itu ada sebuah gua sempit yang tampak gelap.
"Di dalam gua ini ada banyak makanan," kata Monyet sambil menunjuk ke dalam.
Musang mengendus-endus udara, tapi ia tidak mencium bau makanan. "Apa kau yakin?" tanyanya curiga.
"Tentu saja! Aku tidak mungkin berbohong," kata Monyet dengan nada meyakinkan.
Kancil, yang mulai paham rencana Monyet, ikut menambahkan, "Aku pernah melihat banyak ikan besar di dalam gua ini. Mungkin di dalamnya ada lebih banyak lagi!"
Musang semakin tergoda. Ia masuk ke dalam gua dengan hati-hati. Begitu ia melangkah lebih jauh, suara gluduk! terdengar. Sebuah batu besar yang sudah disiapkan oleh Monyet dan Kancil sebelumnya langsung menggelinding dan menutup pintu gua!
"Apa yang kalian lakukan?!" teriak Musang dari dalam gua.
"Kami hanya membalas kebaikanmu dengan cara yang sama," kata Monyet sambil tertawa.
"Aku akan keluar dari sini! Tunggu saja pembalasanku!" Musang berteriak marah, tetapi suaranya semakin lama semakin lemah.
Monyet dan Kancil berpandangan, lalu tertawa bersama.
"Kau memang cerdik, Monyet," kata Kancil.
"Kadang, yang licik harus dikalahkan dengan akal," jawab Monyet.
Sejak saat itu, hutan menjadi lebih damai tanpa kehadiran Musang yang selalu membuat masalah. Monyet dan Kancil pun hidup lebih tenang, menikmati hari-hari mereka tanpa rasa takut.
Pesan moral: Kebijaksanaan dan kecerdikan bisa mengalahkan kelicikan.
Nama: Azni Faulia
Kelas: 4A
NPM: 23862061A003214
Prodi: PGSD
Dosen Pengampu: Syaiful Bahri, M.pd
Post a Comment for "Monyet, Kancil, dan Musang: Akal yang Mengalahkan Tipu Daya"
Tinggalkan komentar Sahabat sebagai saran dan masukan yang sangat berharga untuk tetap belajar dan berbagi. Terima kasih atas kunjungannya.